Chapter 5

49.5K 3.2K 244
                                    

Dont forget to leave your vomments, guys!;)

Sejak kejadian di halaman belakang bersama Harry, gadis itu tak kunjung menghadiri jadwal sekolahnya. Sudah dua hari inipun, gadis itu hanya terbaring lemah di atas ranjangnya dengan kepala yang sakitnya luar biasa ketika sang malam datang.

Entah kenapa, saat Harry pulang, tiba-tiba saja rasa sakit di kepalanya kembali menyerangnya, menyerangnya tanpa ampun. Membuatnya meringis hebat di tengah keheningan malam.

Meminum obatpun sudah tak mempan untuk sekedar meredakan rasa sakit yang luar biasa itu.

Bahkan, ia sudah hampir mulai lupa untuk sekedar bernapas saat itu.

Benar benar hampir lupa.

Dan itu sangat mengerikan.

Penyakit ini—semakin mengerikan.

Dengan langkah tergopoh-gopoh, ia masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan.

Hari ini, dia memang berniat menemui Zayn, hanya sekedar untuk mengecek dan mengetahui keadaannya yang semakin hari semakin mengerikan itu.

Di tengah perjalanan yang padat, Jenna mengeluarkan buku diary-nya dari tas yang ia kenakan.

Tangan kanannya pun mulai sibuk menari diatas lembaran putih disana.

Gadis itu tertawa hambar sejenak. Mungkin ini terdengar lucu, dulu, ia sangat enggan untuk memiliki bahkan mencurahkan isi hatinya pada catatan harian seperti ini. Dia selalu menjauhi hal tulis-menulis seperti ini. Tapi, entah mengapa justru sekarang dia sendirilah yang mendekati catatan harian ini.

Menulis seluruh kegiatannya pada catatan harian ini.

Catatan harian yang dimana nantinya sangat berguna untuknya saat dia sudah tidak mengetauhi semuanya.

Setelah membayar, Jenna pun langsung keluar dan berjalan menuju meja resepsionis.

Setelah nomor antrian ia dapatkan, ia kembali duduk di kursi ruang tunggu rumah sakit ini.

Ia mengambil ponselnya, mengetik beberapa kalimat lalu mengirimnya kepada seseorang, Harry.

Ya, Harry.

Dua hari ini ia selalu mengirimkan Harry pesan singkat, walaupun Harry tidak kunjung membalasnya pesannya satupun—tapi, itu tidak menyulutkan semangatnya. Dia sudah cukup senang jika Harry membaca isi pesannya—oh tunggu, apakah Harry membaca pesannya?

Oh. Rasa sakit itu kini menjalar kembali dihati gadis itu. Ia kembali disadarkan oleh keadaan bahwa Harry yang nyatanya tidak memiliki perasaan apapun padanya.

Perasaan lelaki itu masih terpaku pada masa lalu.

Perasaan lelaki itu masih terikat pada gadis di masa lalu.

Dan, selama Jenna tidak masuk Xtc pun, Harry tidak pernah menanyakan keadaannya.

Harry sangat acuh pada kehadirannya.

“Jenna Axelle.” Jenna tersentak ketika seorang perawat memanggil namanya, dengan segera ia bangkit dan masuk ke dalam ruangan Dr. Zayn Javadd Malik.

Zayn kini tengah memeriksa hasil keadaannya pada selembar kertas, menganalisanya kemudian menuliskan beberapa kalimat di kertas kosong yang berada di sampingnya.

Jenna hanya memperhatikan gerak-geriknya.

Dia, masih sama dengan Zayn tiga tahun yang lalu.

Zayn tiga tahun lalu yang masih menjadi seorang pelajar terpandang di Xtc.

Zayn tiga tahun lalu yang masih menjalin keterkaitan hubungan dengannya.

Alzheimer DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang