Keadaan markas gelap begitu Changbin tiba. Satu-satunya pencahayaan adalah pendaran lampu yang menyala dari kamar mandi. Lelaki itu menyibak gorden untuk memberikan pencahayaan lebih. Dia tidak menyalakan lampu karena masih siang.
Setelah menutup kembali pintu markas, Changbin melangkah menuju lemari pendingin, mengambil minuman kaleng, membukanya kemudian langsung meneguknya. Lelaki itu mengambil minuman kedua setelah yang pertama tandas. Menutup lemari pendingin dan berlalu ke lantai dua.
Lelaki itu melemparkan tas sekolahnya ke atas kasur lipat yang telah ia gelar sebelumnya. Dia membaringkan punggungnya pada kasur sementara kakinya yang masih memakai sepatu dibiarkan menjuntai di lantai. Dengan kepala berbantalkan tas sekolah, Changbin menarik tangannya ke atas menutupi matanya.
Dia memejamkan mata, bernapas teratur dan merasakan bagaimana seluruh tubuhnya merasakan sakit. Changbin juga merasakan perih dibeberapa bagian wajahnya yang babak belur akibat adu jotos di pagi hari.
Dengan tangan yang bebas, lelaki itu merogoh saku dimana ponselnya diletakkan. Tangan yang menutup wajahnya ia singkirkan, Changbin berkaca di ponsel. Bekas tonjokan Yohan tadi pagi mulai membiru, dan itu terasa sakit. Padahal sebelumnya Changbin tidak merasakan apa-apa.
Lelaki itu menghela napas saat kejadian itu kembali berputar di kepalanya. Kini Changbin menatap langit-langit kamarnya. Helaan napas kembali terdengar, bayangan Yena yang berjalan pergi meninggalkan sekolah kini menjadi hal yang terus terulang-ulang dalam kepala lelaki itu.
Changbin jelas sekali melihat Yena mengusap air matanya saat itu. Yena menangis. Dan Changbin merasa buruk karena ia tidak bisa melakukan apa-apa. Egonya terlalu besar untuk sekadar menghampiri perempuan itu dan meminta maaf. Banyak sekali kesalahan yang Changbin lakukan hari ini terhadap perempuan itu.
Changbin menyakiti Yena, mendorong perempuan itu saat Yena berusaha memisahkan pertengkaran dirinya dan Yohan. Changbin juga membentak Yena. Yena tidak suka di bentak, perempuan itu pasti ketakutan saat Changbin meneriakinya.
Dan lagi, kata-kata Changbin saat itu pasti sudah menyakiti Yena karena dia melihatnya sendiri ketika sorot mata Yena berubah dan perempuan itu mundur kemudian menangis.
Changbin tahu kata-katanya terlalu kasar. Tapi Changbin masih tidak mengerti. Bukankah selama ini Yena hanya pura-pura suka padanya? Lalu kenapa Yena menangis saat Changbin mengatakan kalau dirinya juga tidak menyukai Yena? Kenapa ucapannya terlihat sangat menyakiti perempuan itu?
-
Kebisingan dari lantai bawah mengalihkan perhatian Changbin. Teman-temannya pasti baru tiba di markas. Changbin bangkit duduk, ia melepas sepatunya dan melemparnya ke sudut ruangan kemudian mengganti seragamnya dengan kaos hitam polos yang ada di gantungan bajunya.
Suara tawa Wooyoung terdengar lebih jelas ketika Changbin melangkahkan kakinya menuruni tangga. Kehadirannya ternyata disadari oleh tiga orang yang ada disana yang langsung menoleh kearahnya.
"Eh Changbin, ada disini ternyata," kata Wooyoung, anak itu langsung dipukul oleh Yeonjun pelan.
"Kan lu udah liat motor dia ada disini, Nyet, gimana sih!" Serunya kesal.
"Basa basi mah gak ada salahnya, Jun," timpal Wooyoung.
Changbin hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua temannya itu, "yang lain mana? Hyunsuk bilang malam ini mau kumpul," dia bertanya.
"Tadi San lagi dijalan katanya, mampir beli makanan dulu sama Yeosang. Kalo Hyunsuk gak tau deh gak bareng mereka berdua soalnya," Haknyeon menjawab sambil membuka-buka lemari pendingin seolah mencari sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unboyfriend! | Choi Yena x Seo Changbin [END]
Fanfictionberawal dari menerima dare teman-temannya, Yena berakhir pacaran dengan cowok yang tampangnya sebelas dua belas dengan kang begal. written by mutia aryani, 2021