Wanita berusia akhir 30-an memasuki kamar dengan amat perlahan tak ingin menganggu sang putri bungsu. Namun percuma, suara derit pintu tetap membuat sosok yang terbungkus selimut itu melenguh dari tidur nyenyak. Yena memicingkan matanya kearah cahaya yang masuk dari celah pintu yang terbuka sedikit.
"Oh, bunda!" Seru Yena dengan suara serak.
"Masih terlalu pagi, kamu tidur lagi aja, Na. Bunda cuma ambil kunci motor."
"Hm," hanya gumaman yang terdengar. Yena sudah kembali menyamankan diri dan melanjutkan tidurnya.
Bunda Yena adalah seorang single parent. Ayah sudah meninggal sejak Yena masih duduk di bangku SMP. Yena memiliki satu saudara laki-laki yang sudah bekerja di sebuah perusahaan dan saat ini tempat dinasnya berada di luar kota.
Meski anak sulungnya sudah mapan, bunda juga tetap bekerja. Beliau memiliki usaha katering. Jika pesanan katering sedang menumpuk, biasanya bunda akan pergi ke pasar pagi-pagi sekali seperti sekarang.
Kalau Yena sedang libur sekolah biasanya dia akan ikut ke pasar untuk membantu bunda. Bunda tidak sendirian, beliau memiliki dua orang pegawai yang membantu usaha kateringnya.
Jam enam Yena baru bangun dan siap-siap berangkat sekolah. Motornya sedang dipakai bunda ke pasar, biasanya baru pulang jam tujuh. Mau tak mau Yena harus berangkat ke sekolah menggunakan angkutan umum. Kalau menggunakan angkutan umum maka Yena harus segera bersiap agar tidak terlambat karena angkutan umum biasanya ngetem lama menunggu penumpang penuh baru jalan.
Dari rumah Yena butuh berjalan sekitar lima menit menuju jalan raya untuk menunggu angkutan umum.
Kaki yang kemarin terluka sudah diobati namun masih tetap terasa perih. Perempuan itu tidak bisa berjalan terlalu cepat karena lukanya.
"Mau bareng enggak?" Tanya anak laki-laki yang seragamnya berbeda dengan seragam sekolah Yena. Dia adalah tetangga depan rumahnya, sekolahnya juga bertetangga jadi sekolah Yena lebih duluan di lewati dari pada sekolah anak itu.
"Yunho! Kirain udah berangkat. Tau gitu gue gak usah jalan dulu sampe sini." Yena langsung naik di motor laki-laki itu.
"Katering bunda lagi rame pesanan ya? Dari kemaren sibuk mulu si bunda," kata Yunho.
"Iya, udah dua hari gue gak pake motor ke sekolah. Dipake bunda ke pasar."
"Lain kali berangkat sama gue aja kalo gak bawa motor. Lumayan kan gak usah ongkos. Baliknya baru naik angkot."
Sampai di sekolahan Yena berterimakasih pada Yunho atas tumpangannya. Dia melambai pada anak laki-laki itu sebelum memasuki gerbang sekolah.
—
"Yena!" Yuqi melambaikan tangannya dari arah parkiran. Yena menghentikan langkahnya menunggu Yuqi untuk jalan ke kelas bersama.
"Naik motor?" Tanya Yena.
"Yoi, gue kan dah gak punya kang ojek lagi," jawab Yuqi seraya membenarkan rambutnya yang berantakan akibat memakai helm.
"Cari lagi dong!"
"Skip dulu. Lo berangkat naik angkot lagi?"
"Enggak. Nebeng Yunho tadi."
Lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi, Yena melipir ke kantin terlebih dahulu membeli makanan, anak itu belum sempat sarapan saat dirumah tadi.
Sekembalinya Yena dari kantin, matanya menangkap sosok lelaki yang kemarin memarahinya baru datang dengan tampilan acak-acakan seperti biasa. Yena mendengus sebal kalau ingat kejadian kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unboyfriend! | Choi Yena x Seo Changbin [END]
Fanfictionberawal dari menerima dare teman-temannya, Yena berakhir pacaran dengan cowok yang tampangnya sebelas dua belas dengan kang begal. written by mutia aryani, 2021