Suara dentingan garpu dan sendok yang berdenting kala menyentuh piring kaca berwarna putih itu mengisi kekosongan yang tercipta di dalam ruangan ini. Lelaki maupun gadis yang berada di dalam ruangan sama-sama tenggelam dengan aktivitas masing-masing. Lelaki dengan lahapnya memasukkan segempul nasi beserta lauk ke dalam mulutnya dengan cepat, sementara gadis yang sedang duduk di atas bangkar tidak sedikitpun memakan apa yang telah tersajikan di piringnya, ia hanya mendeting-detingkan sendok dan garpu di atas piring berwarna putihnya.
"Ada apa, Jen?" Harry bertanya kala mulai terusik dengan suara-suara yang Jenna ciptakan.
Jenna mendongakkan kepalanya, memandang Harry yang sudah lebih dulu menatapnya, kemudian ia menggeleng dan kembali bermain dengan sendok dan garpunya.
"Apa makanannya tidak enak?" Harry bertanya lagi, lalu mengambil segelas susu putih dan meneguknya hingga setengah.
"Tidak, aku bahkan belum merasakan makanan ini,"
"Ada yang salah?"
Jenna meletakkan sendok dan garpunya, lalu sedikit bergeser ke tepian ranjang dan menjatuhkan kedua kakinya ke bawah. Sejenak Jenna memainkan kakinya yang menampar-nampar udara.
"Aku tidak yakin, makanan seberat itu bisa masuk ke tenggorokanku."
Alis Harry bertaut dalam, "Apa maksudmu?"
"Harry, daging itu terlihat mengerikan untuk masuk ke dalam tubuhku. Aku harus bekerja ekstra untuk mengunyah daging itu, 'kan? Dan belum tentu aku bisa menelan daging empuk itu," suara Jenna terdengar parau. "Kau tahu 'kan, fungsi kinerja anggota tubuhku menurun drastis."
Harry mengangguk mengerti. Dan seharusnya ia tidak membelikan Jenna menu makanan yang sama dengan menu makanannya. Jelas kapasitas mereka berbeda. Dan selain itu, Harry juga melanggar perintah Zayn untuk tidak membelikan Jenna jajanan di luar rumah sakit.
"Jadi, sekarang kau mau bagaimana? Bagaimana kalau aku memesan bubur di kantin rumah sakit?" tawar Harry.
"Aku tidak mau."
"Jadi, kau mau ap-" Harry terdiam sejenak. "Apa kau mau, aku yang mengunyah daging itu lebih dulu lalu menyalurkannya padamu?"
Jenna langsung menghadiahi lemparan bantal yang bagusnya mendarat dengan mulus di wajah Harry kala gadis itu melihat Harry mengerling nakal padanya.
"Aku b-bukan anak kecil." mendadak Jenna merasakan kegugupan yang menyerangnya secara tiba-tiba. Melihat bagaimana cara Harry mengerling padanya, melihat bagaimana lesung pipi itu tercetak jelas, melihat senyum Harry yang merekah-memperlihatkan giginya yang putih bersih, membuat organ paling penting Jenna berdetak dengan keras. Jantungnya mencak-mencak dengan gila di dalam sangkarnya.
"Aku tahu," Harry menyahut, sekaligus menyadarkan Jenna yang sedang meresapi kegilaan jantungnya. "Jadi kau mau sarapan apa pagi ini?"
"Biskuit!" setelah berpikir selama tiga detik ke depan, akhirnya Jenna berseru lantang.
"Biskuit?" Harry meraih sebungkus biskuit yang sudah tinggal setengah dengan kerutan dahinya yang semakin dalam. "Ini?"
"Iya," Jenna meraih sebungkus biskuit dari tangan Harry. "Harry, bisa tolong ambilkan teh?"
Harry mengangguk. Mengambil segelas teh lalu memberikannya pada Jenna. Jenna berucap terimakasih, sebelum menyelupkan beberapa biskuit ke dalam segelas teh lalu memakannya.
"Kau yakin merasa kenyang dengan biskuit-biskuit itu?" tanya Harry memastikan.
"Ya,"
"Kau sedang tidak mencoba untuk diet, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alzheimer Disease
Fanfiction"Aku akan mengalami kematian mental sebelum kematian fisik. Aku akan melupakan segalanya segera. Nantinya, aku tidak akan tahu apa alasanmu untuk selalu bersamaku, mengapa kau masih bertahan disisi ku. Kau tahu? kau akan pergi dari pikiranku, Harry...