4. Who Are You

222 82 66
                                    

Hati Gwen benar-benar di buat berbunga-bunga. Jantungnya berdebar. Kini ia merasa benar-benar jatuh hati pada pemuda bermarga Stewart itu. Ezra pria baik yang memperlakukan perempuan dengan hormat, dan Gwen menyukai tipe pria seperti itu.

Senyum di wajah Gwen belum hilang juga ketika ia sudah masuk ke dalam rumah. Namun langkahnya tiba-tiba berhenti saat sadar bahwa lampu rumah tidak di nyalakan. Tapi ia tak menghiraukannya. Mungkin saja orang tuanya sudah tidur dan lupa kalau kedua anaknya masih berada di luar rumah.

Gwen melanjutkan langkah, berjalan menuju dapur. Tenggorokannya tiba-tiba saja terasa kering karena terlalu lama mengobrol bersama Ezra. Senyum Gwen terbit lagi kala mengingat pemuda itu.

Gwen menekan saklar lampu, membuat dapur seketika di terangi cahaya. Gwen berbalik, hendak menuju kulkas, namun cairan merah kental yang menggenang di samping pantri bersama tubuh ibunya membuat Gwen kaget dan sontak berteriak histeris.

Ia menutup mulutnya, memandang penuh kengerian tubuh tak berdaya itu. Organ-organ tubuhnya tercecer di sekeliling tubuhnya, membuat darah terus merembas keluar dan membentuk genangan darah di sekitar jasad tersebut.

Ezra datang tak lama kemudian. Pemuda itu juga terkejut saat menemukan jasad yang berantakan di samping pantri. Perhatiannya langsung teralihkan saat suara tangis Gwen terdengar. Gadis itu merapatkan diri, bersandar di dinding dan mencoba mengalihkan pandangan. Tidak berniat melihat jasad ibunya.

Ezra segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi kantor Sheriff. Hanya sejenak Ezra bicara melalui telfon sebelum menghampiri Gwen dan memeluk gadis itu sekaligus menangkannya.

Gwen sesenggukan, tak kuasa menahan perasaan kehilangan. Tubuhnya bergetar dalam pelukan Ezra. Sementara pria itu terus mengusap punggung Gwen, berusaha membuat gadis itu tenang. Tapi, tiba-tiba saja sebuah tonjolan muncul dipunggung Gwen. Kian lama semakin membesar, membuat Ezra mengernyitkan alis bingung, tak mengerti dengan apa yang terjadi.

Gwen yang menyadari Ezra mulai mengendurkan pelukannya ahkirnya melepas sepenuhnya pelukan mereka. Ia menatapi Ezra penuh tanda tanya. Sampai tiba-tiba mata pemuda itu membelakak lebar dan dengan tiba-tiba merengsek menjauhi Gwen.

Hembusan angin yang terasa, menyadarkan Gwen. Ia langsung membelakakan mata seraya melirik ke belakang mencoba melihat kondisinya.

Sepasang sayap putih besar menempel dan menyatu dengan punggungnya. Gwen merutuk, dengan perlahan kembali melihat ke arah Ezra. Namun bertapa kecewanya ia, saat medapati sorot penuh ketakutan dari pemuda itu.

"Ezra..." panggil Gwen lirih, namun Ezra makin membelakakan matanya dengan takut saat melihat sepasang taring di antara gigi Gwen.

Gwen mengeruhkan air mukanya. Menatap Ezra sedih. Tapi, Ezra yang sudah terlalu takut dan terkejut segera bangkit dan berlari pergi dari sana. Meninggalkan Gwen yang menangisi kepergian ibunya dan juga terbongkarnya jati dirinya di hadapan Ezra.

Dengan sisa tenaganya, Gwen mengambil ponselnya dan menelfon George. Memberi tau keadaan ibu mereka dan kondisi dirinya saat ini.

Gwen tak bisa memfokuskan diri untuk mengontrol perubahnnya. Emosinya tidak stabil karena terguncang akan penemuan mayat ibunya sendiri. Apalagi ayahnya entah ada di mana.

Gwen menelfon Ayahnya, tapi suara dering ponsel terdengar tak jauh dari tempatnya saat ini. Gwen berjalan menghampiri asal suara dan lagi-lagi menemukan kondisi yang serupa dengan jasad ibunya.

Gwen terduduk begitu saja. Tangisnya semakin menjadi. Ia meemeluk lututnya dan menangis sejadi-jadinya. Sayap putihnya turun dan membungkus tubuh Gwen, seakan mendekapnya.

George datang beberapa saat kemudian. Pemuda itu juga terkejut setengah mati saat melihat kondisi kedua orang tuanya. Tapi kondisi Gwen yang berada dalam wujud veela nya menarik George untuk memindahkan kakanya itu sebelum para penegak hukum itu datang memeriksa.

Veela: Bloodlines ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang