Mina sedang duduk di belakang sekolah tepat di dekat pohon besar. Dia dari tadi sibuk melihat sekelilingnya untuk mencari sosok orang yang sudah berjanji untuk makan siang bersamanya.
Tidak seperti biasa nya, orang yang di tunggu itu malah datang terlambat dan membuatnya menunggu seperti ini.
Dia duduk gelisah sampai matanya menangkap sesuatu....sesuatu yang sangat familiar baginya.
Di sisi lain...
"Oh, benarkah?" gadis yang lebih muda bertanya pada jeongyeon dengan nada yang manja.
Jeongyeon hanya mengangguk dan tersenyum pada gadis yang lebih muda itu.
"Oh terima kasih! Terima kasih, oppa..."gadis itu melompat bahagia dan hendak memeluk jeongyeon tapi tidak jadi saat jeongyeon mundur beberapa langkah darinya.
"Iya sama-sama, jennie. Selain itu lebih baik aku memberikannya untuk proyekmu dari pada hanya menyimpannya..."ucap jeongyeon.
"Tapi tetap saja aku merasa sangat bersyukur. Jeongyeon oppa memang yang terbaik..."kata jennie sambil mengeluarkan gummy smilenya.
"Oppa tidak tahu betapa sedihnya aku setelah gambar yang kami kerjakan hancur. Dan itu sebuah kekacauan besar bagi tim kami..."tambah jennie.
"Hei...jangan memikirkan itu lagi. Sudah kubilang kalau itu hanya masalah kecil. Aku akan membawa albumnya besok dan kau dapat memilih salah satu gambar yang ingin kau gunakan..."kata jeongyeon.
"Oke, oppa. Sekali lagi terima kasih, jeongyeon oppa..." jennie meninggalkannya setelah mengatakan itu.
Jeongyeon berjalan ke pohon besar masih tidak memerhatikan sepasang mata mencoba sedang melemparkan belati kearahnya.
Tapi anehnya dia malah merasa udaranya sedikit lebih dingin dari biasanya. Dia langsung menggosok lengannya agar tetap hangat.
Mina berdiri di dekat pohon besar, menatap jeongyeon seakan dia sedang membuat lubang besar di kepalanya.
Tidak heran dia terlambat, ternyata orang yang dia tunggu sedang sibuk menggoda gadis sok manis itu.
Mina baru saja memberi nama gadis itu, sok manis karena dia tidak mengetahui namanya. Dan ketika gadis itu tersenyum dia akan memperlihatkan semua gusinya.
"Benar-benar tidak manis..."gumamnya.
Mina merasa tidak suka dengan apa yang dia rasakan saat ini. Rasanya panas sekali seperti air mendidih, hanya bedanya, dia yang mendidih sekarang.
Jeongyeon melihatnya dan tersenyum norak sementara mina mencoba menenangkan dirinya serta mengabaikan sensasi terbakar di dalam dirinya.
"Kau terlambat..." katanya sesantai mungkin sambil menyilangkan tangan di dadanya.
"Ya, jennie meminta bantuanku dalam proyeknya..."jawab jeongyeon.
"Jadi namnya jennie..." sekarang dia tahu nama gadis sok manis itu.
"Oh, kau melihat kami?"kata jeongyeon menatap mina.
"Ya..."dia menjawab dengan nada tidak tertarik.
Matanya berkeliaran ke arah lain karena dia tidak ingin melihat jeongyeon saat ini.
Sementara itu, jeongyeon tidak tahu mengapa situasinya terasa sedikit tegang. Jadi dia mencoba mengubah topik pembicaraan mereka.
"Ayo makan..."ajak jeongyeon.
"Tidak, aku tidak lapar..."mina menjawabnya dengan acuh tanpa mau memandangnya.