⚠Disclaimer⚠
• Harsh word
• Scene 🔞Chapter ini diketik 7111 kata.
Happy Reading!
***
Sudah absen dua hari, rasanya sudah cukup untuk Dara rehat dari semuanya. Viola bilang, tugasnya semakin menumpuk padahal sudah pekan menjelang UAS. Tapi memang sepertinya, Dara tidak diperbolehkan untuk beristirahat sejenak dari pemasalahan dunia.
Netranya menatap pantulan wajah cantiknya dengan polesan make up tipis itu. Semua memang salahnya, Dara harus meminta maaf kepada Alvaro. Ia sudah menurunkan egonya, untuk tetap mempertahankan Alvaro. Dara tidak semunafik itu, ia tahu betul bahwa dirinya membutuhkan Alvaro.
Kaki jenjangnya sudah keluar dari kamar dan menuju ruang makan. Bi Inah sudah menyiapkan sarapannya di atas meja, namun justru di matanya, Dara sedang membayangkan jika Alvaro sarapan bersamanya lagi.
“Hei? Kenapa melamun? Nanti mau ke kampus bareng aku atau bawa mobil sendiri, hm?”
Dara mengulum bibirnya yang sudah gemetar, ia belum sanggup jauh dari sosok Alvaro. Netranya menatap ke langit-langit agar air matanya tak lagi jatuh.
“Jangan nangis, Ra. Mau bagaimana pun keadaannya, aku akan tetap berada di samping kamu.”
Dara menghela napas frustasi, ia tak sanggup selalu dibayang-bayangi kehadiran Alvaro seperti ini. Dara menangis dan menunduk seraya memegang kepalanya. Bayangan Alvaro tadi begitu nyata sampai membuat Dara tak bisa lagi membedakan halusinasinya dengan kenyataan—kenyataan bahwa kini Alvaro sudah tidak lagi berada di sisinya.
“Non? Ada apa toh?”
Bi Inah menghampiri Dara dengan wajah yang begitu cemas. Pasalnya, Bi Inah memang tidak tahu menahu tentang apapun karena kemarin sore ia baru tiba dari kampung.
Tak lama, bel pintu rumah utamanya berbunyi. Bi Inah pun dengan sigap hendak membukakan pintu. Dara yang memang tak ingin melihat siapapun sekarang tak berniat untuk mengetahui siapa tamu itu.
“Nyonya? MasyaAllah, Nya. Inah kangen tenan toh,” ujar Bi Inah dengan netra yang berkaca-kaca menatap nyonyanya yang memang sudah lama sekali tidak ia lihat.
Wanita yang disapa nyonya oleh Bi Inah tadi adalah Sesil, dengan memakai dress berwarna cream—yang membuatnya semakin terlihat awet muda pun tersenyum tulus dan memeluk Bi Inah sekilas.
“Adara ada, Nah? Dia belum berangkat kuliah, kan?”
Bi Inah menggeleng, “Belum, Nyonya. Tapi si non dari tadi nangis, Inah juga ndak tau kenapa.”
Sesil dan Bi Inah pun berjalan menuju ruang makan, Dara masih berada di sana memegang kepalanya frustasi, meredam tangisnya sebisa mungkin.
Netra Sesil memandang putrinya sendu. Dadanya sesak ketika melihat putri kecilnya yang kini udah dewasa itu menangis seraya memukul dadanya.
“Inah, ke belakang dulu ya, Nya.”
Sesil mengangguk dan mendekati putri kesayangannya, “Hei, sweetheart?”
Dara memgangkat kepalanya dan menatap Sesil yang kini sudah berada di sampingnya sedang duduk di kursi sambil merentangkan tangan.
“You missed me, sweetheart?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Aldara 2 [TAMAT - PINDAH KE FIZZO]
Roman d'amour[PINDAH KE FIZZO] [SEQUEL ALDARA] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Cover by Sridewi Nama, karakter, tempat dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiksi. Menemukan setitik cahaya dalam hidupnya adalah harapan Dara. Sebelumnya, masalah datang bertubi-tubi hin...