Dirinya seolah ditarik kembali ke permukaan bumi ketika Sunoo menaikkan oktaf suaranya pada Jake dalam konteks apa pun selain menunjukkan kegembiraan.
Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Bahkan ketika di sekolah pun, jika ada salah satu anak yang merebut mainan Sunoo, reaksi yang ia keluarkan hanyalah rengekan upaya meminta mainan itu kembali. Dan bila usaha Sunoo gagal, maka Jake yang akan melerai mereka berdua.
Begitu pula di profesinya yang menjadi guru TK. Mendapat teriakan melengking dari anak kecil bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi Jake. Telinganya sudah beradaptasi dan tidak lagi merasa pengang tiap kali ada pekik yang menyapanya.
Namun dari semua hal yang pernah terjadi, yang jelas, ini adalah pertama kalinya bagi Jake melihat Sunoo mengekspresikan amarahnya dengan cara berteriak. Tidak ada yang salah, semua orang berhak mengekspresikan emosinya dengan cara yang baik. Dan terkadang, amarah bisa jadi sangat dibutuhkan di waktu-waktu tertentu.
Jake hanya sedikit terkejut saja.
Ini semua diawali ketika Jake menegurnya beberapa kali untuk menaruh iPad yang sedang dimainkan karena jam sudah menunjukkan pukul enam petang, yang mana artinya Sunoo seharusnya sudah bersiap-siap untuk tidur. Tetapi si anak malah asyik bermain game di benda elektronik berukuran sekian kali sekian inci tersebut. Beberapa kali Jake memanggil Sunoo, namun tak ada tanggapan. Pada akhirnya, Jake yang harus merebut iPad itu dari tangan si anak dan mengulangi perkataannya.
"Ddeonu ga mau tidur!"
Suaranya melengking tinggi, memenuhi seisi ruangan. Sunoo menarik-narik lengan baju Jake demi meraih kembali iPad-nya, namun karena usahanya tak kunjung berhasil, dan ia bisa merasakan tangan Jake berada di pundaknya berusaha menggiringnya untuk ke kamar tidur, Sunoo cepat-cepat melepaskan dirinya dari sana.
Kaki kecilnya membawanya berlari dengan arah tak beraturan. Tetapi tak peduli seberapa cepat atau lebar langkahnya, Sunoo hanyalah anak kecil. Jadi tentu saja Jake berhasil menangkap tubuh kecilnya meskipun ia berusaha menghindar. Teriakan Sunoo semakin kencang, lengan serta tungkai kakinya juga mengibas secara cepat. Beberapa kali tangannya berhasil menghantam wajah serta badan Jake.
"Sunoo–"
"Engga! Ga mau tidur!"
"Ada apa ini?" tanya Heeseung.
Ia mematung mendengarnya, tidak menyadari sejak kapan Heeseung sudah pulang dan memasuki rumah. Lehernya memutar perlahan. Di situ ia melihat Heeseung dengan ekspresi lelahnya dan kantung mata yang berbayang lebih gelap dari biasanya.
"Mas Heeseung..."
Sunoo lepas dari genggamannya yang mengendur, lalu anak itu berlari menuju si ayah dan memeluk kakinya yang panjang. "Ayah, Ddeonu masih mau main."
"Tapi udah jam segini, Sunoo besok harus bangun pagi buat sekolah," balas Jake, berusaha menjustifikasi aksinya barusan.
Mau dilihat dari sisi mana pun, sebenarnya Jake bukanlah seseorang yang begitu taat dengan aturan. Ia terkadang masih akan memasak mie instan dua kali dalam seminggu hanya karena ia malas berbelanja. Tak jarang juga Jake berjalan sambil menunduk, membalas pesan orang lain dan mengakibatkan dirinya beberapa kali menabrak pejalan kaki lain. Pertama kali ia meminum alkohol pun adalah ketika ia masih berumur lima belas tahun bersama dengan salah satu temannya karena mereka begitu penasaran.
Namun dari berbagai aturan yang pernah ia langgar, menunda jam tidur adalah hal yang paling ia benci. Dirinya sedari kecil sudah dibiasakan untuk tidur lebih awal agar bisa bangun pagi dan merasa segar. Hal itu terbawa hingga ia dewasa.
Itulah mengapa selama SMA Jake jarang sekali datang ke pesta yang diadakan teman-temannya karena ia yakin ia pasti akan mengantuk meskipun di tengah pengangnya musik yang menyala dan kerumunan orang dengan bau parfum dan keringat yang bercampur. Di tiap acara summer camp pun Jake akan selalu menjadi yang pertama untuk terlelap ketika yang lainnya memilih untuk berkumpul mengitari api unggun dan menceritakan pengalaman menakutkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
someone to take you home | HEEJAKE
Roman d'amourKisah di mana hidup Jake menjadi simpang siur setelah ia bertemu dengan seorang single parent bernama Heeseung. Atau sebaliknya, di mana Heeseung selalu berusaha merasionalkan pikirannya sendiri tiap kali ia melihat interaksi antara anaknya dengan s...