S [END]

170 13 0
                                    

Raena melihat langkah Andra yang mulai memasuki mobil, tepat di samping nya.

"Kok lama?" tanya Raena, pasalnya ia sudah menunggu hampir 30 menit di dalam mobil mewah ini.

"Iya, masih ada urusan tadi," jawab Andra, ia menaruh kepalanya di atas paha Raena.

Raena menatap heran Andra, bukannya menjalankan mobil itu, ia malah tidur? jadi gunanya dia menunggu dari tadi apa?

"An? nggak jadi perginya? entar ke malem-an loh," tanya Raena lagi.

"Gini aja bentar," ucap Andra singkat.

Seakan mengerti, tangan Raena bergerak mengusap lembut rambut lebat milik Andra.

"Kenapa?" lagi-lagi Raena bertanya.

"Nggak tau,"

"Dih, nggak jelas,"

"Dari hari-hari sebelumnya, aku sering jumpa sama pasien yang kayak kamu," jelas Andra yang masih membingungkan bagi Raena.

"Kayak aku? hah? gimana-gimana?" Andra yang salah bicara,atau Pendengaran Raena yang bermasalah.

"Iya, kayak kamu dulu maksudnya, dan yang ngalamin juga ada anak SMP ada anak SMA juga, bahkan ada yang udah berumur.

Sama kayak kamu, mengidap banyak gangguan yang bermacam-macam, setiap jumpa pasien pasti keluhan nya itu semua,
'Berawal dari diri sendiri'
Itu sih alasannya, tapi aku maklumin, mungkin karena zaman sekarang apa-apa susah, tapi aneh nya itu kenapa banyak banget gitu loh," jelas Andra panjang lebar lalu menelungkup kan wajah nya ke perut Raena, sembari memeluk pinggang wanita itu.

Cerewet sekali kekasih nya ini pikir Raena. Ingat sudah 'Kekasih'.

"Yaudah jadi kenapa cemberut gitu?" lagi dan lagi Raena hanya melontarkan pertanyaan.

"Iih kenapa nggak konek sih? Ya kan dah aku bilang, kenapa bisa sebanyak itu?" sahut Andra dengan suara yang teredam karena pelukan tadi tak kunjung terlepas.

Raena yang mendengarnya sahutan Andra melongo, bagaimana kalau pasien di luaran sana tau bahwa dokter psikologi kesayangan mereka ini ternyata manja.
Kadang Raena tak percaya bahwa umur Andra sudah menginjak 23 tahun.

"Ya kamu kira, semua orang nggak punya masalah gitu?

Ya kamu kan dah tau, pasti orang-orang yang mengidap gangguan-gangguan itu pasti punya masalah, contohnya kayak aku dulu, dulu aku kaya mereka, bahkan masih ada sampai sekarang juga karena ada masalah, dan masalah nya itu karena kasih sayang, keluarga aku pada sibuk sama urusan mereka masing-masing, sehingga aku menyimpan semua masalah aku sendirian, nggak ada yang pernah tanya bagaimana kehidupan aku sehari-hari nya, dan setelah semuanya terjadi, baru mereka sadar dan berubah, dan mungkin aja mereka juga ada yang sama kayak aku," jelas Raena lembut, dengan tangan yang belum juga berhenti mengelus kepala Andra.
Tanpa Raena jelaskan pun Andra paham, ya kapan lagi bisa bermanja-manja dengan Raena, di tengah kesibukan Andra sebagai dokter psikologi, dan Raena yang lagi sibuk-sibuknya mengurus keperluan kuliah nya.

"Pokoknya kamu yang semangat kerja nya, kan ini kemauan kamu dari dulu, dan kemauan kamu itu udah terwujud, kamu udah banyak mengubah hidup pasien-pasien kamu menjadi lebih baik lagi," lanjut Raena tersenyum menatap Andra yang sudah terduduk.

Andra mendekat. "Thank you," balas nya dengan suara berat khas nya, sembari mengecup singkat jidat Raena.

"Yaudah ayo jalan, nanti butik nya keburu tutup," ajak Raena, lelah dengan Andra yang sedari tadi tak juga menjalankan mobil yang mereka naiki sekarang.

"Eh? butik ngapain?" tanya Andra bingung.

"Ih? bitik? ngipiin? udah pikun ya mas?" ejek Raena, benar-benar kekasih yang halal untuk di tenggelamkan.

𝐏𝐚𝐢𝐧𝐟𝐮𝐥 𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝𝐧𝐞𝐬𝐬 [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang