Hari mulai menjelang sore, jam menunjukkan pukul 14.30. Masih dengan pemandangan perjalanan, entah kemana Gevano membawanya. Walaupun masih dalam satu kota tetapi Xerena tidak mengenali jalan yang dilalui mereka, terasa asing baginya. Setelah makan, mereka tidak berbicara sama sekali. Makin lama makin jauh, makin kujatuh dan terasa sakit. Mangkanya kalau jalan dilihat-lihat jangan sampai jatuh kasian jalannya yang dijatuhin. Maksudnya, makin lama makin jauh, Xerena dapat melihat pantai. Ah, apakah kita akan ke pantai?
Bukan pantai Xerena. Kalau kata Mr. Simon selaku guru biologi, hutan belantara itu yang ciri-cirinya ada bentangan air asin yang luas dan pasir, sementara pantai itu ciri-cirinya terdapat banyak jenis pepohonan yang sangat lebat. Kalau kalian pintar, pasti kalian langsung percaya.
Mobil Gevano pun parkir di suatu tempat tinggal yang sangat asing bagi Xerena. Tempat tinggal itu terlihat sederhana dengan taman kecil di depannya namun disuguhi pemandangan yang sangat indah karena terletak di tepi pantai. Dapat terlihat berbagai bunga yang berwarna-warni tertanam rapi di taman depan tempat tinggal tersebut.
Ketika Gevano keluar dari mobil, dapat dilihat bahwa sekitar 14 anak kecil yang rata-rata berumur 4-7 tahun berteriak kesenangan serta berhamburan menghampiri Gevano. Melihat hal itu, Xerena menyusul keluar dari mobil dan melihat dari jauh. Terlalu malu-malu ikan untuk mendekat. Ingat yang kucing itu Gevano, Xerena itu ikan. Walaupun anak-anak tersebut tersenyum dan tertawa-tawa, wajah Gevano tetap datar walaupun tidak setajam biasanya.
"Eh Gevano datang, apa kabar?" Seorang wanita muncul ditengah-tengah mereka dan segera menghampiri Gevano, memeluknya.
"Baik Mam." Gevano balas memeluk. Seketika wanita tersebut melihat sekilas Xerena yang masih setia berdiri di samping mobil Gevano. Wajahnya seperti terkejut, namun dalam hal yang baik. Dirinya terlihat antusias melihat Xerena.
"Ah, siapa anak cantik itu?"
"Siapa namamu?" Wanita yang dipanggil Mam tersebut langsung berlari kecil menghampiri Xerena dan tanpa pamrih memeluk Xerena.
"Nama saya Xerena, uh?"
"Aduh, tidak usah bingung begitu, santai panggil saja Mam Barbara." Wanita itu tersenyum ramah pada Xerena.
"Ayo masuk-masuk!" Mam Barbara langsung menggandeng tangan Xerena untuk masuk ke dalam rumah tersebut.
"Aku masih ingin mengambil barang Mam." Gevano pun kembali ke dalam mobil untuk mengambil barang yang dimaksdunya.
Mam Barbara dengan ramah menyuruh menunggu. Xerena duduk di sofa yang bertempat di ruang tamu. Jika dilihat-lihat, ternyata tempat ini adalah panti asuhan. Anak-anak tersebut mengintip Xerena melalui balik tembok. Sedikit terpesona.
"Kakak itu cantik sekali."
"Iya, cepelti balbie limited edision!"
"Bukan, dia seperti seorang per-bukan putr-bukan tapi Ratu!"
"Kakaknya main epep ngga ya?"
Xerena tersenyum geli. Gemas batinnya mendengar betapa polos dan murninya anak-anak tersebut. Tak lama kemudian, Mam Barbara datang dengan membawa teko dan tiga cangkir teh.
"Ayo anak-anak kalian tunggu saja di ruang tengah, jangan disini!" Anak-anak pun menuruti Mam Barbara dan pindah ke ruang tengah yang berada di sebelah ruang tamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Our Universe : Cold Heart |✔ JENRINA BLUESY JENO X KARINA
RomanceSepasang laki-laki dan perempuan diciptakan dengan nama Gevano Leeverton dan Xerena Yvonne. Mereka hanya diciptakan, namun yang menentukan kisah kehidupan mereka adalah mereka sendiri. Mereka akan menemukan Gevano dan Xerena mereka sendiri. Bagaim...