27. Hesitance

54 17 12
                                    

Nora menatap kesal empat orang yang baru saja datang.

"Tidak ada yang bisa kalian lakukan dalam kondisi seperti itu. Tersiksalah dan matilah dengan perlahan."

"Mereka tidak bisa, tapi aku bisa." Ezra melangkah maju. Sorot matanya menatap tajam pada Nora. Dia merasa marah dan semua orang tau apa penyebabnya.

"Kau pasti punya alasan sehingga melakukan ini, namun itu tidak sepadan dengan membunuh begitu banyak orang hanya karena alasan itu."

"Hanya karena alasan itu?" Nora tersenyum sinis lalu kemudian menggeram marah.

"Jangan menyebutnya seperti itu, sialan!" Nora berteriak seperti orang gila, membuat langkah Ezra terhenti sementara yang lain menatap dengan terkejut.

"Kalian bahkan tidak tau apa yang sudah kualami."

"Nora~" Gwen memanggil dengan suara lirih, masih menahan rasa sakit yang menghujami telinganya.

Nora menoleh dengan tatapan sinisnya, melemparkan tatapan hina terang-terangan.

"Kau menjijikan Gwen Tercey," kata Nora menghina. Ezra yang mendengar itu makin menggeram, tidak terima atas penghinaan Nora terhadap Gwen.

"Hei, Ezra." pandangan Nora kini beralih pada Ezra "bukankah aku sudah pernah memberitaumu tentang mahluk macam apa veela itu--" dia memandang ke arah Gwen dan memperlihatkan senyum miring.

"Kau tau, selain memiliki bentuk fisik yang sempurna dan kecantikan yang luar biasa, veela mempunyai sihir pemikat. Sihir yang bisa mengikat hati pria sepertimu agar bertekuk lutut padanya. Apa kau tidak penasaran? Mungkinkah perasaan yang kau rasakan terhadapnya saat ini adalah hasil dari sihir pemikat?"

Gwen membeku setelah mendengar penuturan Nora. Gwen tau dengan jelas dan paham apa itu sihir pemikat yang dimaksud Nora. Pada dasarnya, Veela memang memiliki pesona yang luar bisa terlepas dari kesempurnaan bentuk fisik dan wajah yang rupawan, hal-hal seperti itu bukankah akan mampu menarik perhatian pria manapun?

Gwen menatap punggung Ezra, pemuda itu belum mengatakan apapun dan hanya diam. Gwen tidak bisa melihat eksprsi Ezra saat ini, jadi dia tidak bisa menyimpulkan apapun. Di sisi lain, Gwen juga mulai meraguan dirinya sendiri. Sihir pemikat bukan berarti sihir secara harifah. Itu hanya istilah yang orang-orang berikan karena Veela memiliki pesona yang kuat sehingga mampu menarik banyak perhatian. Apa Ezra menyukainya hanya karena pesona yang dimiliki fisiknya?

Gwen dan yang lain mungkin tidak bisa melihat eksprsi Ezra saat ini karena mereka berada di belakang pemuda itu, tapi George berada di depan-berhadapan dengannya, sehingga dia bisa melihat ekspresi macam apa yang sedang melanda wajah Ezra.

Ezra tampaknya merasa agak sedikit goyah, tapi juga sedang berusaha berfikir keras. Ada pergulatan yang sedang terjadi dalam batinnya.

"Dalam kebimbangan seperti itu, bukankah seharusnya kau lebih mendengarkan hatimu? Ini hanya saran," tutur George, menarik perhatian Ezra dan yang lainnya.

Nora segera melemparkan tatapan kesalnya pada George. Dia tidak membutuhkan penguatan moral untuk Ezra saat ini, Nora seharusnya menjatuhkan mental pemuda itu agar Ezra dan Nile tidak ikut campur urusannya lagi.

Ezra tersenyum tipis. Dia menghembuskan nafas pelan, kembali mengambil kontrol pada dirinya lagi. Lalu kemudian melangkah, berjalan mendekati Nora yang perlahan mundur, berusaha tetap membuat jarak antara dirinya dan Ezra yang semakin mendekat.

"Kau tidak mendengarku? dia menyihirmu Ezra!" Nora menunjuk Gwen, masih tetap berjalan mundur menghindari Ezra.

"Berhentilah berusaha Nora, kau sudah keterlaluan menggunakan perasaan orang lain hanya demi egomu."

"Berisik!" Teriak Nora, menghardik Natasha.

"Meski masih bingung dengan semua kegilaan ini, aku setuju dengan ucapan Natasha," timpal Niel. Tetapi kemudian langsung menciut saat mendapatkan tatapan tajam dari Nora.

Ezra langsung merebut Rouser dari tangan Nora dan berusaha untuk mematikan benda itu. Tapi penuturan Nora kemudian membuatnya berhenti sesaat.

"Jika Rouser sudah diaktifkan, itu tidak akan bisa dihentikan lagi." Nora menyeringgai.

"Benarkah?"

Bukan reaksi seperti itu yang Nora harapkan. Seringgaiannya langsung berubah dengan kerutan dikeningnya saat melihat Ezra tersenyum menyeringai. Dan tak lama kemudian, eskpresi wajahnya berubah terkejut saat melihat apa yang Ezra lakukan.

Suara barang yang dihancurkan terdengar bersamaan dengan hilangnya suara-suara yang menganggu indra pendengaran para mahluk supernatural. Ezra membanting rouser sehingga benda itu hancur dan bagian-baiannya berserakan.

"Apa yang baru saja kau lakukan!!" Nora memekik seperti orang gila, menatap nanar kepingan-kepingan rouser yang berserakan dibawah kakinya.

Gwen, Natasha dan George bernafas legah, serasa mendapatkan kebebasan kembali setelah merasakan rasa sakit yang begitu menyiksa.

George menghembuskan nafas berat, ikut menatap nanar kearah kepingan Rouser "padahal dia tidak perlu merusaknya separah itu," gumam George lirih.

•••

Mereka berkumpul di taman sekolah keesokan harinya, minus George karena pemuda itu sedang berada di ruang kelas untuk mendapatkan detensi karena ketahuan membolos selama dua hari. Gwen hanya bisa menggelengkan kepala tidak habis pikir dengan kelakuan adiknya itu. George tetaplah George.

"Bagaimana keadaan Martha?" Tanya Natasha.

Gwen tersenyum tipis, mengingat kejadian semalam setelah mereka menemukan Martha yang rupanya sedang bersama teman-temannya di cafe.

Rupanya, malam saat mereka mengira Marta diculik, adalah sejam sebelum ulang tahun Martha. Teman-teman Martha datang untuk memberi kejutan dengan cara menakutinya, itu sebabnya saat mereka menyeret Martha keluar dari rumah, Martha memanggil George dan membuat adiknya itu khawatir.

Semalam, karena merasa kesal, George mengomeli Martha habis-habisan bahkan sampai menyuruhnya pulang ke London, tapi Martha yang pada dasarnya sudah terbiasa, hanya menanggapinya dengan santai dan sedikit bercanda.

"Syukurlah dia baik-baik saja," ucap Ezra. Gwen mengangguk.

"Aku jadi penasaran dengan alasan Nora sehingga melakukan hal itu," celetuk Natasha, menompang dagunya, berfikir.

"Lebih dari itu, aku sebenarnya lebih ingin tau apa yang sebenarnya sedang terjadi," ujar Niel, menarik perhatian Gwen, Natasha dan Ezra yang duduk bersamanya saat ini.

"Apa kalian lupa kalau hanya aku yang masih kebingungan disini? Aku jadi kelihatan bodoh saat kalian membahas hal-hal seperti itu. Apa itu Veela dan kenapa Gwen menyebutmu dengan werowolf?" Niel menatap Natasha, menuntut penjelasan.

Natasha dan Gwen saling berpandangan dan kemudian keduanya menoleh kearah Ezra. Ketiganya tersenyum tipis dan kemudian tertawa bersama, mengacuhkan Niel yang memasang ekspresi kebingungan.

___

Dukung veela : Bloodlines dengan memberikan komentar serta vote.
___


A/n

Di part selanjutkan akan membahas masalahnya Nora, alasan kenapa Nora ngerencanain pembunuhan masal dan kenapa dia benci sama mahluk supernatural terutama veela.
Partnya berisi flasback dan aku sudah cantumin pemberitahuannya melalui judul.

Jangan lupa vote dan komen<3

Veela: Bloodlines ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang