18. Recognition

5.8K 741 363
                                    

Happy Reading!

Chapter ini di ketik 6969 kata.

***

Regan menatap Levina, Kayla dan juga Dara dari kejauhan. Perbincangan soal pembagian saham ini begitu memuakan baginya. Regan hanya ingin berlama-lama menatap wanitanya di seberang sana.

Rahang Alvaro mengeras, perasaan takutnya akan Dara yang curiga karena tadi terjebak di lantai 9 membuatnya cukup gusar. Apalagi di dalam lift tersebut terdapat ukiran yang memang melambangkan logo Cavity Nine.

Keduanya saling bertatapan karena duduk berhadapan di meja panjang bersama para sepupunya termasuk Elang yang berada di sana dan duduk di sebelah Alvaro.

“Masih musuhan sama dia?” bisik Elang dari samping.

Alvaro mendengkus, “Sejak kapan, lo gue dan dia pernah akur?”

Elang lalu ikut tertawa kecil, lalu kemudian berbisik lagi, “Kayaknya dia masih ngincer Kak Dara, lo hati-hati aja, Bang.”

“Gue tau, semua pergerakan dia masih dan gak akan lepas dari pengawasan gue.”

Kalian pikir Alvaro tidak mengetahui semuanya perihal Regan yang sampai pada saat bersamaan dengan Dara saat di bandara?

Lalu, pada saat Regan dengan sialannya mencium bibir Adara?

Alvaro tahu semuanya.

Namun, diam bukan berarti Alvaro tidak bertindak. Diamnya Alvaro bagaikan bom waktu yang nantinya akan meledak bersamaan dengan amarahnya karena Gerlanzo sama sekali tidak memercayainya perihal perilaku Regan.

Tak lama Regan beranjak dari kursinya, dan entah pergi ke mana saat rapat berlangsung. Alvaro lalu memasang earpiece-nya agar jika keadaan darurat, Alvaro akan tahu lebih dulu.

“Al, kamu siap jika bulan depan pindah ke Derovano Group?” tanya Gerlanzo di ujung sana.

Alvaro terkesiap, lalu menghela napasnya, “Saya siap. Tapi bagaimana dengan perusahaan Bunda saya?”

“Kamu boleh pegang keduanya, tapi saya mau kamu utamakan perusahaan yang sudah saya dirikan, karena kamu Cucu saya, Cucu kesayangan saya.”

Jelas, para sepupu serta saudaranya di sana ada yang menatap Alvaro kagum dan juga ada yang menatap Alvaro dengan sinis. Elang lalu menepum pundak sepupunya.

“Gila, Kakek bahkan percaya 100% sama lo, Bang.” Bisik Elang bangga.

Sayangnya, Regan tidak mendengar hal ini.

Namun, secara tiba-tiba earpiece-nya berbunyi. Alvaro mengerutkan keningnya ketika ternyata mendengar suara sang adik.

“Halo? Halo? Abang? Bisa dengar suara, Kay? Beneran Abang bisa dengar suara Kay pake benda ini?”

Alvaro lalu berdiri dan izin untuk meninggalkan rapat, menjauh dari sana dan melihat sang Bunda yang justru tengah mengobrol dengan tante-tantenya, tanpa ada Dara dan juga Kayla.

“Yaa, Princess? Kamu ada di mana, hm?”

“Jadi, Abang beneran bisa dengar suara, Kay?”

“Hm, bisa. Why, Princess?”

“Kak Dara, ada di toilet sama Om Regan, gak keluar-keluar. Abang cepetan ya! Kay takut Kak Dara kenapa-napa, oke? Abang cepetan!”

“Iya, iyaa, Princess. I’m on my way, okay? Tetap di sana, ngerti?”

“Ay! Ay! Captain!”

Aldara 2 [TAMAT - PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang