21❗

563 122 0
                                    

Setelah pertemuan singkat itu, (Name) memutuskan untuk kembali ke dalam kamarnya. Perbincangan barusan begitu menguras tenaga. (Name) benar-benar tidak siap mental untuk menghadapi sikap Mikey semenjak dirinya dan pria itu telah memutuskan tali hubungan.

Seorang perawat masuk ke dalam kamarnya. Ia memberitahu (Name) bahwa gadis itu akan menjalani terapi jalan sebentar lagi setelah makan siang.

Perawat itu dengan telaten mengecek keadaan gadis itu dan menyuapinya ketika makan. Padahal (Name) bisa makan seorang diri namun perawat itu tetap bersikukuh untuk menjalankan tugasnya.

Memang perawat yang baik.

(Name) melahap buburnya sembari menunggu Emma yang tak kunjung datang. Entah kenapa (Name) merasakan firasat yang tidak enak. Hatinya benar-benar dilanda kegelisahan sekarang.

Namun ia tetap berusaha untuk berfikir positif. Mungkin Emma sedang sibuk atau terjebak macet yang mengharuskannya terlambat datang dari jam yang sudah di janjikan.

"Akino-san?"

Suara perawat yang tiba-tiba menyerunya membuat dirinya terlonjak kaget dan seketika sadar dari lamunan.

"I-iya suster? Kenapa?" balas (Name) terbata.

"Bagaimana kakimu? Masih sakit?" tanyanya ramah.

"Ah, mendingan kok. Cuma butuh waktu aja buat balikin tulang-tulang yang retak kemarin, hhe.. "

Si Suster tersenyum mendengar itu. "Syukurlah.. Berarti obatnya manjur ya? Selepas ini kita bakal jalanin terapi rutinan biar proses pemulihannya bisa cepat. Seperti yang kemarin, Akino-san ditemenin Dokter kok! Semangat ya!"

"Makasih Suster.. Semoga aja bisa cepet pulih.. (Name) gak tahan kalo harus jalan make kruk terus.."

"Maka dari itu, Akino-san harus berjuang! Akino-san pasti bisa kok! Suster yakin itu!"

"Hm, sekali lagi makasih Sus.. (Name) aminin deh."

"Sama-sama~"

Seperti yang sudah dijanjikan, selepas makan siang (Name) pun menempuh terapi jalan ditemani dengan Dokter dan Suster di sisinya.

Dengan sekuat tenaga ia berjalan tanpa harus menggunakan kruk. Sakit sekali rasanya. Hingga membuatnya berkali-kali hampir dibuat jatuh dan meringis karena sangking tidak tahannya menahan rasa ngilu di daerah lutut.

Emma tak kunjung datang. Dan entah kenapa sekelibat bayangan Mikey tiba-tiba menghantui pikirannya.

Wajahnya mendadak memanas dan gerakannya terhenti seketika. Semua kenangan bersama Mikey berputar jelas dalam ingatan layaknya kaset usang.

Awal dari pertemuan, hari-hari yang dilalui bersama, hingga kata putus menjadi sebuah akhir dari kebersamaan.

Tak dapat dipungkiri, (Name) begitu mencintainya. Mencintai sosok dirinya. Mencintai pria itu.

Semuanya mengingatkannya pada sebongkah kenangan manis nan pahit di waktu bersamaan. Membuatnya ingin sekali memutar waktu dimana saat itu hanya ada canda dan tawa di sekeliling mereka.

Saling tersenyum dan menyapa saat bertemu. Bukan tangis dan acuh seperti yang sekarang ini.

(Name) begitu merindukannya. Merindukan semua sentuhan hangat dan belaian lembut dari yang terkasih.

Hatinya terasa sesak. Sedangkan kaset usang terus saja berputar dan menampilkan sederet kenangan yang sudah tak dapat ia singgahi lagi.

Hati rapuh (Name) begitu membutuhkan Mikey.

"Akino-san?"

Sebuah suara dibarengi dengan tepukan pelan pada bahu membuyarkan dan mengejutkan dirinya.

𝗥𝗘𝗔𝗟𝗜𝗧𝗬╵ˢ.ᵐᵃⁿʲⁱʳᵒᵘTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang