Tidak Bisa Tidur

528 100 15
                                    

Krystal Choi
Tidak usah menjemputku.

Sebuah pesan masuk melalui ponsel pintar milik Jonggun.

Anda
Kenapa?

Krystal Choi
Selepas sekolah, aku perlu mengerjakan tugas kelompok dengan temanku.
Mungkin, apabila selesai terlalu malam aku akan menginap.
Tenang saja, aku sudah memberitahukan ini kepada ayah.

Anda
Tidak besok saja?

Krystal Choi
Tidak, tenggatnya dua hari lagi. Lebih cepat, lebih baik.

Anda
Ya sudah.

Pria itu mematikan layar ponselnya lalu dilemparnya sembarang arah. Ia merebahkan badannya yang cukup lelah pada sandaran sofa.

Joongoo sedang tidak bersamanya. Itu merupakan suatu hal yang patut Jonggun syukuri.

Karena setidaknya, hari ini ia dapat beristirahat usai melakukan berbagai macam pekerjaan berat.

Jonggun mencoba memejamkan mata. Namun, tak kunjung terlelap. Wajar saja, ia mengidap insomnia.

Ia bangkit menuju pantry, mengambil botol obat miliknya. Habis.

Ck, jadi tidak bisa tidur.

Jonggun menghela nafas.

Tatapannya kosong, seperti tengah memikirkan sesuatu. Lalu, ia menyeringai sesaat.

Bukankah saat ini ada seseorang yang mempunyai hutang budi padanya?

(other side)

Seorang wanita berpakaian lusuh memasuki sebuah minimarket. Ia membeli satu bungkus ramen, sebotol air mineral dan satu kotak buah stroberi.

"Bayar seperti biasa, kak?" Tanya seorang kasir pada wanita itu. Yang ditanya hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Baik, sisanya tinggal 84.000 won. Selamat menikmati!"

"Terimakasih"

"Hehe, sama-sama~"

Wanita itu berjalan kearah kursi yang disediakan khusus untuk pelanggan. Membuka tutup botol miliknya, sembari menunggu tingkat kematangan mie-nya pas.

Baek Rang, wanita itu --- melihat ke arah luar minimarket. Sebuah pemandangan kafe tertangkap netranya.

Ah, Baek Rang benci itu. Lihatlah, betapa ramainya di sana. Baek Rang benci keramaian.

"Cih"

Memilih untuk tidak memedulikan hal tersebut, Baek Rang fokus memakan ramennya.

Slurp slurp...

"Argh, ramen memang yang terbaik," Tangisnya dramatis.

Ia kembali melanjutkan acara makan ramennya hingga habis tak bersisa, lalu meneguk air mineral.

"Jam berapa, ya sekarang?" Gumamnya.

Baek Rang mengedarkan arah pandangnya pada jam dinding di dekat kasir. Jam sepuluh lewat.

"Jam sepuluh rupanya," Gumamnya lagi.

"Mari pulang"

Ia tinggal di sebuah rumah pada gedung apartment di daerahnya.

Rumah itu tersedia secara gratis, karena selain letaknya yang berada di atap dan terbilang sangat kecil, pemilik gedung apartment tersebut juga sangat ramah.

STREET LIGHTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang