Borong

395 86 13
                                    

Malam ini terasa amat dingin. Sialnya, Baek Rang lupa memakai mantel.

Ia pergi ke minimarket, ingin membeli stroberi lagi. Padahal di kulkasnya masih tersedia tujuh kotak.

Entahlah. Sudah menjadi suatu rutinitas setiap hari untuk membeli buah itu.

Baek Rang teramat sangat menyukai buah stroberi. Lezat, terlebih saat dimakan dalam keadaan dingin.

Errr, membayangkannya saja sudah membuat Baek Rang berliur.

Kring...

"Selamat datang~"

Yena, Lim Yena --- kasir yang bekerja paruh waktu di minimarket dekat gedung apartment-nya menyapa.

Baek Rang menganggukkan kepala, membalas sapaan. Ia kenal gadis itu, seseorang yang bersikap ramah padanya selain keluarga bibi Dalram.

Baek Rang segera berjalan ke tempat di mana buah stroberi berada. Namun, ia tidak dapat menemukan buah tersebut.

Ia mengernyit heran, lalu menghampiri Yena.

"... Hei? Anu, apakah buah stroberi sedang habis?"

"Eh? Oh, iya, kak. Tadi ada seorang pembeli yang memborong. Kalau tidak salah, sepertinya kakak mengenal orang itu"

"Aku mengenal orang itu?" Kernyitan di dahi Baek Rang semakin mengerut.

"Iya, kemarin kalian berdua makan ramen bersama di sini. Orangnya tinggi, memakai kacamata dan... hehe, maaf --- mengerikan"

Ck, Jonggun rupanya.

"Ah, ya sudah. Terimakasih"

"Sama-sama~"

Ia berjalan tanpa semangat ke luar minimarket.

Sialan. Bisa-bisanya orang itu memborong buah kesukaannya.

Jika bertemu nanti, Baek Rang akan memukul wajah paman tua itu dengan kencang.

Pendek umur, netranya langsung menangkap orang yang dibicarakan tengah memegang sebuah cup kopi di seberang sana.

Baek Rang diam di tempat, memicing ke arah oknum yang memborong buah stroberinya.

Sadar apabila diperhatikan, Jonggun menolehkan kepalanya dan mendapati wanita mengenakan hoodie merah tengah menatapnya dengan nyalang.

'Kenapa dia?'

Baek Rang menunjuk Jonggun, lalu tak lama acungan jari tengah mengudara.

Jonggun yang tahu apabila acungan jari itu diperuntukkan untuk dirinya langsung mengalami kaget berat.

'Wanita tua itu sudah gila rupanya'

Baru saja ingin menghampiri Baek Rang, wanita berusia duapuluh satu itu langsung melengos pergi.

"H-hei..."

Baek Rang tak menggubris. Walau pun masalah ini bisa terbilang sepele, tapi untuk buah stroberi... maaf, ia tidak bisa memaafkannya.

Suara entakan kaki yang berlari terdengar di telinga Baek Rang.

"Hei, tunggu!"

Hap

"Ck"

Baek Rang berdecak saat lengannya ditahan Jonggun. Mengutuk dalam hati atas kaki panjang pria itu.

"Apa?" Tanya Baek Rang tanpa minat.

"Acungan jarimu tadi... apa maksudnya?" Karena Jonggun benar-benar dibuat terkejut oleh aksi tersebut.

STREET LIGHTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang