Hari yang mereka rencanakan pun akhirnya datang.
Ia sudah bilang pada Heeseung kalau mentraktirnya makan siang mungkin sedikit terkesan berlebihan. Toh memang itu sudah tugasnya sebagai guru, untuk mendidik murid-muridnya. Dan kalau memang ada muridnya yang berhasil meraih sebuah prestasi, ia turut senang. Tetapi perannya di sini hanyalah sebagai orang yang mendukung dari balik panggung. Dan menurut Jake, itu saja sudah cukup.
Maka dari itu, ketika Heeseung mengajaknya untuk makan siang bersama, ia dengan berat hati harus menolaknya.
Sejujurnya ia mau-mau saja makan siang dengan Heeseung — well, siapa juga sih yang mau menolak. Tetapi dengan catatan, jika itu mereka lakukan dengan alasan mereka ingin kenal lebih dekat satu sama lain, atau gampangnya disebut kencan. Namun yang Heeseung lakukan di sini adalah karena ia telah berjasa sebagai guru yang sudah membantu Sunoo untuk memenangkan lomba ini — meskipun bukan menjadi yang urutan pertama. Tetapi tetap saja, itu adalah pencapaian yang besar bagi anaknya. Apalagi ini adalah pertama kalinya Sunoo ikut lomba.
Jumat itu Jake sudah bersiap untuk menghabiskan akhir pekannya dengan bersedih sendirian di kamar karena telah membuang kesempatan untuk menghabiskan waktunya dengan yang lebih tua kalau saja Heeseung tidak mengiriminya pesan lagi di hari itu juga. Lelaki itu bilang kalau yang ingin mengajak Jake untuk makan siang bersama adalah Sunoo, dan Jake pun jadi merasa sungkan untuk menolak kemauan murid kesayangannya.
Tetapi mau bagaimana pun juga, dengan melihat caranya Heeseung berpakaian, mobil yang ia miliki, dan tentu saja dengan jabatannya di tempat kerja, Jake hampir sepenuhnya yakin kalau Heeseung akan membawanya ke restoran bintang lima. Dan Jake tidak ingin terlihat seperti orang yang memanfaatkan kekayaan orang lain. Jadi alih-alih menyetujui ajakannya, Jake membuat opsi lain untuk ia tawarkan ke Heeseung.
"Gimana kalo kita belanja ke supermarket aja? Beli bahan-bahan makanan di sana, terus kita bisa masak di rumahmu."
Dan Heeseung setuju.
Itulah mengapa kini Jake tidak bisa tenang. Ia duduk di pinggir sofa, dengan tangannya yang mengepal di kedua sisi tubuhnya. Sudah dua puluh menit ia menunggu Heeseung dan Sunoo untuk datang menjemputnya. Dan setiap detik yang terlewati membuat Jake ingin kabur saja dari sini karena saking gugupnya.
Ding dong!
Hampir saja jantungnya copot. Ia menarik nafas dalam-dalam dan merapikan kemejanya lagi sebelum membukakan pintu di hadapannya.
Dan di sana, terlihat Heeseung sedang menggendong Sunoo dengan satu lengannya. Ia tersenyum ketika maniknya bertemu dengan milik Jake.
"Hai, Jake. Udah siap pergi?"
─────────────────────────
Sepanjang perjalanan mereka habiskan dengan memutar playlist lagu-lagu Disney. Lucunya, ketika lagu Can You Feel The Love Tonight terdengar, Heeseung seketika mengubah suaranya menjadi mirip Timon. Dan Sunoo, yang duduk di samping kursi pengemudi, pun seakan sudah terbiasa dengan hal ini dan ikut memainkan perannya menjadi Pumbaa.
"I can see what's happening," Heeseung memulai.
"What?" sahut Sunoo, ia mencoba sebisa mungkin untuk tidak tertawa melihat ekspresi ayahnya.
"And they don't have a clue!"
"Who?"
"They'll fall in love and here's the bottom line, our trio's down to two."
"Oh."
Cara Heeseung mengubah pitch suaranya dan menekankan pengucapannya di kata-kata tertentu membuatnya seakan ia begitu mendalami perannya sebagai Timon the Meerkat, dan hal itu berhasil Sunoo dan Jake tertawa. Sunoo mungkin sudah terbiasa dengan tingkah ayahnya yang seperti ini. Namun ini adalah pertama kalinya bagi Jake menyaksikan kalau seorang Lee Heeseung bisa menjadi konyol di depan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
someone to take you home | HEEJAKE
RomansaKisah di mana hidup Jake menjadi simpang siur setelah ia bertemu dengan seorang single parent bernama Heeseung. Atau sebaliknya, di mana Heeseung selalu berusaha merasionalkan pikirannya sendiri tiap kali ia melihat interaksi antara anaknya dengan s...