Bibir Harry kembali mengatup ketika melihat Jenna sedang duduk bersimpuh di terasnya. Punggung gadis itu bergetar, Harry bisa melihatnya dari sini. Dengan cepat Harry menutup bagasi mobilnya dan menyusul Jenna. Harry tertegun melihat Jenna sudah terisak-isak disana.
"Apa yang terjadi, Jen?" Harry jongkok di sebelah Jenna, dengan salah satu tangannya menempel pada bahu Jenna.
Jenna menggeleng sebagai jawaban.
Membuat Harry kesal karena tidak menemukan jawaban yang memuaskan untuk pertanyaannya. Tapi lelaki itu cukup tahu diri untuk tidak bersikap tempramental saat ini.
"Apa yang terjadi pada Kelvin? Kelvin baik-baik saja, 'kan?" suara Jenna pecah, "katakan Kelvin baik-baik saja!"
Harry diam.
"Ayo katakan! Ahh, kenapa aku tidak bisa mengingat sama sekali?! Apa yang terjadi sebenarnya?!"
Jenna meraung tanpa alasan yang Harry ketahui. Jenna menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis disana. Bahkan ia menyebut sumpah serapahnya karena tidak bisa mengingat sesuatu. Harry mengambil tindakan, ia membawa tubuh Jenna ke dalam dekapannya dan menggendong gadis itu dengan satu gerakan cepat.
"Kau harus istirahat." kata Harry lalu membuka pintu utama menggunakan kakinya dan membawa Jenna ke dalam.
Gadis itu langsung meringkuk kala Harry menyelimutinya. Menyurukkan kepalanya semakin dalam di dalam balutan selimut. Harry menyeka peluh keringat yang sudah memenuhi pelipis gadis itu. Lalu membenarkan selimut yang sudah kusut tak beraturan karena Jenna.
"Badanmu dingin sekali," kata Harry ketika menyentuh dahi, pipi, leher dan berakhir di pergelangan tangan Jenna. Jenna bukan demam, tidak mungkin Harry mengompres dahinya. Pendingin ruangan pun belum di hidupkan, tapi gadis ini sudah mendingin tanpa alasan yang jelas.
Harry jadi panik sendiri, seumur-umur dia tidak pernah merawat seseorang yang tiba-tiba mendingin seperti ini.
"K-kau mau tidur?" tanya Harry kikuk
Jenna menggeleng.
"K-kau mau makan?"
Jenna menggeleng.
"Mau mandi?"
Jenna menggeleng, dengan pipinya yang sudah mulai memerah.
Harry juga jadi salah tingkah sendiri. Harry menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal lalu cengir-cengir tidak jelas. Bingung dengan tindakan apa yang harus dia ambil.
"Apa? Aku seperti idiot, ya?" tanya Harry ketika melihat senyum gadis itu merekah, meski tidak selebar biasanya.
Jenna menggeleng.
"Kenapa kau selalu menjawab pertanyaanku dengan gelengan?" Harry mengacak-acak rambutnya gemas, mungkin jika ia tidak memikirkan harga dirinya, Harry mungkin sudah mencak-mencak tak karuan disini.
"Jenna?"
Harry terdiam, Jenna juga. Kepala Jenna sedikit menyembul dari balik selimut ketika mendengar namanya dipanggil oleh suara asing.
"Biar aku yang lihat." kata Harry lalu Harry meninggalkan Jenna untuk melihat spesies jenis apa yang memanggil Jenna secara terus-menerus.
"Aubel?" Harry memicingkan kedua matanya kala melihat seseorang di ambang pintu frat Jenna yang tidak tertutup, seingat Harry gadis ini teman satu-satunya Jenna.
"Ah, kau disini rupanya," ia mendesis tak suka, "Aku Audie, btw."
"Sedang apa kau disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzheimer Disease
Fanfic"Aku akan mengalami kematian mental sebelum kematian fisik. Aku akan melupakan segalanya segera. Nantinya, aku tidak akan tahu apa alasanmu untuk selalu bersamaku, mengapa kau masih bertahan disisi ku. Kau tahu? kau akan pergi dari pikiranku, Harry...