Butuh waktu beberapa minggu bagi Heeseung untuk mulai menerima kalau dirinya memang cemburu tentang bagaimana Jake terlihat begitu...sempurna dengan gampangnya. Tentu Heeseung menghargai segala usaha Jake di sini. Mengajar anak-anak dari Senin sampai Jumat, ditambah lagi memberi Sunoo les matematika setiap hari Sabtu.
Awalnya, ia berniat mengajar Sunoo untuk persiapan lomba matematika ini dengan gratis. Jake bilang, ia merasa bersalah jika ia menaruh tarif per-jamnya untuk Heeseung bayar ketika ia sendiri bukan lah guru matematika, ia hanya mengajari Sunoo apa saja yang ia bisa.
Namun Heeseung memaksa untuk tetap membayar Jake. Selain karena ia sudah membantu Sunoo untuk persiapan lomba, lelaki itu juga selalu membuatkan Sunoo sarapan dan makan siang tiap datang ke tempatnya.
Dan di balik sekian banyak nilai plus yang Jake miliki, tetap saja Heeseung tidak bisa menahan dirinya sendiri untuk berpikir,
'Di mana letak buruknya orang ini?'
Bukannya ia ingin mencari titik lemah Jake lalu mengkritisinya habis-habisan. Hanya saja, Heeseung tidak pernah menemukan orang seperti Jake sampai saat ini. It's just too good to be true, pikirnya.
Berbeda dengan hari-hari Sabtu biasanya, di mana ia hanya mengantar Sunoo ke tempat Jake lalu kembali ke rumah dan hanya akan ke sana lagi untuk menjemputnya bila sudah jamnya selesai, kali ini Heeseung menetap di sana—dengan alasan ia ingin melihat bagaimana Sunoo bersikap selama jam les berlangsung.
Ia duduk di kursi meja makan dan mengamati anaknya yang sedang diajar oleh guru muda itu.
Sunoo dan Jake duduk di atas karpet di ruang tengah. Beberapa buku dan papan tulis berukuran mini tergeletak di atas meja lipat. Sifat ceria Sunoo seketika hilang ketika ia sudah fokus ke pelajaran.
"I'm gonna read the questions. I want you to listen carefully, and then write down your answer on the paper. Kapish?"
"Kapish!"
Jake mulai membaca daftar soal matematika yang semalam sudah ia tulis, "Bobby has 3 hamsters. If he buys 4 more from the pet store, how many hamsters does he have now?"
Sunoo kemudian menulis jawabannya di kertas dan mengangkatnya, menunjukkan hasilnya pada Jake. "7 hamsters."
Jake kemudian membacakan petanyaan selanjutnya. "How many minutes are in an hour?"
Lagi, Sunoo menulis dan memperlihatkan jawabannya pada Jake. "60 minutes."
"If I have 38 candies, how many separate groups of 10 would I have?"
Kali ini ada jeda yang cukup lama di antara keduanya. Alis Sunoo mengernyit. Jemarinya tak mau diam, terlihat seperti menghitung jawaban, sebelum kemudian berhenti.
Dan Jake tahu kalau Sunoo sedikit kesulitan menangkap maksud dari pertanyaannya. Jadi Jake mengulang pertanyaannya, namun dalam Bahasa Korea.
"Kalo ssaem punya 38 permen, berapa kantung permen yang ssaem bisa isi kalo misal di satu kantung harus ada 10 permen?"
Sunoo tetap terdiam. Ia mengembungkan pipinya.
"Ddeonu ngga ngerti."
Jake berdiri, "Wait here, I'll be right back,"
Ia berjalan menuju dapur, melewati Heeseung yang masih duduk di tempat yang sama. Matanya mengikuti tiap pergerakan Jake.
Pria berumur 26 tahun itu menjinjit, berusaha mengambil toples kaca penuh dengan permen Haribo di kabinet dapur paling atas. Setelah mendapatkannya, ia kembali ke ruang tengah dan duduk bersila di depan Sunoo.
"Look, Jake-ssaem punya 38 permen," ia mengeluarkan satu-satu permen jelinya di atas meja sampai berjumlah 38. Lalu ia melanjutkan, "Kalau permennya ssaem pisahin sepuluh-sepuluh kayak gini," tangannya memisahkan tiap 10 permen dan mengelompokkannya, "Ada berapa kelompok permen di sini yang jumlahnya 10?"
KAMU SEDANG MEMBACA
someone to take you home | HEEJAKE
RomanceKisah di mana hidup Jake menjadi simpang siur setelah ia bertemu dengan seorang single parent bernama Heeseung. Atau sebaliknya, di mana Heeseung selalu berusaha merasionalkan pikirannya sendiri tiap kali ia melihat interaksi antara anaknya dengan s...