Ok makasih masih mau membaca 🍒 ta gj ini
Thanks a lotTiba-tiba Andra berdiri.
Ia merentangkan kedua tangannya terbuka lebar.
Raena terdiam, apa maksud nya ini?
"Kakak ngapain?" tanya Raena, sungguh ia tak mengerti apa maksud nya ini.
"Lah? tadi katanya pengen di ngertiin, di dengerin cerita nya, terus di peluk, yaudah sini kakak peluk," jelas Andra.
Mata Raena membola, apa guru magang plus dokter nya itu mendengar kan setiap kata yang terucap dari mulut nya?
"E-ehmm bu-bukan gitu m-maksudny–" ucapan Raena terpotong kala Andra yang langsung mendekap nya hangat.
Raena membeku, pipinya sudah merona, tangannya masih berada di atas pahanya, belum sanggup membalas pelukan Andra.
"Oh come on, jantung gue dah mau copot," ujar Raena dalam hati.
"Gimana? semua keinginan kamu udah kesampaian kan?" tanya Andra pada Raena.
"Hehe i-ya kak," gugup, satu kata yang menggambar keadaan Raena sekarang.
"Aelah Pakek acara gugup lagi, malu banget gue, Anyone help me!!" lagi-lagi Raena menggerutu dalam hatinya.
"Ah iya, Raena mau dengar cerita nggak? eum...tentang masa lalu kakak sih, nggak menarik-menarik juga," ujar Andra tiba-tiba.
Raena mendongak, lalu Andra ikut menunduk.
Tak lama Raena mengangguk, yaa itung-itung balas budi, gantian jadi pendengar curhatan nya.
Andra berdehem terlebih dahulu, kebiasaan nya sebelum berbicara panjang.
"Kamu tau? alasan kakak peduli banget sama kamu?" tidak langsung bercerita Andra masih sempat bertanya dulu, padahal Raena sudah mati penasaran.
Raena menggeleng, ia sudah kembali bersandar di dada bidang Andra.
"Dulu kakak juga kayak kamu, punya gangguan mental, beda nya mental kakak terganggu karena keadaan, bukan karena diri sendiri...
Di situ kakak masih kelas 1 SMP, masih polos-polos nya, yang cuman bisa bertindak sekenanya saja.
FLASHBACK ON
Tok!Tok!Tok!
"Kak? kak Indri," panggil bocah laki-laki berumur 12 tahun.
"Ish nyebelin, di panggil-in nggak nyahut-nyahut," gerutu bocah itu.
"KAK INDRI!!" kali ini bocah itu berteriak, namun tak ada jawaban juga, padahal kakak nya itu masih di dalam kamar dari tadi, belum keluar kamar barang sedetik pun.
"Kak? aku masuk ya, aku cuman mau minjem pewarna, pewarna punya aku ketinggalan di rumah temen,"
"Oke?" masih sama tak ada jawaban, suasana hening, bahkan suara semut lewat pun terdengar.
"Udah ah masuk aja, entar kalau di marahin, biarin aja, siapa suruh budek," acuh bocah itu, ya dia Andra tapi masih versi mini.
Mata bocah membola menemukan kaki pucat seperti tak dialiri darah menggantung di depannya, perlahan ia menaikkan pandangan nya, berharap apa yang dilihatnya nya ini cuman mimpi, sungguh ia belum siap.
Ia terkejut setengah mati, kepalanya tiba-tiba pusing melihat pemandangan yang ada di depannya itu, kakak satu-satunya sekaligus saudara satu-satunya, telah berakhir mengenaskan dengan tali yang melilit leher perempuan itu.
Apa ini? tolong jelaskan apa ini? siapa pun tolong katakan kalau ini hanya mimpi belaka, tolong bangun kan ia segera, ia tidak suka mimpi ini, benar-benar tidak suka ini sangat menakutkan. Tolong!
Banyak permintaan yang terucap dalam hati Andra, ia hanya mematung dengan mata yang sudah berkaca-kaca, yang jika sekali kedip saja air matanya pasti akan jatuh.
Namun kenyataan lebih dulu menampar nya, agar ia sadar apa yang terjadi di depan nya ini bukan lah mimpi.
"K-kak?"
"MAMA!PAPA!! LIHAT KAK INDRI!!" teriak Andra sangat kuat,suaranya menggema di setiap sudut ruangan yang ada di dalam rumah itu.
Ia terisak kuat, berkali-kali merapalkan doa agar semua ini berubah menjadi mimpi, tak apa jika mimpi buruk ini menyiksa nya sebentar dari pada nanti menjadi menyiksa nya dengan waktu yang lama.
"Iya Ndra? kenapa? kok teriak-teriak?" tanya Mama Andra yang masih berjalan santai menaiki tangga, diikuti sang suami dari belakang.
"M-mamah," lirih Andra suaranya bergetar, tubuhnya melemah ia terlalu shock, ini terlalu tiba-tiba.
Sebelum gelap merenggut kesadaran nya, ia masih sempat mendengar teriakan kuat milik perempuan yang sudah melahirkan nya dan sang kakak ke dunia ini.
FLASHBACK OFF
—To Be Continue—
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐚𝐢𝐧𝐟𝐮𝐥 𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐧𝐞𝐬𝐬 [SELESAI]
Fiksi RemajaRaena yang dipertemukan dengan laki-laki yang sedang magang menjadi guru di sekolahnya. Laki-laki itu bernama Andra. Andra adalah penyelamat bagi Raena. Dan Raena adalah penyemangat bagi Andra. Kedua insan yang saling melengkapi, dan saling mengobat...