XIX-Eecedentesiast

1K 155 9
                                    

Xerena termenung melipat kedua tangannya diatas meja, posisinya sekarang masih berada di kantin bersama Jerren yang masih sibuk dengan dunia PUBGnya. Setelah mengembalikan mangkuk ramen, mereka memilih untuk duduk kembali karena masih ada yang Jerren ingin bicarakan pada Xerena.

"Dengar-dengar kamu pernah diajak bertemu Mam Barbara ya?" Jerren bertanya seraya masih fokus dengan gamenya.

"Iya." Jawab Xerena pelan. Xerena terlonjak kaget ketika Jerren memukul tangannya keras di meja.

"Gevano suka sama kamu!" Jerren berkata cukup keras dengan frontal. Rasanya Xerena ingin menampol mulut Jerren sekarang juga karena hal itu menarik perhatian beberapa orang disana

"Tapi kamu juga suka Gevano tidak?" Jerren mendekat dan sedikit berbisik agar Xerena bisa mendengar. Xerena menghela nafas kasar dan mendorong pelan wajah Jerren yang sedikit terlalu dekat baginya.

"Tidak tahu!"

"Gevano saja tidak jelas sama aku!" Xerena memasang wajah cemberutnya.

"Kamu juga suka Gevano." Benar-benar Jerren adalah calon nomor 2 yang ingin Xerena pukul kepalanya keras-keras selain Gevano.

"Tapi aku boleh tanya tidak?" Xerena menatap Jerren ragu.

"Waktu dan tempat dipersilahkan bagi Nyonya Leeverton." Xerena langsung memukul pundak Jerren.

"Kenapa kamu bisa tahu banyak hal tentang Gevano?" Tanya Xerena yang sedari tadi memperhatikan cerita Jerren yang mengetahui banyak hal tentang kehidupan masa lalu Gevano. Jerren menghela nafasnya pelan, here we go.

"Ibuku dan Ibunya Gevano satu circle, dekatlah seperti garpu dan sendok."

"Otomatis anak-anaknya juga piring dan mangkuk." Xerena mengangguk, pura-pura paham dengan teori konspirasi seorang Jerren Navier ini.

"Jangan bilang siapa-siapa tapi dari satu circle kita, yang paling tahu banyak tentang Gevano adalah aku.

"Bahkan aku hafal jadwal dia mengupil, batuk dan bersinnya."

"Really?" Xerena menatap heran Jerren.

"Real, mereka hanya tahu masa lalu Gevano, tapi tidak dengan isi pikiran dan hatinya," Jerren terlihat memberi jeda.

"Aku dan Gevano itu sudah seperti saudara, apa yang Gevano pikirkan itu mudah aku tebak dan sebaliknya juga begitu apa yang aku pikirkan Gevano juga bisa menebak dengan mudah."

"Walaupun Gevano mau berbohong sebanyak apapun, aku tahu perasaannya Gevano terhadap kamu." Xerena terdiam mendengar perkataan Jerren barusan.

"Maksudnya?"

"Gevano itu tidak bermaksud kasar ataupun jahat, aku bisa pertegas itu."

"Dia hanya takut." Merasa sudah bosan bermain game, Jerren pun menaruh HPnya diatas meja dan beralih menatap Xerena yang menunjukkan wajah tidak mengerti.

"Takut apa?"

"Takut kehilangan." Jerren ikut melipat tangannya diatas meja. Jerren menatap Xerena dengan tatapan intimidasi layaknya seorang polisi kepada pencuri.

"Otaknya bilang menjauh tapi hatinya melawan untuk menjauh, memang anak bodoh." Jerren sedikit tertawa meremehkan terhadap Gevano.

"Menjauh bagaimana?" Xerena menatap Jerren bingung, dirinya benar-benar tidak paham.

"Gevano itu mau memilikimu, tapi dirinya takut untuk mencoba, atau lebih tepatnya takut jika gagal lagi."

"Itulah yang membuat Gevano tidak tenang seumur hidupnya, dirinya sudah terlalu trauma jatuh karena seorang gadis dan takut mencoba kembali, tapi dia mau memilikimu." Jerren menjelaskan panjang lebar layaknya seorang professor.

[1] Our Universe : Cold Heart |✔ JENRINA BLUESY JENO X KARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang