Arloji Jonggun menunjukkan pukul empat sore lebih tiga puluh tujuh menit. Yang artinya mereka sudah menghabiskan tiga setengah jam untuk bermain.
Keduanya duduk di bangku yang terdapat pohon di belakangnya, sehingga terhindar dari sinar matahari.
"Hah... rasanya melelahkan sekali, tapi seru."
Keluh Rang mengibaskan tangannya di depan wajah. Jonggun menyetujui dalam hati.
Rang menoleh ke arah Jonggun, memerhatikan sosok bocah itu dari samping.
"Hei."
"Hn?"
"Kau selalu pakai gel rambut, ya?" tanya Rang penasaran seraya melepas kacamata hitam yang dipakainya.
"Iya, aku sangat memerhatikan kerapian."
"Oh, begitu. Padahal aku sangat ingin melihat rambutmu acak-acakan," jujur Rang kembali melihat lurus ke depan.
Ia hanya menatap Rang dalam diam. Memerhatikan rupa wanita tersebut.
"... Kapan-kapan saja," ucapnya tiba-tiba.
"Hah? Apanya yang 'kapan-kapan saja'?" tanya Rang bingung.
"Tidak, bukan apa-apa. Tak perlu dipikirkan. Ayo, cari makan. Aku lapar," dalihnya lalu berdiri dan mengulurkan tangan.
Rang terdistraksi dengan cepat, ia sontak berdiri dan menggenggam uluran tangan Jonggun.
"Ayo! Ayo, kita ke tempat makan semalam. Makanan di sana enak-enak sekali."
"Ya, baiklah."
___
"Ini dia~ dua porsi naengmyeon dan seporsi mandu serta satu botol soju pesanan kalian. Selamat menikmati, anak muda!" Layan nenek Eunro ceria.
"Terima kasih banyak, Nek!" Balas Rang tak kalah ceria.
Nenek Eunro tersenyum lebar, mengacak-acak surai Rang gemas.
"Ah, lucu sekali! Kukira kau akan melajang selamanya, Jonggun. Tak disangka kau membawa gadis cantik ke restoranku."
Rang yang dipuji cantik langsung memasang wajah sombong ke lelaki di hadapannya seraya mendekatkan diri ke dekapan nenek Eunro.
"Dia bukan pacarku," bantah Jonggun.
"Hah! Bukan atau belum maksudmu?"
"Aih, neneeek~ kami tidak berpacaran. Mana mau aku berpacaran dengan berandalan seperti dia," sangkal Rang memeluk nenek Eunro mencoba meyakinkan.
"Ck, terserah."
Jonggun malas berdebat, karena tidak akan ada habisnya. Apalagi lawan bicaranya Baek Rang yang keras kepala.
"Hahaha, ya sudah. Makanlah makanan kalian, nenek ingin melayani pelanggan lain," ujar nenek menyudahi.
Nenek Eunro pun pergi meninggalkan mereka berdua yang kemudian menatap satu sama lain.
"Selamat makan~"
"Selamat makan."
___
Jonggun dan Rang telah selesai makan. Rang berada di luar restoran, menunggu Jonggun yang sedang membayar.
Membalas pesan dari bibi Dalram yang menanyakan kapan ia akan pulang. Tak lama, suara kerincing bel restoran berbunyi.
"Ingin ke mana lagi?" Terdengar suara bass familiar yang tertangkap panca indra dengar Rang.
Disusul oleh bunyi pemantikan pemantik api dan bau rokok yang mengecap indra penciumannya.
Rang menoleh.
"Entahlah, mari berjalan saja terlebih dahulu," jawabnya lalu mendongak menghadap Jonggun yang lebih tinggi darinya.
Jonggun mengangguk, kemudian mengepulkan asap dari rokok yang ia isap. Menggandeng tangan Rang yang mendingin.
Mengetahui itu, ia mengeluarkan sarung tangan dan memakaikannya di tangan kiri Rang serta di tangan kanan miliknya.
Sedangkan tangan mereka yang tidak memakai apa-apa Jonggun genggam dan ia masukkan ke dalam saku long coat.
Sehingga tangan mereka tetap hangat.
Rang hanya menatap Jonggun yang melakukan semua itu dalam diam. Lelaki di sampingnya menatap balik.
"Apa?"
"Tidak."
Mereka lanjut berjalan.
Jonggun tidak membawa mobil. Menurutnya percuma menghabiskan waktu di mobil yang relatif lebih singkat daripada berjalan kaki. Ia ingin berlama-lama saja.
Tidak apa apabila kakinya kelelahan walau harus menempuh berkilo-kilometer lamanya.
Bukankah menghabiskan waktu bersama itu tujuan dari sebuah kencan?
###
halo, guise. ak update lagi niech. syapa senank ak apdet? 😾
nguehe. seperti biasa, bagaimana dengan episode yang satu enih?
semoga kalian tida bosan. nguahahahahahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
STREET LIGHTS
FanfictionAU - Alternative Universe (esp for Park Jonggun from Lookism - Park Taejoon). Penulis hanya meminjam karakter dari salah satu karya Park Taejoon di aplikasi Webtoon, Lookism. Penulis sama sekali tidak mengklaimnya sebagai milik sendiri, melainkan ha...