Chapter 05. Ruffled

4.2K 512 113
                                    

Seketika, hening melanda mereka bertiga. Detik-detik jam berjalan dengan mata yang saling melihat, seakan masih loading tentang apa yang tengah terjadi diantara mereka.

Sang ibu yang melihat dengan mata melotot, Zhan yang bisa merasakan mulutnya menganga terbuka, lalu Yibo yang masih diam diatasnya.

Dan barulah, ketika pikiran dan akal sudah selesai memproses data, Zhan panik seketika.

Dia berteriak, "Ibu, ini tidak seperti yang kau pikirkan!"

Seakan juga sudah selesai memahami situasi berdasarkan apa yang dilihat, ibunya membalas dengan galak, "Memangnya kau tahu yang ibu pikirkan?" Kesewotan semakin menjadi saat dia melanjutkan, "Apa yang ibu pikirkan saat melihat putranya bertindihan dengan laki-laki dewasa lain di ranjang? Ha?!"

GLEK. Mampus, ibunya ngamuk.

Zhan yang sadar dengan posisinya, langsung mendorong Yibo yang anteng diatas, "Posisi kami tidak berarti apapun!"

"Lalu apa artinya diatas ranjang saling bertindihan? Bermain kartu?" Tanya ibunya mengejar.

Zhan, "Kami-"

Yibo, "Lempar bantal."

"Bagus sekali, jadi ini pekerjaan seorang dokter yang berusia 29 tahun dengan seorang polisi dengan pangkat-" Ibunya berhenti sebentar, seperti mengamati seragam polisi yang dikenakan Yibo, "Kapten, bermain perang bantal?"

Zhan berusaha menjelaskan, meski sedikit terbata-bata karena tidak mengira ibunya akan datang, "Ibu- Ibu, tunggu kami memang saling melempar bantal-"

"Untuk?"

"Dia menyebalkan jadi-"

"Dia menyebalkan jadi kau bersedia ditindih begitu?" Tanya ibunya galak, lalu melihat Yibo, "Kau, bawa orangtuamu kemari dan lakukan lamaran resmi!"

DUARR!

Seketika, suara petir menggelegar berkumandang dikepala Zhan tanpa permisi.

"Ibu!" Zhan nyaris berteriak histeris saat mendengar ibunya bertitah, "Ibu, tunggu- tunggu! Tidak seperti itu!"

"Tidak seperti apa? Zhan, kau sudah dicolek dan dirasakan, ibarat dagangan, ya harus dibeli!"

APANYA YANG DICOLEK DAN DIRASAKAN?!

Zhan sudah tidak tahu apalagi, lalu dia melihat Yibo yang masih anteng, "Kau- kau jelaskan pada ibuku, sialan! Jangan hanya diam!"

"Aku melempar bantal."

"Kau melempar bantal dan anakku kau tarik untuk kau tindih diatasnya?"

Zhan merutuk Yibo, "Bicara jangan setengah-setengah! Sial!"

Sungguh, hari ini mungkin jadi hari dimana Zhan banyak sekali mengumpat.

"Zhan, jangan mengumpat!" Ibunya mengomel, "Pantas tidak mau dijodohkan. Kalau kau sudah punya calon, bawa pulang! Apa ibu pernah bilang tidak akan menerima kekasihmu?"

"Tapi bu," Zhan benar-benar tidak mampu menjelaskan bagaimana lagi, "Dia bukan kekasihku, kami bukan sepasang kekasih! Kami tidak punya hubungan semacam itu."

"Kalian bukan sepasang kekasih tapi saling bertindihan diatas ranjang?!" Ibunya makin terlihat galak, "Kau ini mau-maunya dijadikan teman tapi mesra! Zhan, tikungan dimana-mana, kau itu harus jelas statusnya!" Ibunya mulai terdengar berceramah, "Yang jelas statusnya saja bisa kena tikung dan ditinggalkan, apalagi jika hanya berbalut kata teman! Kau ini sudah dewasa, harusnya tahu sudah tidak saatnya pacaran, tapi menikah!"

Mendengar ucapan ibunya membuat Zhan menggaruk rambutnya frustasi, "Ibu-"

"Sudah-sudah," Dia menghadap Yibo lagi, "Sampai sudah bertindihan begini anakku belum juga kau jadikan kekasih, dan masih mau kau permainkan? Aku tidak mau tahu, orangtuamu atau walimu besok harus datang! Pembicaraan keluarga harus segera dilakukan!"

BEING A LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang