24. Concession

7.1K 568 240
                                    

⚠ Warning ⚠

• Abaikan time stamps
• Blood scene
• Foto yang aku share di sini berasal dari pinterest
• Be wise!
• Komennya yang berkaitan sama alur ceritanya aja yaa!

Happy Reading!

Chapter ini diketik 8671 kata.

***

Regan turun dari mobilnya. Dua anak buahnya mengekor di belakang. Tungkainya mengayun memasuki rumah sakit tempat di mana Dara di rawat.

Beberapa orang-orang rumah sakit memperhatikkannya. Regan menaiki lift dan berkata, "Kalian sudah pastikan, bahwa Alvaro sedang tidak ada di rumah sakit?"

"Sudah, Bos. Mas Alvaro ada di kantornya."

Regan menyusupkan kedua tangannya dan menatap lurus ke depan dengan ulasan senyum miringnya. Lorong rumah sakit terlihat sepi. Namun, ketika Regan berbelok ke kiri tepat di depan sana terlihat enam orang berpakaian hitam-hitam berjaga di luar ruangan.

"Bos, bodyguard-nya, Mas Al, ada di depan ruang rawatnya."

"Gak masalah, gue cuma mau ketemu istrinya sebentar, bukan mau bawa dia kabur dari rumah sakit."

Suara derap langkah membuat ke enam bodyguard Alvaro menoleh. Ian dan Chandra terbelalak ketika melihat Regan datang ke sini.

Semuanya menghalangi akses Regan untuk masuk ke dalam ruang rawat. "Maaf, Mas. Bos Al tidak mengizinkan Anda untuk menjenguk Nyonya Adara." Larang salah satu anak buah Alvaro di sana.

"Bos?" Alis Regan menyatu, biasanya anak buah Alvaro akan memanggilnya dengan sebutan 'Mas'. Sudah berubah, atau memang ada yang mereka sembunyikan?

"Mas Al memberi amanat pada kami, bahwa tidak boleh ada yang menjenguk Nyonya Adara, selain ibunya di hari ini."

Regan menghela napasnya, "Sebentar aja. Lagipula gue cuma mau jenguk. Gak ada maksud lain."

Ian dan Chandra saling bertatapan, bingung antara memberi izin atau tidak. Pasalnya, Fero juga tidak sedang berada di sini, maka mereka akan minta persetujuan dari siapa?

"Sebentar, saya minta persetujuan dulu dari Nyonya Adara." Keputusan Chandra ada benarnya. Pria itu langsung masuk ke dalam dan tak lama keluar ruangan kembali. "Silakan, Mas."

Ceklek

Dara menoleh ketika pintu ruang rawatnya bergeser. Bola mata Regan bergerak memandang wanita yang sampai sekarang masih dicintainya itu sedang setengah berbaring sambil menonton tayangan televisi.

"Hai, selamat siang. Maaf, aku mendadak kesininya gak kasih tau kamu." Regan menaruh buket bunga di atas nakas kemudian duduk di sofa samping ranjang Dara. "Gimana, baby-nya? Baik-baik, kan?"

Dara mengulum bibirnya, "Anak gue baik-baik aja."

Regan tertawa kecil. "Btw, anak buahnya Alvaro kenapa segitu ketatnya sama kamu? Sampai ada enam orang yang jaga di luar ruangan Adara? Are you okay? Isn't that too much?"

"Hm, gak ada yang berlebihan."

Regan hanya mengangguk paham atas jawaban Dara. Pria itu berjalan menuju kaca jendela di ruang rawat Dara sambil memandang ke arah luar.

"Ra? Kenapa kamu berhenti buat laporin semua pergerakan Alvaro ke aku, hm? Kamu lupa, aku bisa lakuin apapun untuk celakain dia?"

Dara meremat selimutnya. Rasa cemasnya meradang ketika Regan menoleh namun tubuhnya bersandar di dinding dan menatap ke arahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aldara 2 [TAMAT - PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang