Jeongyeon dan mina tetap seperti itu sementara waktu, dimana mina menyandarkan kepalanya di atas bahu jeongyeon dan jeongyeon menyandarkan tubuhnya di samping rak buku.
Tangan mereka masih bersatu seperti mereka tidak ingin melepaskan tangan satu sama lain walaupun terhalang oleh kain tipis.
Tiba-tiba....
"AHHHHHHH!" terdengar suara petir yang sangat keras, membuat mina berteriak dan memeluk jeongyeon.
Untung saja tubuh jeongyeon ditutupi hoddienya, jika tidak mungkin jeongyeon akan mendapat serangan panik lagi karena gerakan mina yang tiba-tiba itu.
"Tidak apa-apa, mina...aku disini..."jeongyeon mencoba menenangkan mina dengan memeluknya dan mengusap punggung mina dengan lembut.
Ketika rasa takut mina mulai menghilang, dia melepaskan dirinya dari pelukan jeongyeon.
"Maaf....aku takut petir..."
"Tidak apa-apa, mina. Setiap orang memiliki ketakutannya masing-masing...dan selain itu aku juga ada di sini..."ucap jeongyeon sambil menggaruk kepalanya.
"A-aku juga tidak akan meninggalkan mu..."jeongyeon mulai gagap, dia sebenarnya malu mengatakan hal itu tapi bagaimana pun dia ingin menyakinkan mina agar mina tidak ketakutan lagi.
Mina tersenyum saat melihat jeongyeon mulai tergagap. Dia berpikir kalau jeongyeon terlihat sangat lucu ketika dia gagap.
"Jeong...aku lelah, mmhhh bolehkah aku meminjam bahumu?" tanya mina sambil menutup mulutnya saat dia menguap.
Tanpa menunggu jawaban dari jeongyeon, mina mulai menyandarkan kepalanya di bahu jeongyeon, tapi jeongyeon langsung menghentikannya yang membuat mina menjadi bingung.
"Maaf..." mina menundukkan kepalanya karena malu saat berpikir kalau jeongyeon menolaknya.
"Tunggu sebentar..."perintah jeongyeon.
Jeongyeon meraih tasnya dan mengeluarkan selimut kecil milik kakaknya yang tertinggal di dalam tasnya lalu meletakkannya di atas lantai.
"Sini...berbaringlah..."mina mengangkat alisnya.
"Aku hanya tidak ingin lehermu sakit jika tidur di bahuku...dan selimut ini milik kakakku...aku lupa mengeluarkannya dari tas ku tadi malam..." jelas jeongyeon yang mengerti maksud dari tatapan mina.
Wajah jeongyeon memerah saat mengatakan semua itu. Untung saja perpustakaan agak gelap dan juga tudung hoddie masih menutupi kepalanya sehingga mina tidak melihat wajahnya yang sudah semerah tomat.
Mina sangat tersentuh dengan hal yang di lakukan jeongyeon. Dia tidak menyangka kalau orang menyebalkan seperti jeongyeon sangat perhatian pada dirinya.
"Terima kasih, jeong..."
Jeongyeon meletakkan tasnya di ujung selimut untuk menjadi bantal di kepala mina. Tapi mina langsung menjauhkan tas itu dari kepalanya dan malah meletakkan kepalanya di atas paha jeongyeon.
"Yakkk...aku bukan bantalmu..."jeongyeon menggerakkan kakinya agar mina memindahkan kepalanya.
"Sstttt...tidak bisakah kau membiarkanku saja? Tidur disini terasa lebih nyaman dari pada dengan tasmu itu. Kepalaku akan sakit ketika aku bangun nanti..."mina menghadap jeongyeon dan menjulurkan lidahnya.
"Yang benar saja myoui mina? Kepalamu memang tidak akan sakit ketika bangun nanti, tapi kakiku lah yang akan sakit karena menahan beban berat kepalamu itu..." ucap jeongyeon sambil menyilangkan tangannya.
"Itu bukan urusanku! Sudahlah...aku mau tidur sekarang. Selamat malam, pria aneh..."ucap mina dengan santai saat membalikkan tubuhnya ke kanan.
Jeongyeon menggelengkan kepalanya dengan tidak percaya melihat mina. Dia padahal sudah mencoba bersikap baik pada mina tapi wanita itu malah memanfaatkannya dan mengambil keuntungan darinya. Tapi anehnya jeongyeon hanya mengalah dan pasrah kepada mina.