Ada momen hening saat jeongyeon selesai menceritakan masa lalunya. Jeongyeon mengigit bibirnya sambil mencari-cari rasa jijik di mata mina.
Jeongyeon sama sekali tidak bisa membaca ekspresi mina dan dia mulai merasa khawatir serta was-was jika mina meninggalkannya.
"M-mina...?" dia melambaikan tangannya di depan wajah mina.
Mina bukan nya menjawab tapi bibirnya terlihat bergetar hebat dengan kepala di tundukkan ke bawah dan tangan yang mengepal.
"M-mina...j-jangan m-menangis...."mata jeongyeon melebar panik saat melihat mina tiba-tiba menangis.
Mina mengangkat kepalanya dan jeongyeon bisa melihat kemarahan di mata mina. Dia sejenak merasa takut saat melihat mina seperti itu.
"Aku marah pada mereka jeong!!! Aku sangat marah!!!"
Pikiran tentang jeongyeon yang di lecehkan dan bagaimana tidak berdayanya jeongyeon di tangan kelima wanita jalang itu membuat amarah mina mencapai batasnya.
Itu membuat darahnya mendidih pada kelakuan bejat dan kekejaman ke lima wanita jalang itu.
"Kau tidak merasa bahwa aku menjijikan, mina?"tanya jeongyeon dengan lembut.
Mina menggelengkan kepalanya dengan tegas dan menatap mata jeongyeon sebelum bicara.
"Tidak dan tidak akan pernah, jeong. Kau tidak seharusnya merasa malu pada dirimu sendiri. Itu bukan kau, jeong....tapi mereka yang seharusnya malu dengan perbuatan menjijikkan mereka kepadamu...." jeongyeon mulai menangis tetapi tidak mengatakan sepatah kata pun.
Mina perlahan beringsut sedikit lebih dekat pada jeongyeon.
"Aku benar-benar ingin membunuh mereka semua sekarang!!!"ucap mina mengepalkan tangannya.
"A-aku...a-aku selalu bermimpi dan mengingat diriku saat di ruangan itu lagi, d-ditahan seperti i-itu dan...." ucap jeongyeon dengan terisak-isak.
Mina langsung menyentuh tangan jeongyeon dengan lembut dan memeluknya dengan erat.
"Berhenti, itu sudah cukup. Kau tidak perlu mengatakannya lagi..." jeongyeon semakin terisak dipelukan mina.
Mina yang mendengar tangisan pilu jeongyeon pun akhirnya ikut meneteskan air matanya.
"Bisakah kita tetap seperti ini untuk sementara waktu? Hanya untuk sementara waktu?" hati mina sakit saat mendengar nada memohon jeongyeon.
"Kau tidak perlu menanyakan itu, sayang. Apa kau lupa kalau aku ini pacarmu hmm?" kata mina sambil mengusap punggung jeongyeon.
"Aku hanya tidak ingin membuatmu tidak nyaman..." ucap jeongyeon dengan pelan.
"Pacarku yang bodoh, jangan pernah berpikir seperti itu lagi. Aku bahkan sangat nyaman saat kau memelukku seperti ini. Jadi jangan pernah bertanya lagi...." jeongyeon menganggukan kepalanya di dalam pelukan mina.
"Terima kasih..." balas jeongyeon.
Beberapa hari kemudian....
Mina pov
Aku menghela napas dengan tangan bersilang sambil menatapnya.
Sudah beberapa hari ini, aku selalu pergi ke rumahnya untuk berangkat ke sekolah bersama.
Dia mencoba mengabaikan ku saat dia mengenakan ranselnya dan perlahan-lahan memakai kaus kakinya.
Punggungnya sedikit tertekuk lalu dia dengan tajam menoleh ke arahku sambil meletakan tangan di pinggangnya dengan wajah marah.