20. The killer

87 40 11
                                    

Ezra memperhatikan setiap orang yang dia lewati, berharap dapat menemukan Jeremy diantara para remaja yang sedang menari di sana. Tapi bukannya bertemu Jeremy, Ezra malah menemukan Niel yang tengah menari sambil minum segelas bir. Segera saja Ezra menghampiri temannya itu.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Ezra. Pertanyaannya menarik perhatian Niel.

"Berpesta tentu saja," jawab Niel, menegak sisa bir terakhirnya. Dia kemudian melihat Ezra yang sedang mengedarkan pandangannya seperti tengah mencari sesuatu.

"Kau sedang mencari seseorang?" Tebak Niel. Ezra kembali beralih pada Niel.

"Kau melihat Jeremy?" Tanya Ezra langsung pada intinya.

Niel agak mengerutkan alisnya sejenak sebelum menjawab "well, dia tadi di sini, tapi kemudian naik ke atas," jawab Niel.

Ezra menepuk bahu Niel dengan jantan "thanks you, men." lalu dia berbalik dan segera pergi menuju tangga.

Niel yang merasa penasaran menaruh gelas bekas bir nya ke atas meja, segera mengikuti Ezra. Baru menyadari keseriusan pemuda itu sesaat sebelum Ezra berbalik dan pergi.

"Ada apa? Kupikir kau dan Gwen sibuk mencari siapa si pembunuh berantai, kalian sudah menemukannya?" Tanya Niel, berusaha melewati teman-temannya yang menghalangi jalan. Mengekori Ezra yang terus berjalan hingga mereka menaiki tangga menuju lantai dua.

Tiba-tiba saja sebuah suara yang terdengar seperti pintu di tutup keras segera mengalihkan perhatian kedua pemuda itu. Ezra mencegat langkah Niel saat pandangannya tak sengaja melihat bayangan seseorang dari arah belokan lorong. Hingga dering ponsel miliknya mengambil fokus Ezra untuk segera mengangkat panggilan yang rupanya dari Gwen.

Ezra menekan dial, menempelkan ponselnya ke samping telinga dan mendengarkan suara Gwen di seberang telfon.

"go away from here!!"

"What?"

"Bawa semua orang pergi dari rumah Jeremy. Dia adalah wendigo," kata Gwen tak sabaran "Jeremy, si pemilik rumah adalah wendigo, Ezra yang berarti dialah yang kita cari. Pembunuh berantai itu!"

Ezra mematikan sambungan telfonnya, menatap ke arah lorong tempat dia melihat bayangan seseorang sebelumnya, di sana, Jeremy berdiri dan membalas tatapannya sambil menyeringgai.

Ezra berbalik, memegang bahu Niel erat "turun dan segera beri tau semua orang untuk pergi dari rumah ini," pintanya. Segera mendorong Niel kembali menyuruhnya turun.

Tapi baru satu anak tangga yang dia tapaki, Niel kembali berbalik "apa yang Gwen katakan padamu tadi?" Tanya Niel.

Ezra mengerang kesal, menoleh pada Niel dan menjawab pertanyaan pemuda itu "Jeremy adalah si pembunuh berantai, dan jika kau tida menginginkan pembantaian malam ini di mana korbannya termasuk dirimu, segeralah turun ke bawa dan cepat pergi dari rumah ini."

Tanpa membalas ucapan Ezra, Niel segera memacu langkah menuruni anak tangga, meninggalkan Ezra yang kini berhadapan dengan Jeremy sendirian.

"Biar kutebak, kau sudah tau bahwa aku 'si pembunuh berantai' yang sedang kalian cari?" Kata Jeremy. Dia berjalan perlahan mendekati Ezra yang hanya berdiri diam tetap di tempatnya sejak tadi "dan oh, kau juga sudah tau bahwa aku adalah wendigo." Jeremy bertepuk tangan ria. Lalu kemudian mengukir senyum bersirasat ejekan.

"Lucu sekali saat kau dan Tarcey girl itu berusaha mencari siapa si pembunuh. Mencoba memainkan permainan detektif, eh?" Jeremy mengerutkan alisnya dan mengulum bibir sesaat "tapi tidak buruk juga. Kau tau? Ku rasa kau mendengar suara pintu di tutup sebelumnya."

Ezra menatap tajam lawan bicaranya "apa yang kau lakukan?"

"Well, hanya memasukan pacarmu ke dalam kandang hewan?"

Kening Ezra berkerut, sama sekali tidak mengerti dengan perkataan Jeremy, tapi pemuda itu menyeringai sambil melihat ke arah jendela, membuat Ezra menjadi was-was serta khawatir pada keadaan Gwen.

•••

"Yaampun Nat."

Gwen segera mendekat pada Natasha yang terikat di kursi, serta mulutnya disumpal menggunakan kain. Gadis itu sejak tadi menggelengkan kepala entah karena apa.

"Aku tidak percaya Jeremy adalah si brengsek yang membunuh orang tua ku dan beberapa orang di kota," oceh Gwen, sembari melepas ikatan tali pada kaki Natasha. Namun Natasha terus bergerak, benar-benar gelisah.

"Jangan khawatir, aku akan mengeluarkanmu dari sini, okey?" Gwen fokus melepas ikatan pada tangan Natasha, dan setelahnya, melepas kain yang menyumpal mulut sahabatnya itu sejak tadi.

Natasha mengambil nafas dan menghembuskannya cepat, berulang kali, seperti orang yang sesak nafas. Tubuhnya berkeringat dan dia jatuh dari kursi dan bersujud di lantai.

Gwen mengerutkan alisnya, keheranan melihat Natasha yang tampak kesakitan  tapi berusaha menahannya. Gwen berlutut, memegang bahu Natasha dan berusaha bicara padanya.

"He, Nat. Ada apa? Apa yang si brengsek itu berikan padamu? Kenapa kau seperti ini?"

"Aaaaaaaaa!!!!"

Suara teriakan Natasha menggema dalam ruangan, dan suara tulang patah terdengar seakan meremukan. Gwen membelakakan mata dan segera merengsek menjauh saat tubuh Natasha seketika berubah menjadi bentuk lain dari manusia biasa.

Matanya orangenya menyala terang dan bulu putih memenuhi hampir semua bagian tubuhnya. Gwen menahan nafas, amat terkejut melihat perubah seorang werowolf tepat di depan matanya sendiri.

•••

"Guys!!! Apakah kalian mendengakanku?"

Niel memutar bola matanya mulai jengkel. Sedari tadi tidak ada yang mendengarkan peringatannya. Apakah dia harus pergi dari sini sendirian dan membiarkan para penari ini di sini dan menjemput ajal mereka sendiri?

"Fuck you all," umpatnya hanya dengan gumaman.

Menarik nafas dalam dan menghembuskannya berat, Niel berjalan ke arah spiker dan segera mematikan musik. Hal itu membuat semua orang seketika menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Niel yang sedang berdiri di dekat spiker, sambil tersenyum lebar.

"Oh god, seharusnya kulakukan ini sejak tadi." dia menarik nafas berat "okey guys! Party selesai dan silahkan pulang ke rumah, makan malam bersama keluarga, mandi dan tidur," ucapnya sambil berjalan melewati orang-orang yang menatapnya aneh.

Niel memutar bola mata malas "okey, sekarang terserah kalian." Niel berjalan ke arah pintu saat tiba-tiba suara keras yang berasal dari lantai atas ikut mengalihkan perhatian semua orang. Hingga beberapa saat kemudian, seseorang jatuh dari lantai atas dan tubuhnya menimpa meja dengan keras lalu berguling dan jatuh ke lantai.

Mulut Niel terngaga lebar saat menyadari bahwa orang yang baru saja jatuh adalah Ezra, temannya. Tapi sebelum dia bereaksi dari keterkejutannya, orang-orang mulai berteriak ketika darah merembas dari leher Ezra dan semua orang berlomba-lomba keluar lebih dulu dari dalam rumah.

"Sudah kubilang untuk segera keluar dari rumah ini," gumam Niel, masih dalam kondisi terkejut dan tak percaya dengan apa yang baru saja di saksikannya.

Lalu tak lama kemudian, Jeremy berjalan menuruni tangga dan membuat Niel lagi-lagi terkejut, sebab tampilan Jeremy yang asing dan menakutkan saat ini dengan matanya yang sepenuhnya berwarna putih dan giginya yang banyak dan tejam serta dipenuhi darah.

Niel membuka mulutnya kembali terpengarah "oh god."

___

Dukung veela : Bloodlines dengan memberikan komentar serta vote.
___

Veela: Bloodlines ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang