JENNA
Aku membuka kedua mataku perlahan. Butuh beberapa detik agar aku bisa menjernihkan pikiranku.
Gelap.
Pandanganku berbayang tiga sesaat dan terhenti ketika menyadari tempat ini gelap, sangat gelap. Aku menoleh kesana-kemari, semua gelap. Tidak ada pencahayaan sedikitpun disini. Bahkan aku tidak bisa melihat tubuhku sendiri. Benar-benar gelap.
Dan mencekam.
Napasku mulai bertubrukan satu sama lain, saling tumpang-tindih satu sama lain. Kurasa tempat atau lebih tepatnya, ruangan ini sangat pengap. Tidak ada satupun ventilasi udara disini. Aku meringis, kurasa aku akan mati sebentar lagi karena kadar udara disini semakin lama semakin menipis.
Aku mencoba menggeliat, namun tidak bisa. Pergerakanku terkunci pada tiang yang entah apa namanya. Iya, aku baru menyadari kalau aku sedang diikat di sebuah tiang yang dingin dan dalam posisi berdiri. Sial, ini persis seperti penculikan di film-film thriller yang menjadi tontonan favorit Kelvin.
Tunggu,
Penculikan?
Apa aku sedang diculik saat ini?
Oh sumpah demi apapun, apa yang kau harapkan dariku wahai penculik?
Sekarang aku harus apa?
Kabur?
Itu tidak mungkin.
Dan sebenarnya aku sekarang dimana? Kenapa aku bisa berada di tempat segelap dan sesunyi ini? Tidak ada suara apapun selain deru napasku yang tersekat-sekat.
Astaga, tempat macam apa ini.
Menarik napas dalam-dalam, aku mulai menutup kedua mataku perlahan. Ingatanku langsung jatuh pada satu peristiwa.
"Ini aku mau bayar."
Setelah itu Harry pergi. Dengan segera aku langsung membayar semua belanjaan bulananku ke kasir karena jika aku masih berlama-lama, maka tamatlah riwayatku.
Setelah membayar dikasir, aku berjalan tergopoh-gopoh menuju tempat dimana mobil Harry terpakir. Ternyata berjalan dengan empat kantong plastik besar ternyata cukup merepotkan.
Syukurlah, karena Harry mau membantuku membawa semua kantong-kantong belanjaan sialan ini. Harry langsung mengambil keempat kantong plastik itu dan membawanya tanpa merasa kesusahan. Dan hey! Harry tidak menyisakan satu plastik pun untuk aku bawa.
Diam-diam aku tersenyum pada tingkah kecilnya yang menurutku manis. Jantungku mulai berdenyut-denyut penuh warna, kupu-kupu di perutku mulai beterbangan dengan ayunya. Huh, lelaki itu selalu tidak terduga.
"Hey, cepat masuk ke dalam mobil! Untuk apa kau mematung disana?" Harry membuyarkan lamunan indahku, tapi aku tidak marah. Melainkan menghadiahinya seculas senyuman terbaik yang kumiliki. Kulihat, Harry hanya memainkan alisnya bingung dan langsung masuk ke dalam mobilnya begitupun aku.
Harry mengatakan kalau ia harus mengisi bensin terlebih dahulu. Aku hanya mengangguk patuh karena memang suasana hatiku sangat-sangat baik hari ini. Mungkin karena sikap Harry tadi? Um, entahlah. Kurasa iya.
"Kau tunggu disini sebentar," Harry melepas seatbeltnya dan ingin membuka pintu untuk menghampiri petugas yang bekerja di tempat pengisian bensin ini. Tapi dengan refleks aku menahannya.
"Harry."
Harry menaikkan sebelah alisnya, lucu, "Ya?"
"Aku ingin itu.." dengan malu-malu aku menunjuk satu objek yang berada di seberang tempat pengisian minyak ini. Disitu ada penjual gulali kapas kesukaanku, "jadi, aku akan kesana sementara kau mengisi minyak mobilmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzheimer Disease
Fanfiction"Aku akan mengalami kematian mental sebelum kematian fisik. Aku akan melupakan segalanya segera. Nantinya, aku tidak akan tahu apa alasanmu untuk selalu bersamaku, mengapa kau masih bertahan disisi ku. Kau tahu? kau akan pergi dari pikiranku, Harry...