Hello I'm Comeback!!!
Hadehh..ni cerita masih sepi aja ya? ceritanya aneh kali ya? tapi nggak apa-apa, udah terlanjur buat nih cerita, lebih baik di end-in aja..
Oke lanjut aja bacanya ya!eh emang ada yang baca?Raena menghembuskan nafas nya lega, ia baru saja turun dari podium.
Tadi ia baru menyampaikan pengalaman nya kepada seluruh teman sekolahnya, ia juga memberi imbauan dan motivasi bagi teman-teman nya itu, entah itu di terima dengan baik atau tidak oleh mereka.
Ia berjalan ke arah lorong dimana di situ ada Andra yang melihat nya sembari tersenyum.
"Gimana? nggak apa-apa kan?" tanya Andra mendekati Raena terkekeh pelan sembari mengusap pelan kepala Raena.
"Huuhhh, lega banget walaupun gugup banget, sampe aku susah ngomong nya," balas Raena masih memegangi dada nya dimana, di dalamnya ada jantung yang masih belum berdetak normal.
"Nih ya, aneh banget padahal aku udah nyiapin kata-kata nya tadi sebelum naik ke podium, eh tiba di atas, otak aku tiba-tiba nge-blank, semua yang aku siapin tadi terbang hilang entah kemana," keluh Raena dengan wajah cemberut nya.
"Udah nggak apa-apa, bagus kok tadi, kamu ngomong nya juga nggak gugup tadi," ujar Andra.
"Eh? tadi waktu di atas, kelihatan nggak kalau kaki aku gemetaran?" tanya Raena, takut jika hal itu terjadi, itu sungguh memalukan!
Dan untung saja di lorong itu sepi, tidak ada siswa yang lewat dan mendengar pengakuan nya ini, karena memang lorong itu buntu, tidak menyambungkan ruangan apapun.
"Enggak tenang aja per-"
"Ekhem," ucapan Andra terpotong kala mendengar deheman seseorang dari arah belakang mereka. Mereka berdua sontak menoleh
"Ndra, semua guru magang di panggil kepsek nih, mungkin mau bahas kita yang beberapa hari lagi selesai magang," ucap Hana, memandang Raena tidak suka, apalagi saat melihat Andra mengusap kepala Raena, ia benar-benar tidak suka itu.
"Hm'm,"
"Yaudah Na, masuk ke kelas aja, nggak usah terlalu dipikirin....
Andra mendekat sedikit,
Intinya selalu positif thinking," lanjut Andra tersenyum tipis kearah Raena.
"Ayyay Kapten," sahut Raena cepat sembari tersenyum manis.
Berpikir positif selalu, dimana pun, dan kapan pun.
Andra berjalan terlebih dahulu meninggal kan Hana.
Sedangkan Hana masih terdiam memandangi Raena dari atas sampai ke bawah.
Raena yang di pandangi seperti itu pun tidak terima.
"Buk? kok nggak ikut sama Kak Andra? tadi katanya di suruh ngumpul, gimana sih?" ujar Raena membuka suara, ia bukannya kurang ajar, tapi ia paling tidak suka dengan orang yang melihatnya dengan tatapan menilai.
"Santai aja ngomong nya....dulu gue respect sama Lo, tapi sekarang ngeliat Lo aja jijik!" balas Hana ketus.
Raena menyerngit heran, apa-apa an wanita yang ada di depan nya ini? bagaimana pun dia juga remaja belasan tahun yang mudah terpancing emosi.
"Kok Ibu ngomong nya gitu? ibu seorang guru loh disini, kalok emang ibu punya masalah pribadi, nggak usah di bawa-bawa ke sekolah dan jadiin murid ibu pelampiasan nya," balas Raena dengan suara yang masih tenang tapi di dalam hatinya ia bersumpah agar melupakan kata-kata Hana tadi, ia tidak akan overthinking lagi, sekarang ia tidak selemah dulu lagi, ia harus bisa menguasai dirinya sendiri.
"Omongan gue bener kok, Lo makin dibiarin makin caper ya! Mungkin juga banyak orang yang jadi nggak respect lagi sama Lo! kelakuan lo bikin muak tau nggak!" tekan Hana emosi, selama ini ia masih bisa bersabar dan menahan kecemburuan nya. Namun makin lama seperti nya Raena sengaja mendekati Andra, yang notabene nya sebagai laki-laki yang benar-benar ia cintai, dan sekarang akan di rebut dari dia? dia tidak akan membiarkan itu terjadi.
"Urusannya sama gue apa? lagi pula gue nggak butuh ke respect-an mereka, toh nggak ada ruginya kan sama ibu, kenapa jadi ibu yang sewot?!" balas Raena sudah melupakan bahasa baku.
"Hei, hei, stop, ini kenapa ribut?Raena? kok belum masuk kelas? ini kamu udah telat loh," ujar Andra menengahi pertengkaran mereka berdua.
"Lo juga Han, tadi Lo bilang kita di panggil kepsek, setelah gue kesana, ternyata nggak ada siapapun yang manggil kita, dengan Lo ngebohongin gue kayak gini, sama aja Lo buat gue malu tau nggak," ujar Andra dengan nada bicara yang masih tenang, Andra cukup malu tadi duduk di kursinya menunggu guru-guru magang yang lainnya berkumpul, namun cukup lama ia menunggu, tak satupun ada yang datang, akhirnya ia tau, ternyata kepsek memang tidak mengumpulkan mereka, ia sudah di bohongi oleh Hana dan itu cukup memalukan.
"Oke gue ngaku, gue sengaja ngebohongin Lo biar Lo nggak deket-deket sama Raena, gue nggak suka kalian berdua berdua-an terus menerus, dan gue benci sama Lo Raena, Lo cuman orang baru yang ngerusak hubungan gue sama Andra!" aku Hana dengan Suara yang tertahan.
Sedangkan Andra menggeleng kan kepalanya, tak habis pikir dengan perilaku buruk Hana sekarang, ini di sekolah, dan ia berprofesi sebagai guru disini, tapi perilaku nya sama sekali tidak mencerminkan seorang guru!
"Gue nggak habis pikir sama Lo Han, Lo kekanak-kanakan banget tau nggak? gue harap Lo ubah sifat buruk Lo ini," tekan Andra pergi meninggalkan Hana dan Raena.
Hana menundukkan kepalanya merasa bersalah membuat sang pujaan hati tidak menyukai nya.
Raena tersenyum sinis.
"And? bisa kita lihat kan disini siapa yang caper? Lo atau gue?....semangat caper nya," ujar Raena menyemangati sembari menepuk singkat pundak Hana, lalu berlalu meninggalkan Hana sendiri.Heol~hubungan apa maksud dia? ia sudah mengenal Andra, dan Andra bilang ia tidak memiliki hubungan asmara dengan siapapun, dan dia datang-datang mengaku ada hubungan dengan Andra? Kalau pun itu hubungan antar teman, apa dia pantas berperilaku seperti itu? tidak kan?
Huh bukan nya apa, tapi mungkin Raena lebih tau seluk beluk hidup nya Andra daripada Hana, dan mungkin juga dia sudah tidak bisa dibilang orang baru lagi di hidup Andra.
Ooooo😭😭 geli/aneh banget nggak
Sih ceritanya, pantes nggak ada yang mau bacaaaa😔😔🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐚𝐢𝐧𝐟𝐮𝐥 𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐧𝐞𝐬𝐬 [SELESAI]
Roman pour AdolescentsRaena yang dipertemukan dengan laki-laki yang sedang magang menjadi guru di sekolahnya. Laki-laki itu bernama Andra. Andra adalah penyelamat bagi Raena. Dan Raena adalah penyemangat bagi Andra. Kedua insan yang saling melengkapi, dan saling mengobat...