a perfectly ruined thing

2.5K 298 34
                                    

Author's Note:

Hey there, just wanted to give you a heads-up on something. I realized I might have messed up a bit with Heeseung's age. He should've been 34 by now in this timeline. His birthday should've already happened in the chapter where he went to Germany with Riki. So, I've gone ahead and made some edits to the chapters from that point onward. My bad for not double-checking the dates properly. Sorry about that!

───────────────────────

Content warning // mentions of alcohol, heavy sexual tension.

───────────────────────

Hujan semakin deras ketika ia sampai di depan pintu apartemen berwarna abu-abu itu. Puncak kepalanya basah, begitu juga dengan bagian pundak di mantel jasnya karena tadi sempat lari ke bagasi terlebih dahulu untuk mengambil payung. Yah, setidaknya sekotak kue dan wine yang ia bawa masih aman.

Kira-kira dua menit sudah terlewati semenjak ia pertama kali menyuarakan bel. Ia dapat mendengar lagu bergenre RnB yang disetel keras dari balik pintu. Mungkinkah Jake tidak mendengarnya karena itu?

Memutuskan untuk memencet ulang tombol di samping pintu, kini lantunan lagu itu berhenti sepenuhnya, digantikan oleh sunyi. Hanya gaung suara badai di luar sana yang mengisi koridor panjang ini.

Tak lama kemudian, ada suara berisik di balik pintu — seperti orang yang baru saja tersandung dan terjatuh. Rasa khawatir mulai memenuhi pikirannya, namun itu semua tergantikan ketika akhirnya pria yang lebih muda membukakan pintunya.

"Hey, maaf saya ngga ngabarin dulu kalau mau datang soalnya — " ia mengernyitkan dahinya. Kekhawatirannya yang tadi sempat hilang kini kembali lagi. "Jake, kamu mabuk?"

Heeseung dapat melihat bagaimana Jake kesulitan untuk membuka matanya, pipinya pun memerah beserta senyuman lebar yang tak hilang-hilang sejak yang lebih muda mendaratkan netranya di wajah Heeseung.

"Hic — engga. Kata siapa Jake mabuk?" Ia menjawab selagi terkekeh — okay, he is a hundred percent drunk— sedangkan yang lebih tua hanya dapat mengangkat kedua alisnya, sedikit terkejut karena Jake menggunakan namanya sendiri ketimbang aku sebagai kata ganti. "Mas Heeseung... basah. Jake ambil handuk dulu buat hic — buat Mas." Omongannya terpotong-potong suara cegukan, dan kalau saja Jake tidak mabuk mungkin Heeseung sudah memeluknya erat karena gemas.

Ia buru-buru menaruh payungnya di samping rak sepatu. Lalu ia gunakan tangannya yang kosong untuk merangkul pinggang Jake — yang ternyata begitu ramping, ia baru mengetahuinya sekarang — membantunya menuju ruang tamu dan mendudukkannya di sana. Setelah bokongnya mendarat di sofa, dengan cekatan, Heeseung berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas air putih.

"Diminum dulu," ia menyodorkannya ke hadapan Jake. "Pelan-pelan."

Pemuda itu menegak air layaknya ia sudah dehidrasi selama berjam-jam. Beberapa tetes mengalir dari dagunya lalu ke leher sebelum kemudian terserap oleh kaos putih yang ia kenakan. Heeseung kembali menaruh gelas itu di atas meja ketika Jake sudah selesai, bersamaan dengan kotak kue ulang tahun dan botol wine yang ia bawa.

Yang lebih muda sibuk memosisikan dirinya berbaring di sofa dan memejamkan mata, sementara Heeseung melepas mantelnya yang basah dan menggantungnya di rak gantung khusus untuk outerwear yang terletak tak jauh dari penghangat ruangan. Tangannya menggulung kemejanya hingga siku, lalu ia sibakkan poninya yang menempel di dahinya ke belakang.

Melihat bagaimana berserakannya ruangan itu, Heeseung ingin membantu membereskannya dengan menyingkirkan botol-botol soju yang kosong dan menaruhnya di kaki tong sampah dapur sekalian membuang bungkus chips yang sudah habis.

someone to take you home | HEEJAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang