II-Wynorrific

2.3K 234 4
                                    

Menurutmu apa yang retak dalam diri Gevano? Lapisan hatinya? Tidak semudah itu para human. Mungkin saja, ada kemungkinan lapisan hatinya retak, namun yang pasti yang terlihat retaknya adalah tulangnya.

"Lihat, orang bodoh ini mulai beraksi kembali saudara-saudara." Ucap seseorang yang dikenal dengan nama Samuelson Jagger itu. Ia dengan perlahan mengelus bagian pundak Gevano yang diketahui nyeri akibat mengalami patah tulang. Gevano hanya sedikit meringis tatkala Samuelson mengelus pelan pundaknya yang sakit itu. Walaupun sudah diobati dan dielus pelan tetapi rasa sakitnya tetap ada.

"Inilah mengapa terkadang membesarkan anak itu tidak berguna." Sahut temannya yang lain. Tidak orang yang mengalahkan level kepedasan dalam berbicara milik oknum Radley Hendrix.

Jika ditanya posisinya, mereka sedang berada di perpustakaan. Alasannya? Iya karna mereka mencari Gevano Leeverton mereka yang tengah dihukum. Meskipun sekarang waktu jam istirahat tapi dirinya masih melanjutkan mencatat hukumannya yang masih sampai di kalimat ke-60.

"Jika kalian kesini hanya mengganguku, maka pergilah, aku tidak butuh." Sewot Gevano pada teman-temannya.

"Dari mana anda semalam wahai Gevano Leeverton?" Kali ini yang berbicara adalah pemuda yang berbeda, seorang lelaki ehembuayaehem yang berkedok manis bernama Jerren Navier.

"Kau tahu kan kemarin badainya cukup mengerikan, kuharap kau tidak keluar rumah." Jerren tahu sesuatu yang pasti, namun dia tidak dapat mengatakannya secara jelas. Ia masih ingin hidup dan masih ingin mewujudkan mimpinya untuk meraih piala 'Best Buaya of The Year' yang diberikan setiap tahun oleh sekolah ini.

Gevano terdiam tidak menjawab. Cukup lama Ia terdiam sembari melanjutkan catatan hukumannya itu. Pikirannya sedang tidak jernih. Dengan sikap diamnya Gevano, semua teman-temannya sudah tahu jawabannya tanpa Gevano beri tahu. Peramal memang mereka ini.

•○•

Terdengar rintikan hujan yang cukup deras dan petir yang menggelegar menandakan bahwa langit juga memiliki suasana hati yang tidak baik. Badai telah datang. Satu gelas vodka, wadah dengan beberapa es batu dan botol vodka yang berserakan entah sudah berapa yang diminum oleh lelaki tersebut.

Hari ini, hari dimana dirinya kehilangan sosok Ibunya yang paling Ia sayangi. Sejak kejadian 12 tahun lalu Ia kehilangan Ibunya di hari ini. Mengurung diri di kamar yang gelap dan dingin dari AC bersuhu 18° sembari membuat dirinya mabuk merupakan rutinitas baru dalam hidup lelaki tersebut semenjak Ibunya tiada. Ayahnya? Ayahnya berada di tempat yang jauh, sibuk bekerja dan jarang melihat anaknya.

"Ibu." Lirihnya saat mulai mabuk. Ia menaruh telapak tangannya pada puncak kepalanya menahan rasa sakit yang ada di dalam dirinya itu. Mengapa Ibunya pergi meninggalkannya? Perasaannya menjadi sangat sakit memikirkan hal itu.

Rambutnya sudah berantakan, bajunya pun sudah tidak rapi dan matanya sayu menandakan bahwa betapa rapuhnya lelaki tersebut. Memaksakan diri untuk berjalan tak peduli walaupun menabrak perabotan ataupun tembok yang membuat sebagian tulangnya sakit bahkan retak. Menjelang pukul 3 pagi lelaki itu baru bisa tertidur.

•○•

"Lain kali kalau minum kopi di pikir-pikir jangan asal minum aja ya biar tidurnya nyenyak." Tegur Jerren dengan lembut seperti seorang nenek yang menasehati cucunya. Padahal Jerren tahu bahwa kopi milik Gevano adalah sesuatu yang memabukkan. Radley ingin muntah mendengar nasehat Jerren yang diimut-imutkan.

"Kalau mau muntah ya di toilet jangan disini." Cerocos Samuelson sembari memukul kepala Radley dengan atlas dan dirinya juga mendapatkan senyuman maut seorang Jerren Navier. Tanpa disadari Radley, Ia malah mengekspresikan rasa muntahnya terang-terangan.

[1] Our Universe : Cold Heart |✔ JENRINA BLUESY JENO X KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang