Chapter 37

24.3K 1.6K 175
                                    

Pagi semakin cerah. Matahari memancarkan aura kecantikannya, sementara awan-awan tampak indah saling menyambung melukis cakrawala di atas sana. Dan nampaknya matahari harus kembali kalah dengan awan-awan yang mulai berarak menutupi sebagian cahaya kemenangannya. Mendadak langit mendung dan menghalangi cahaya matahari. Rintik-rintik hujan mulai membasahi alam semesta. Sama seperti hatinya yang terasa ikut mendung diantara jatuhnya rinai-rinai hujan. Basah oleh tangisannya sendiri.

"Hari ini terakhir aku ujian kelulusan, bantu aku dengan doamu, ya!" Harry meraih kedua tangan Jenna yang berpangku manis di pahanya.

Jenna mengangguk, seraya membalas genggaman tangan Harry yang semakin terasa erat. Ruas-ruas jarinya diisi penuh oleh ruas-ruas jari milik Harry, menimbulkan perasaan hangat yang cukup meredakan hatinya yang mendung.

Jenna mengangguk, "Pasti aku doakan! Aku yakin kau bisa, Harry."

Harry mengangguk dan melemparkan senyumannya. Semangatnya semakin berkobar hanya karena gadis di depannya ini.

"Kau," Jenna menunjuk dada Harry menggunakan jari telunjuknya sendiri. "Harus jadi orang yang sukses! Sukses dalam hal apapun itu. Kau harus menebarkan kemampuanmu pada dunia ini, dan tolong jangan pernah menyerah, apapun yang terjadi."

Harry mengangguk lebih semangat, ibu jarinya mengusap-usap punggung tangan Jenna sayang. Seolah menyalurkan rasa sayangnya yang tidak berkesudahan melalui usapan lembut itu. Melihat Jenna yang sedang menceramahinya seperti ini, membuat jantungnya bertalu-talu hebat. Jenna yang seperti ini, entah kenapa terlihat lebih menggemaskan.

"Siap, komandan!" seru Harry lantang lalu tertawa setelahnya.

Jenna ikut melebur di dalam tawa Harry yang berderai, seraya salah satu tangannya merayap menuju pipi Harry. Mengusapnya pelan dan menggengamnya.
"Tidak hanya sukses di pendidikan ataupun di pekerjaanmu nanti, tau!" Jenna mendengus geli, sementara kedua alis Harry menukik meminta penjelasan. "Sukses di dalam keluarga juga, Harry. Keluarga itu yang membantumu untuk sukses di luar sana. Kalau kau belum sukses di dalam keluargamu sendiri, bagaimana caranya kau bisa sukses di luar sana, hm?"

Dahi Harry semakin mengkerut dalam. Apa maksud dari ucapan Jenna barusan? Dan untuk apa pula Jenna mengatakan itu padanya? Bukankah, itu memori masa lalu yang seharusnya sudah dilupakan oleh Jenna?

"Apa maksudmu?"

Jenna menghela napas panjangnya, lalu kembali menatap Harry, "Harry, bukan maksudku untuk mengguruimu, aku hanya ingin mengatakan apa yang ingin aku katakan. Dan aku tidak bermaksud untuk memaksamu, karena hal ini seharusnya datang dari dalam hatimu sendiri, bukan paksaan dari siapapun.

"Kau sudah banyak membantuku selama ini dan izinkan aku untuk membantumu kali ini saja. Aku mohon, kembalilah kepada keluargamu Harry. Mereka membutuhkanmu dan jangan munafik, kau juga pasti membutuhkan mereka, bukan? Jadi tolong, minta maaf dan kembalilah kepada keluargamu lagi. Jangan kabur dari mereka seperti ini terus, kau tahu, kau tidak akan mendapatkan apa-apa dari tindakanmu yang seperti ini."
Harry tampak meresapi setiap kata yang keluar dari mulut gadisnya itu. Melihat bagaimana netranya bergerak penuh pemohonan itu sukses menghentak hati Harry. Ucapan Jenna terus bergentayangan di dalam benaknya dan seketika itu juga memorinya bersama keluarga kecilnya terpantri di dalam ingatannya. Semua terputar sesuai kenyataan, menghidupkan kembali memori yang telah lama terkubur.

"Kau itu beruntung! Kau masih punya ibu dan bahkan ayah tiri, kau seharusnya mensyukuri itu semua. Banyak orang-orang di bawahmu mendambakan kasih sayang dari orangtuanya, tapi kau malah menyianyiakannya seperti ini. Dan oh, jangan jauh-jauh, aku pun mendambakan kasih sayang dari orang tuaku sendiri. Orang tua kandung maupun orangtua angkatku."

Alzheimer DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang