10. Anyelir Merah

8.3K 960 894
                                    

Trigger Warning

• Scene 🔞 (Not safe for underage)
• Abaikan time stamps imess ya!

Aku udah kasih trigger warning ya di awal, jadi kalau belum cukup umur, skip aja scene-nya. Kalau menurut kalian, Aldara 2 not interesting again. Silahkan hapus cerita ini dari perpustakaan kalian dan aku mohon jangan lempar komentar kasar atau komentar yang dapat menyinggung perasaan aku. Be Wise!

One more, aku mohon narasinya dibaca juga ya, kalian bisa bingung kalo cuma baca dialognya aja, owkay?

Komen setiap paragraf yang menurut kalian seru bisa kalee 🆖🆎? Hehe, maaf banyak mau ya, tapi I really need this, itu komentar lucu kalian selalu aku baca dan selalu bisa bikin mood aku naik drastis❤

Chapter ini diketik 7701 kata.

Happy Reading!

***

Sudah hari ketiga semenjak Sesil di rawat, Dara sudah cukup stress. Tapi beruntungnya, kini Sesil sudah boleh pulang namun masih dalam pantauan dokter. Hari ini Dara baru saja ingin bergegas ke area parkiran untuk mengambil mobilnya karena ada jadwal pemotretan di studio.

Langkah anggunnya terhenti kala sebuah mobil berhenti tepat dihadapannya. Netra Dara bertemu pada laki-laki yang sudah turun dari mobilnya mengenakan kacamata hitam.

Dara mencoba mengatur napasnya dan menegakan rahangnya lurus setelah melihat tato serigala bermata merah pada ceruk leher lelaki itu yang sedang melambaikan tangan padanya, lalu berjalan sambil membawa buket bunga di tangan kirinya.

Laki-laki itu adalah Bagas Dewa Raspati-sang mantan kekasih. Dara meneguk salivanya susah payah, kedua matanya memanas ketika senyum menyebalkan itu terukir di bibir tipis milik Dewa.

Dara tak perduli suasana pelataran kampus seheboh apa sekarang. Kedua kakinya sudah seperti jelly ketika tahu bahwa tepat hari ini Dewa kembali dan tengah berdiri di hadapannya.

Long time see, Nona cantik.” Sapanya seraya menyisir rambut model comma hair-nya ke belakang lalu membuka kacamatamya.

Tapi satu hal yang sama sekali diluar ekspektasi Adara saat itu. Dewa seperti orang yang berbeda, bahkan Dewa memberi jarak padanya, tidak berani menyentuhnya dan juga tidak memberikan tatapan menyeramkan yang dulu sering lelaki itu perlihatkan.

Semua orang bisa berubah menjadi lebih baik, Adara. Tapi dia tetaplah Dewa-laki-laki dengan sifat kejinya yang membuat Dara memiliki trauma berkepanjangan saat itu.

“Hei, hei, santai. Aku cuma mau kasih kamu bunga dan ajak kamu hangout, boleh? Ada yang perlu aku bicarakan ke kamu.”

Tatapan nanar Dara ke Dewa masih belum pudar. Dara sedang melakukan screening, karena baginya, terjebak dua kali dengan lelaki seperti Dewa akan membuat harga dirinya kembali jatuh ke dasar jurang.

People can change, Adara. Aku berhak dapetin kesempatan untuk berubah jadi jauh lebih baik.”

Dara membuang napasnya perlahan ketika mendengar kalimat Dewa barusan. Ia merasa tidak mendapatkan letak titik kebohongan di mata Dewa.

“Jadi, gimana? Boleh kasih aku kesempatan untuk bicara sama kamu... sebentar aja.”

Intonasi suara Dewa melembut, melihat perubahan gesture tubuh Dara, Dewa tersenyum lalu melangkah lebih dekat ke arah perempuan itu.

Aldara 2 [TAMAT - PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang