Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Haha, kau penipu. Ucapanmu itu palsu. Dan hadirmu tak lebih dari secarik racun. Skakmat, Mikey. Aku kalah, aku menyerah."
***
Sesuai perintah Mikey, pulang sekolah (Name) langsung saja cus pergi ke markas Toman. Perutnya sudah keroncongan sedari tadi. Ia rela menolak hukum alam dengan tidak jajan di kantin sekolah demi bisa menghabiskan waktu makan siang-nya bersama dengan Mikey di dalam markas tersebut.
Wajahnya tidak berbinar. Namun juga tidak semasam pagi tadi. Cukup normal, walau masih terlihat kesan datar dalam gurat rupanya.
Dengan jantung yang tak bersahabat karena sudah terlampau senang, (Name) mulai melangkah masuk ke dalam markas dan langsung saja pergi ke ruang pribadi para petinggi.
Gagang pintu kayu didorong pelan. Lalu dengan hati berdebar mulai melangkah masuk dan kembali menutup pintu setelahnya.
Dapat dilihat, ternyata di dalam sini suasananya cukup ramai.
Ada Takemichi, Chifuyu, Baji, Mitsuya, Draken, Hakkai, dan juga Mikey———
——— yang tengah duduk di antara para wanita jalang simpanannya.
Seolah tersambar petir, hati (Name) bergemuruh hebat hingga akhirnya terkelupas menjadi abu.
Sesak menjalar. Hawa panas menyelimuti. Semakin dibuat sakit kala mata itu melihat gadis dengan nama Remi melahap rakus bibir ramping milik sang pria terkasih.
Konyol sekali, pikirnya.
Kenapa dia tidak mencoba berpikir lebih jauh? Bahwa Mikey tetaplah Mikey. Ia akan berbuat baik dan pada akhirnya akan menjatuhkanmu sesuka hati. Membuat usahamu sia-sia, dan akan kembali datang di saat ia membutuhkan sesuatu untuk dimainkan.
Gila memang. Bisa-bisanya (Name) terbuai dalam rayuan sesaat itu. Bisa-bisanya ia kembali terjerumus dalam palung racun yang mati-matian berusaha ia hindari selama ini.
