8❗

1K 211 36
                                    

Takdir memanglah kejam. Ia menyiksa seluruh manusia melalui pahitnya kenyataan. Hati yang telah dipecah dan janji yang terlanjur diucap kini sama sekali tak memiliki arti. Jika pada akhirnya duduk di atas putaran roda dengan satu jok yang sama, maka semua janji untuk tak saling berjua apa artinya?

Terkadang (Name) juga lelah dengan hati dan pikiran sendiri. Ia lemah dengan semua ucapan dan sentuhan yang pria itu berikan. Menolak pun jika hati bergetar untuk menyetujui, maka janji yang sudah ia telan pun tidak akan memiliki arti.

Semua ucapannya hanyalah sampah. Dan geram pada diri membuat kedua tangannya mengepal menahan emosi. Ingin menangis, lalu menyandar pada punggung tegap di depan mata, namun apalah daya, benci rasa cinta ini begitu menyiksa jiwa dan batinya.

Jika saja dirinya kuat, ia akan sangat enggan menuruti sebuah ajakan saat tangannya ditarik untuk segera naik ke atas benda tumpangan. Namun sayangnya, ia kalah dengan rindu. Ia kalah dengan sentuhan dan seruan lembut pria itu.

Begitu payah. Payah dan payah.

Sampai kapan ia harus tersakiti oleh ucapan sendiri? Sampai kapan ia harus tersakiti oleh orang bodoh ini? Bukankah malah bagus jika benang merah itu selamanya tetap putus?

Sekali lagi, terkadang (Name) juga lelah dengan hati dan pikirannya sendiri.

"Bagaimana kabarmu?"

Berjingit kaget dengan detak jantung yang berderu kuat, membuatnya hampir terjungkal kebelakang jika saja tangannya tidak menggenggam batasan jok di belakang sana.

"Peduli?"

Balas (Name) terdengar sarkas.

"Ya,"

Dan kembali dibuat sakit dengan penuturan satu kata yang singkat.

Diam sebagai balasan. (Name) berusaha acuh pada suara lembut yang selama ini ia rindukan. Tapi sial tetaplah sial. Sampai ketika pria itu tiba-tiba menoleh kebelakang dan menatap kedua netra ruby-nya sangat dalam.

Terkejut?

Tentu saja.

Hingga membuat rona merah menjalar dalam pipi dan kedua netra melebar dengan sempurna.

Namun untunglah hanya berlangsung selama beberapa detik sampai pria itu kembali memutar kepala dan kembali fokus pada jalanan.

"Kau jadi kurusan ya,"

Celetuknya kemudian. Membuat (Name) menyipitkan mata tak senang.

"Bukan urusanmu, sial!"

Bukannya meminta maaf, pria itu malah terkekeh kecil.

"Kau tidak berubah. Masih galak seperti dulu,"

"Cih! Sudahlah Mikey! Sekarang katakan saja, apa maumu?!"

"Mauku? Hm, Tidak ada kok. Cuma mau kita balikan saja,"

Seperti disambar petir, hati (Name) bergemuruh hebat dan tubuhnya meremang sempurna. Sesak dirasa dalam dada. Membuat dirinya geram dan berakhir hanya bisa berdecih kesal.

"Tidak sudi. Lebih baik sekarang turunkan aku dan pergilah. Mauku tidak berubah, pergi dan jangan pernah temui aku lagi."

"Ga bisa,"

"Cih! Kenapa?!"

"Because the only thing in my heart is you,"

Seketika itu juga, (Name) hampir dibuat pingsan oleh keadaan.

Wajahnya memanas. Gigi-giginya saling beradu geram. Kedua tangannya mengepal kuat. Dadanya terasa sesak hingga mengharuskanya untuk menahan tangis.

Tidak, tidak. Semua ini tidaklah benar. Ucapannya hanyalah dusta. (Name) akan sangat terkutuk jika sekali lagi mempercayai ucapan konyol ini.

𝗥𝗘𝗔𝗟𝗜𝗧𝗬╵ˢ.ᵐᵃⁿʲⁱʳᵒᵘTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang