Area sekitar tribun sudah nampak ramai oleh penonton. Gwen dan Natasha menerobos dan mendudukan diri di tingkat ke tiga.
"Ini akan menyenangkan," gumam Natasha, tampak tak sabar untuk segera menyaksikan pertandingan. Sementara Gwen memilin tangannya sambil melirik tim lacrosse sekolahnya yang masih duduk di bangku tepi lapangan, menunggu detik-detik mulainya pertandingan.
Ezra duduk di sana bersama Niel, kelihatan sedang membicarakan sesuatu sampai intrupsi wasit terdengar dan kedua tim berlari memasuki lapangan.
Kedua ketua tim berdiri di pertengahan lapangan lalu membungkuk saling berhadapan. Bola lacrosse diletakan di tengah-tengah sementara keduanya meletakan tongkat berjaring mereka beberapa senti dari bola, bersiap-siap sebelum peluit wasit berbunyi pertanda pertandingan di mulai.
Ezra berhasil mengambil bola terlebih dahulu dan langsung berlari melewati kapten tim lawan. Dia berlari menghindari beberapa orang dengan gerakan gesit, masih membawa bola dalam jaring hingga kemudian mengopernya pada pemain lain yang bebas di sisi lain lapangan.
Beberapa pemain dari tim Ezra saling mengoper bola menghindari serangan tim lawan, hingga bola ditangkap jaring Niel. Pemuda itu terdiam dengan mata membelakak karena baru pertama kali mendapatkan bola.
Penonton berteriak dari arah tribun menyuruh Niel segera berlari membawa bola menjauh karena ada dua orang pemain lawan hendak menyerangnnya dari arah belakang.
Ezra buru-buru berlari dan menghadang dua pemain yang hendak mendekati Niel. Sementara Niel yang akhirnya tersadar segera berlari menuju gawang tim lawan dan melemparkan bola hingga masuk. Suara teriakan hoboh pelatih yang disusul penonton terdengar saling bersahutan. Lalu suara tiupan peluit wasit menandakan tim mereka mendapatkan point.
Ezra tersenyum di balik helemnya, berjalan menghampiri Niel dan memberikan tepukan di bahu pada temannya itu. Niel tersenyum lebar, merasa legah dan senang. Kepercayaan dirinya akhirnya tumbuh sejak saat itu.
Permainan kembali berlanjut dan Niel menjadi pemain yang paling banyak memberikan point pada tim mereka. Waktu di papan point berubah menjadi angka nol dan suara tiupan peluit dari wasit mengakhiri pertandingan malam itu serta menyatakan kemenangan dari tim sekolah mereka.
Setelah melakukan salam persahabatan dengan tim lawan, Ezra berjalan bersama Niel kembali ke tepi lapangan bersama anggota tim lain. Pelatih menyambut mereka dengan senyuman lebar di sana. Pria itu langsung memeluk Niel dan memberikan pujian atas permainan hebatnnya. Niel tak bisa menahan senyum akhirnya tersenyum dengan lebar.
Luke menatap dengki ke arah Niel yang tengah berbicara dengan pelatih. Pemuda itu berdecih, meraih tasnya dan segera beranjak dari sana dengan perasaan kesal.
Sementara itu, di tribun Natasha menarik Gwen berdiri dan mengajaknya turun menghampiri tim lacrosse di tepi lapangan. Gwen merengut, dengan setengah hati mengikuti Natasha.
"Hei! selamat atas kemenangan kalian!" Natasha berseru heboh, tepat di depan Ezra yang tengah membereskan peralatannya di bangku. Pemuda itu mendongkak dan akhirnya berdiri dengan tegak, tersenyum kecil atas ucapan dari gadis berambut coklat lurus di depannya.
"Thanks."
Natasha mengangguk masih menampilkan senyum lebar berdiri diam di sana. Hingga beberapa detik berlalu Natasha menghela nafas berat dan menarik lengan Gwen yang bersembunyi di balik punggungnnya.
Ezra melirik Gwen, melihat gadis tersebut nampak ragu sambil mencibir pada Natasha yang memaksanya. Sampai pada akhirnya, Gwen menghela nafas panjang, memberanikan diri memandang ke arah Ezra.
Gwen tersenyum canggung "congratulation," katanya, kemudian langsung mundur lagi dan mengalihkan pandangan. Natasha memutar bola mata melihat tingkah sahabatnya itu.
"Yeah..."
"Woah! Siapa?" Tanya Niel yang baru saja datang dan langsung nimbrung. Dia menoleh pada Ezra dengan alis terangkat meminta jawaban. Lalu kemudian beralih pada dua gadis di depan mereka.
"Hei, I'm Niel." Niel menjulurkan tangan mengajak berkenalan. Natasha dan Gwen saling pandang sesaat, sampai kemudian Natasha membalas jabatan tangan itu dan ikut memperkenalkan diri.
"Natasha Wright, dan ini Gwen," ucap Natasha.
Gwen tersenyum kecil saat Niel mengalihkan pandangan ke arahnnya "Gwen Tarcey," Ucap Gwen.
Niel mengangguk-anggukan kepalanya hingga kemudian matanya membelakak saat menyadari sesuatu. Dia langsung memandang Gwen dan agak maju mendekat "Tarcey? Bukankah itu nama kedua mayat yang di temukan tempo hari?"
Gwen mengejrapkan matanya terkejut sementara Natasha langsung meringis dan melirik Gwen di sampingnnya. Ezra menarik Niel mundur dan meminta maaf pada Gwen. Sementara Niel nampak kebingungan memandang satu persatu dari mereka meminta penjelasan.
Ezra mendekat dan membisikan sesuatu pada Niel, sedetik kemudian pemuda itu memasang raut terkejut yang kemudian berubah menjadi ringisan. Niel menoleh pada Gwen yang diam. Menatapnya dengan penuh sesal.
"Maaf, aku tidak tau kalau mereka adalah orang tuamu."
Gwen menggeleng "tidak apa-apa," kata Gwen tersenyum tipis. Niel menggaruk belakang kepalanya, masih merasa tak enak.
"Kalau begitu kami pergi dulu." Gwen melirik sekilas pada Ezra sebelum menarik Natasha pergi dari sana, tapi sebelum keduanya benar-benar pergi, Niel memanggil mereka kembali. Gwen dan Natasha kompak menoleh ke belakang melihat pada pemuda tersebut.
"Kalian mau ikut pesta bersama kami? Daniel membuat pesta di rumahnya sebagai perayaan kemenagan tim, jika kalian ingin bergabung datanglah besok malam!"
Natasha dan Gwen saling pandang, kemudian kembali melihat Niel dan tersenyum. Sebelum kembali berbalik dan melanjutkan langkah meninggalkan area lapangan.
"Kau serius mengajak mereka?" Tanya Ezra. Niel langsung menoleh bingung.
"Yeah," jawabnya "memangnya kenapa? Kau ada masalah dengan salah satu dari mereka?" Tanya Niel memincingkan mata curiga.
"Tidak," jawab Ezra tanpa minat, kembali membungkuk merapikan peralatannya dan menyampirkan tasnya ke sebelah bahu, lantas beranjak lebih dulu. Niel mengikutinya tak lama kemudian.
___
Dukung veela : Bloodlines dengan memberikan komentar serta vote.
___
KAMU SEDANG MEMBACA
Veela: Bloodlines ✓
Mistero / ThrillerGwen Tracey sudah lama bersembunyi dan menutup dirinya dari dunia luar. Dia hanya remaja 16 tahun yang menginginkan kehidupan sekolah yang tenang tanpa ada sedikitpun gangguan. Tapi kematian kedua orang tuanya yang misterius membawa Gwen pada permas...