L

147 38 6
                                    

"Jadi kamu sudah beritahu orang tua Raena?" tanya salah satu guru laki-laki yang juga ada di ruangan itu.

"Belum pak, Raena bilang jangan diberi tau dulu ke orang tua dia, dan saya setuju, saya takut dia semakin depresi dan mental nya semakin memburuk, dan saya juga lihat seperti nya Raena juga mengidap gangguan kecemasan, gangguan ini emang tak terlalu sakit,karena kebanyakan gejala nya hanya gelisah, sebagian saja yang sampai mual-mual, pusing atau bahkan pingsan, gangguan ini benar-benar mengganggu si pengidap nya, semua yang dilakukan seakan salah dan membuat di pengidap nya juga tak nyaman," jelas Andra lagi, seperti nya hari ini ia banyak sekali berbicara.

Lagi-lagi guru-guru mengangguk, Hana tersenyum ke arah Andra entah apa arti senyuman itu, walaupun Andra tak melihatnya.

Selang beberapa detik tiba-tiba guru kepala sekolah membuka suara.

"Tolong pak Doni kumpulan seluruh siswa siswi kita, kita harus memberitahu mereka dan harus menghindari perbuatan buruk yang hampir dilakukan Raena murid kita tadi," ucap Guru Kepala Sekolah itu.

"Sebaiknya tidak usah buk,"cegah Hana.

"Yang di ucapkan Hana benar buk, takutnya banyak siswa siswi juga teman nya menganggap kejadian ini sebagai lelucon, dan bercanda terlalu berlebihan, bukannya memperbaiki keadaan ini malah akan semakin memperburuk keadaan," larang Andra, ia benar-benar tak setuju.

"Ouh...maaf kan saya, saya benar-benar belum memikirkan itu," ujar Kepala sekolah tadi merasa bersalah.

"Kalau begitu, bagaimana kalau kamu jadi guru pembimbing, atau maksud saya dokter Psikologi Raena, umur kalian yang tak terlalu jauh, mungkin semakin mempermudah proses penyembuhan Raena kan?kalau Hana tak mungkin, dia akan menjadi pengganti saya sementara menjadi wali kelas setelah urusan saya selesai nanti, lagi pula kamu sudah berpengalaman kan?" tanya Guru yang Andra tebak pasti masih memiliki satu anak.

Andra terdiam sebentar lalu tersenyum dan mengangguk, jujur ia tak suka kalimat terakhir guru itu.

"Saya akan mencoba berbicara dengan Raena nanti nya," ucap Andra pada akhirnya.

Ini yang di inginkan Andra, mengambil jurusan Psikologi adalah kemauan nya dari dulu, ia ingin membantu seseorang bangkit dari keterpurukannya, ia magang di sekolah bukan di rumah sakit, walaupun ini sedikit bertentangan dengan jurusan nya, tapi ada alasannya, ia ingin mengajar kan sedikit ilmu psikologi ke siswa-siswi yang ada di sekolah itu.

Ia tau, di tingkat SMA ini banyak siswa maupun siswi yang depresi, depresi karena ekonomi atau depresi karena keluarganya, depresi karena pelajaran, dan yang paling sering depresi karena cinta dan penampilan atau tubuh yang dimiliki nya.

Apalagi kalau berhadapan dengan pertanyaan 'lanjut kuliah atau tidak?' 'lanjut kuliah atau langsung kerja?' apalagi siswa/i yang hanya bermodal kan beasiswa, ini benar-benar sulit.

Andra ingin mengajarkan mereka, bahwa tak selamanya hidup ini menyakitkan, pasti ada pahit manisnya, Andra ingin mengajarkan seberapa penting nya hidup mereka, seberapa berharga nya mereka, dan tak ingin mengakhiri hidup hanya karena hal konyol.









"Tidak apa-apa jika kamu tidak sempurna,tidak Kaya,tidak pintar, atau tidak memiliki paras yang indah,setidaknya kamu adalah edisi terbatas dari dirimu sendiri"
NMJN X Me

—To Be Continue—

𝐏𝐚𝐢𝐧𝐟𝐮𝐥 𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐧𝐞𝐬𝐬 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang