• Abaikan time stamps
• Hari ini dua chapter, jadi mampir ke paragraf-paragraf yang seru ya!
• Aku mohon, nikmatin ceritanya, tinggalkan jejak, jangan jadi silent readers.Chapter ini di ketik 7253 kata.
Happy Reading!
***
Deru motor yang beriringan sudah memenuhi rongga jalan menuju Warung Mang Asep. Inti Galestro berhenti dan memarkirkan motornya di pekarangan Warung Mang Asep, semua sudah berkumpul. Cukup ramai karena memang anggota Galestro angkatan ketiga ada lebih dari 30 orang. Sebenarnya lebih dari ini, hanya saja sebagian dari mereka sudah ada yang berpencar ke luar kota.
Mereka semua saling bersalaman ala laki-laki pada umumnya satu sama lain. Mang Asep sudah siap dengan memakai atribut Galestro pula, bahkan kini ia memakai headband itu di kepalanya.
“Idih idih, laganya udah kaya anak muda,” ejek Agil yang sekarang merangkul bahu Mang Asep.
“Ya jelas atuh, Kriwil. Mamang mah masih muda, jangan salah kamu,” jawab Mang Asep membuat anak-anak tertawa.
“Loh, Satyo, Supri, kamu teh ikut juga?” Mang Asep cukup terkejut kala melihat dua penjaga SMA Perwira itu mengikuti acara bakti sosial ini.
“Iya, Sep, saya sama Supri ikut, di ajak, Mas Al. Sekalian bantu bawa barang-barang ke sana.” Kata Pak Satyo.
“Seneng kan ada temennya, Mang?” tanya Gavin dengan kekehannya.
“Kumpul dulu semua di lapangan, kita briefing dulu sekalian jelasin rutenya,” kata Alvaro.
Semuanya berkata siap lalu mengangguk dan beralih ke lapangan. Sedangkan, para cewek-cewek yang mereka namakan Galestro girl’s itu Alvaro suruh duduk di teras Mang Asep saja.
“Di sini aja, ya?”
“Gak, kita ikut ke lapangan. Masa iya nunggu kalian di sini,” tolak Dara lalu, mengode teman-temannya untuk ikut ke lapangan. Sedangkan, Alvaro hanya pasrah akan hal itu.
Semua sudah berdiri sejajar cukup tertib. Alvaro berbinar di balik kacamata hitamnya saat ini. Melihat temant-temannya beratribut Galestro walaupun seragam seperti ini cukup membuat rindunya terobati.
Alvaro terkekeh kecil, “Rasanya cukup aneh ya, kita kembali memakai atribut Galestro tapi tanpa seragam kaya gini.”
Lantas semua ikut tertawa mendengar Sang Ketua yang perlahan sedang mengobati rindunya.
“Gue mau bilang terima kasih sekali lagi udah mau berpartisipasi, ya walaupun gak semuanya bisa ikut, karena kita semua punya jalannya masing-masing. Tapi ini udah lebih dari cukup. Gue bangga, kita bisa kembali lagi kayak semula, acara ini bukan sekadar acara bakti sosial biasa, bantu warga dan bagi-bagiin sembako ke mereka. Tapi gue mau ini jadi momen yang gak akan pernah bisa kalian lupain. Sekaligus kita bakal bangun tenda dan kemah buat nostalgia zaman kelas 12 dulu.”
Dengan tangannya yang menyusup ke saku celana, Alvaro tampak terlihat lebih tampan sekarang. Ya walaupun, Dara mengakui, Alvaro memang tampan sedari dulu. Tapi kali ini berbeda, lelaki itu kembali menebar aura karismatiknya di hadapan seluruh anggotanya seperti dulu. Iya, Alvaronya masih sama. Tampan, tegas dan berani. Ia pantas menjadi pemimpin.
“Gue mau kita saling jaga, saling menghormati, apalagi Mang Asep, Pak Satyo dan Pak Supri ikut, jaga mereka juga karena umur udah gak bisa dibohongin, ya gak?” goda Alvaro membuat ketiga pria paruh baya itu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldara 2 [TAMAT - PINDAH KE FIZZO]
Romance[PINDAH KE FIZZO] [SEQUEL ALDARA] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Cover by Sridewi Nama, karakter, tempat dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi. Menemukan setitik cahaya dalam hidupnya adalah harapan Dara. Sebelumnya, masalah datang bertubi-tubi hin...