chapter 22 : mimpi akhir bulan

596 84 4
                                    

______

Happy Reading (づ ̄ ³ ̄)づ

______

"Kau pembohongan yang buruk"

°
°
°

Itu adalah akhir Desember ketika Wen Kexing jatuh dalam mimpi lain yang menyedihkan.

Mimpinya dimulai ketika Wen Kexing sedang memeluk tubuh Han Ying yang tak bernyawa, dia tak tau kenapa dan bagaimana. Wen Kexing hanya tau bahwa tangisnya dalam mimpi itu karena kematian Han Ying adalah ulahnya.

Wen Kexing tak bisa menghentikan tangisnya bahkan ketika sosok Zhou Zishu hadir dan mencoba menenangkannya. Kemudian mimpi itu berubah, berganti adegan dimana Wen kecil menatap punggung ibunya yang menjauh meninggalkan Wen kecil di depan pintu kayu yang catnya telah mengelupas.

Wen kecil telah berteriak sekeras mungkin agar ibunya kembali, tapi pemilik pundak yang membelakangi nya itu terus saja melangkah menjauhinya.

Lagi-lagi Wen Kexing menangis, begitu keras dan menyedihkan tanpa seorangpun yang mendengarkan.

Pada akhirnya mimpi itu kembali hilang, dan gelap kembali membawanya ke tempat baru.

Saat manik 'Wen Kexing' ini dibuka perlahan, yang dia dapati adalah pemandangan indah sebuah sungai luas tak berujung dan jembatan batu semerah darah yang ujungnya juga tak dapat Wen Kexing lihat, jembatan itu membentang kokoh di atas sungai.

Wen Kexing menatap kearah lain, tapi semua nya nampak kabur, seperti kaca yang terkena hembusan nafas hangat di musim dingin. Hanya sungai dan jembatan itu yang dapat Wen Kexing lihat dengan jelas.

Saat itu dia tak tau apa yang sebenarnya dia rasakan. Yang dirinya tau dia sedang menunggu seseorang.

Setelah beberapa saat Wen Kexing menyadari bahwa dirinya duduk sambil bersandar di samping batu besar dengan rambutnya yang berwarna putih tergerai bebas menyusuri setiap jengkal pundak dan banyak menutupi jubah merahnya.

Dia dalam mimpi ini hanya terus diam hingga yang entah bagaimana 'Wen Kexing' ini menyadari kehadiran seseorang lainnya tanpa perlu dia dalam mimpi ini menoleh, seseorang itu hanya berdiri tanpa suara seolah menunggu 'Wen Kexing' memberinya izin untuk bicara.

Dan benar saja, ketika 'Wen Kexing' ini mengangguk pelan, seseorang itu tiba-tiba saja mengeluarkan kalimat pertamanya.

"Tuanku ketua Lembah Hantu, ini sudah 400 tahun berlalu", kalimat itu mengalun lembut dan terpatri jelas bahwa si pemilik suara begitu menghormati 'Wen Kexing' ini, akan tetapi suara itu tak memiliki nada kehidupan di sana, seakan yang bicara dengannya ini adalah mayat yang hidup kembali.

Wen Kexing juga merasa aneh dengan panggilan yang orang ini pakai untuk memanggil dirinya dalam mimpi ini, terasa asing tapi juga terasa akrab disaat bersamaan, hingga rasanya dia merasa geli dan ingin tertawa, atau mungkin sebenarnya itu adalah perasaan 'Wen Kexing' yang lain ini yang dia rasakan.

"Sudah selama itu rupanya"

Wen Kexing tak perlu melihat untuk tau bahwa suara yang terdengar baru saja itu adalah 'suaranya'. Wen Kexing sadar dirinya tak memiliki kendali atas tubuh ini, Wen Kexing hanya bisa menyaksikan dan juga merasakan apa yang akan terjadi selanjutnya.

My Beloved, My Soulmate [WenZhou] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang