22 - Jaenal Amin and his wife

188 48 31
                                    

Udah lama banget engga update, ini mah nanti kalau sepi ngga bisa salahin siapapun, soalnya emang gue yang hiatus lama, hehe. Ada yang baca alhamdulillah, ngga ada ya ya ya semoga ada haha.

Happy reading and sorry for typo's 💛











"Kalem aja Njun, rileks lah, masa gitu doang tegang. Gimana nanti pas ijab qobul?"

Hyunjin terus saja mengoceh, dari tadi dia memperhatikan Renjun yang tidak berhenti melihat pantulan dirinya di kaca. "Lo itu ganteng, jadi pasti cakep lah di foto."

Renjun mendengus, bukan masalah ganteng atau tidak, tapi .. jujur saja, ini pertama kalinya Renjun akan foto bersma Liana.

"Bukan gitu, Jin. Saya tuh selama ini ngga pernah foto sama Liana loh, ini sekalinya foto pas mau pre-wedding. Kan tremor."

Mendengar penuturan Renjun, Hyunjin melongo tidak percaya, "guru ngaji emang beda ya, ngga kayak gue yang blangsak gini. Foto sama Siyeon dah menuhin galeri HP. Sampai ada peringatan 'ruang penyimpanan sudah penuh' ngeri."

"Hahaha, udah ah. Jin. Ngga jadi aja kali ya prewed-nya. Asli deh, ini jantung ngga bisa di kontrol, deg-degan parah."

"Ngecewain Lia ntar lo, Njun. Ngga lihat apa tadi gimana senengnya dia pas lo nerima diajak prewed? Udah kayak menang lotre."

Memang benar kata Hyunjin, beberapa hari lalu, Liana dan Renjun sempat berdebat kecil perihal foto pre-wedding. Renjun yang memang tidak terbiasa dengan hal seperti ini sangat berbanding terbalik dengan Liana yang selalu ingin mengabadikan setiap momen dalam hidupnya.

"Yaudah, lanjut."

——————————

"Siyeon, aku ngerasa bersalah deh sama Renjun."

Siyeon yang sedang asyik dengan ponselnya lantas menoleh heran pada sang sahabat. Dia tidak salah dengar kan? Bersalah perihal apa lagi sekarang, bukankah Renjun sudah mau diajak prewed?

"Tentang?"

Bibir Liana melengkung kebawah, tiba-tiba teringat betapa lesunya wajah Renjun ketika dirinya mengajak foto pre-wedding. "Renjun kepaksa loh, Yeon."

"Kenapa bisa kamu mikir kayak gitu?"

Liana mengambil duduk di sebelah Siyeon, kepalanya ia sandarkan pada bahu sang sahabat. "Kadang, aku tuh mikir, ini kita emang kecepatan ngga sih ambil keputusan mau nikah."

Reflek, Siyeon menepuk paha Liana dengan keras, hingga sang empu mengeluh kesakitan. "Hushh!!! Bisa-bisanya mikir kayak gitu. Kalian ini loh tinggal sebulan lagi nikah, masa mau batal cuma gara-gara masalah foto pre-wedding."

"Bukan gitu Yeon," Liana memperhatikan gaun yang dikenakan, memang tidak terbuka, tapi tetap saja, dia tidak memakai hijab. "Aku ngerasa kurang pantes sama Renjun."

Siyeon mengigit bibir bawahnya, ia paham betul maksud sahabatnya. Ini bukan hanya perihal foto pre-wedding. Tapi, hal lain.

"Aku tuh ngerasa belum cukup baik buat Renjun. Kadang, aku malu, terus pernah denger omongan tetangga juga. Katanya, 'Mas Renjun kan guru ngaji, sholeh banget, kok mau sama Mbak Liana yang ngga pakai hijab' gitu."

"Ah, omongan tetangga mah ngga usah di denger kali Lia. Bukannya Renjun juga ngga pernah bahas itu ya?"

Liana mengangguk, "ngga pernah sih, tapi—"

"Ssstttt udah deh. Ngga lucu ya kalau kamu udah dandan secantik ini tapi gagal foto pre-wedding bahkan sampai mikir tentang ngga pantes nikah sama Renjun." Siyeon berusaha untuk kembali meyakinkan Liana.

LianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang