10. Nora Case

162 66 6
                                    

Gwen buru-buru memasukan bukunya ke dalam tas saat melihat Nora berjalan keluar kelas. Ia harus bicara dengan gadis itu dan mengetahui alasan kenapa Nora amat tertarik dengan bangsa Slavia. Tapi baru saja Gwen hendak memanggil Nora, sebuah suara berat mendahuluinya.

"Nora!"

Nora yang baru saja sampai di ambang pintu berhenti dan berbalik, melihat Ezra yang baru saja memanggil nampak berjalan mendekat.

Gwen merutuk di tempatnnya. Sekarang apa yang harus ia lakukan. Gwen menatap gelisah kepergian Nora dan Ezra.

Sementara kedua orang itu berjalan bersama menyusuri lorong sambil mengobrol. Ezra mengikuti Nora saat gadis itu berhenti di depan lokernya.

"Ada apa?" Tanya Nora. Dia menutup lokernya setelah mengambil beberapa buku dari sana, kini bersandar di loker dan menatap Ezra dengan alis terangkat bertanya.

"Soal di kelas tadi...."Ezra diam sejenak, merasa skeptis untuk bertanya, tapi kemudian dia teringat gelegat aneh Gwen saat di kelas tadi. Ini mungkin ada kaitannya dengan perubahan Gwen saat itu.

"Bangsa Slavia?" Tanya Nora memastikan. Keningnnya mengernyit heran melihat sikap Ezra yang kelihatan aneh.

"Bukan, ini tentang pertanyaan terakhirmu. Veela, apa yang kau tau tentang mahluk itu?"

Ezra jelas melihat keterkejutan di mata Nora, namun dengan cepat gadis tersebut bisa mengontrol ekspresi wajahnnya kembali.

"Kenapa kau bertanya soal itu?" Tanya Nora, kini dia memandang Ezra curiga.

"Hanya ingin tau. Veela bukan sesuatu yang umum dan di ketahui banyak orang."

Nora mengangguk menyetujui. Gadis itu menghela nafas dalam, lalu menghembuskannya halus. "Yeah benar. Jadi, apa yang ingin kau ketahui?" Nora kembali memandang Ezra.

"Ciri-ciri veela, seperti apa mahluk itu?" Ezra sebenarnya tak yakin dengan pertanyaannya, dia mungkin salah menduga. Gwen tidak mungkin adalah seorang veela, kan? Pertanyaan itu bergerumul di fikirannya dan menganggu konsentrasinya.

Nora tampak berfikir sejenak "ciri-cirinya, ya? Hem...veela memiliki sepasang sayap putih yang besar hingga mampu menutupi tubuhnya sendiri, memiliki taring yang tajam. Veela juga bisa mengendalikan badai dan memiliki pesona pikat yang kuat."

"Dari mana kau tau mengenai infrormasi tentang veela sejelas itu?" Tanya Ezra penasaran. Dia sudah mati-matian mencari diberbagai tempat, buku, internet, dan semua yang bisa ia jangkau untuk mencari informasi, tapi tidak ada satupun yang membahas soal veela.

"Aku mencarinya lewat internet dan tentu saja di beberapa buku," jawab Nora tenang. Ezra langsung mengeruhkan air mukanya tak menyangka.

"Internet dan buku?"

Nora mengangguk "sulit di cari, aku hanya bisa mendapatkan sekitar dua artikel yang benar-benar menjelaskan tentang veela, selebihnnya hanya omong kosong. Dan di buku tentu saja, keluargaku memiliki beberapa buku yang membahas tentang veela" ucap Nora. Keningnya mengernyit saat mendapati Ezra hanya diam dan tampak larut dalam lamunan. Nora berinisiatif menyadarkan pemuda itu dengan menyentuh lengannya.

"Ezra?"

Ezra langsung menoleh pada Nora, eksprsinya jelas menggambarkan keterkejutan. Tapi kemudian dia tersenyum "terimakasih, Nora. Sampai jumpa."

Nora memandang kepergian Ezra dengan kening mengernyit dalam, merasa curiga dengan sikap aneh Ezra.
Entah apa yang membuat pemuda tersebut begitu tertarik mengetahui soal veela.

•••

Natasha menghentikan aktivitasnya dan meletakan sendoknya kembali ke atas piring, lantas mendongkak melihat Gwen yang sedari tadi terus menghela nafas dan nampak frustasi.

"Bisa kau hentikan itu?"

"Apa?" Respon Gwen.

Natasha memutar bola mata malas "berhentilah menarik dan membuang nafas seperti itu."

"Kau ingin aku berhenti bernafas? Kau ingin aku mati?" Kata Gwen sengsi. Natasha mendengus.

"Bukan, tapi aku ingin kau katakan apa yang membuatmu bersikap tidak jelas seperti ini," kata Natasha dengan nada menuntut. Dia jengah terus mendengar helaan nafas Gwen yang menganggu.

Gwen mengeruhkan wajahnya, melirik Natasha skeptis, sementara Natasha mengernyitkan alisnya melihat gelegat aneh sahabatnya tersebut.

"Gwen?" Panggil Natasha. Dia mulai merasa khawatir melihat Gwen yang hanya diam dan kelihatan melamun.

Gwen mendongkak membalas tatapan Natasha, lalu kemudian bangkit berdiri. "Nat, aku harus pergi, bisa minta tolong kembalikan piringku?" Tanya menunggu balasan dari Natasha, Gwen segera beranjak pergi menjauh, keluar dari area kantin.

Natasha mengejarpkan matanya, sama sekali tak mengerti dengan sikap random Gwen. Ada apa dengan gadis itu sebenarnnya. Sesaat Gwen tampak gelisah dan frustasi, lalu dalam sekejap gadis itu berubah jadi serius. Dan kini Gwen pergi tanpa menjelaskan apa-apa padanya, itu membuat Natasha kesal karen sikap aneh Gwen membuatnya penasran.

Sementara itu, Gwen berjalan cepat menyusuri lorong yang ramai di penuhi siswa siswi. Matanya memindai sekitar, mencari sosok Ezra di antara banyaknya orang di sana. Sampai kemudian Gwen melihat Ezra berdiri di depan lokernya bersama Niel.

Gwen segera berjalan mendekat, memanggil pemuda tersebut sehingga membuat obrolan kedua pemuda itu terhenti begitu saja.

"Ezra, bisa bicara sebentar?" Tanya Gwen. Ezra menghembuskan nafas halus lalu mengangguk semar. Niel yang ada di antara keduanya, memandang antara Ezra dan Gwen dengan tatapan penasran.

Gwen mengulum bibirnya, menunggu Ezra menyelesaikan urusannya dan kemudian keduanya sama-sama beranjak menjauh dari Niel yang masih memasang ekspresi penasaran.

Apa sekiranya yang hendak kedua orang itu bicarakan. Niel sungguh ingin tau.

___

Dukung Veela : Bloodlines Dengan menekan vote dan komentar.
___

Veela: Bloodlines ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang