21. Wedding Day

7.3K 817 558
                                    

⚠ TW

• Abaikan Time Stamps
• Time skip
• Criminal Scene

Chapter ini diketik 8524 kata.

Happy Reading!

***

Tatapan mata Dara kini menajam dan lurus tepat pada netra Alvaro. Keduanya sedang makan di Jersivic, akhir-akhir ini beberapa keperluan Dara, perlahan mulai di pindahkan.

Bahkan, Mang Ujang beserta Bi Inah sudah tinggal dan menetap di sini. Namun, Dara masih tinggal bersama Sesil dan Revano, sehingga rumah peninggalan Andi sekarang sudah dijual.

Alasan Dara menatap tajam Alvaro? Karena hari ini laki-laki itu ingkar untuk membawanya ke at WO yang mereka akan libatkan saat pernikahan mereka nanti.

“Kamu masih mau marah sama aku? Aku udah bawa kamu ke sini, supaya mood kamu balik? Yakin masih mau cuekin aku, cuma gara-gara semua urusan pernikahan kita udah selesai? Are you sure, Adara?”

Lantas, Dara lebih memilih menggigit sate ayam buatan Bi Inah dan dirinya tadi dengan menggemaskan, dan memalingkan wajahnya. Helaan nafas Alvaro dapat terdengar olehnya.

I said, i’m sorry, sayang. Aku cuma gak mau kamu kecapean ngurusin pernikahan kita, jadi aku serahin semuanya ke ownernya.”

“Kamu seharusnya tanya dulu ke aku. Aku sanggup gak urus semuanya, tanya pendapat aku soal dekorasi, souvenir, undangan dll. Gak semena mena kayak gini, kamu nikah sama aku, bukan sama orang lain, yang mungkin cuma mau enaknya aja tanpa terlibat satu persen pun, Alvaro.”

Dara benar, sekecil apapun keterlibatannya, itu sudah kewajiban karena ini acara yang menjalankan juga mereka berdua. Alvaro pun juga tidak sepenuhnya salah, hanya saja rasa khawatir akan kondisi Dara selalu membuatnya kepikiran.

“Aku tau kamu, Adara. Kamu kepikiran soal mama, yang sampai sekarang selalu nuntut kamu untuk cepet-cepet nikah dan program kehamilan.”

Dara meneguk es teh manisnya gusar, Sesil akhir-akhir ini selalu sensitif jika mengenai Dara, setiap hari selalu mencoba menghubunginya menanyakan perihal perkembangan acara pernikahannya.

Sebab, sampai sekarang, Tiffany belum mengandung, maka dari itu, Dara menjadi satu-satunya alasan Sesil untuk bertahan. Minimal, sebelum kepergiannya, Sesil bisa bertemu cucunya. Sesil benar, namun caranya salah, terlebih dengan perubahan sikapnya terhadap Tiffany dan juga sikap posesifnya terhadap Adara.

“Kamu tau gimana rasanya dituntut untuk jadi sempurna? Aku sempet denial, Alvaro. Ngeliat gimana Tiffany datang ke aku beberapa hari lalu  dan nangis-nangis karena hasil testpack-nya negatif, selalu negatif saat dia ngecek. Aku ngerasa, semua tuntutan yang mama layangkan itu jadi menyudutkan aku.”

Entah kenapa, suasana malam di ruang makan rumah ini jadi bersitegang. Keduanya dihadapkan dengan topik yang terlalu berat untuk mereka.

“Dan, kamu tau? Apa yang ngebuat aku selama ini selalu nunda urus pernikahan kita? Aku denial, aku takut sama diri aku sendiri. Aku takut sama kemungkinan kemungkinan yang nantinya bakal terjadi sama diri aku.”

Alvaro mengapitkan jemari dan ia gunakan untuk menopang dagunya, sembari menatap Adara yang kini cairan bening itu bahkan sudah bergemul di pelupuk matanya.

“Aku tanya sama kamu, mau sampai kapan kamu kayak gini? Dengan Tiffany sharing masalahnya ke kamu, bukan berarti itu akan terjadi juga di hidup kamu, Adara.”

Aldara 2 [TAMAT - PINDAH KE FIZZO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang