CHAPTER 19

4.1K 561 109
                                    

Mobil yang dibawa Chanyeol menepi pada sebuah tempat parkir. Satu slot parkir di dekat pintu masuk pasar masih kosong. Chanyeol sengaja memilihnya agar mereka tidak menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke mobil. Waktu telah menunjukkan hampir pukul sepuluh.

"Berdoalah semoga segala bahan makanan segar masih ada." Baekhyun cemberut. "Maafkan aku karena kita terlambat lima belas menit tadi."

Chanyeol malah terkekeh. "Tidak apa-apa. Kita belum cek ke dalam pasar. Kalau tidak ada, kita beli makanan cepat saji dan makan bersama Bibi Ahn, oke?"

"Okay!"

Riang jawaban yang diberikan Baekhyun disusul gerakan pemuda manis itu yang langsung turun dari mobil. Wajahnya memerah karena udara pagi yang masih bersisa. Wajahnya diterpa angin lembut. Baekhyun melangkahkan kaki menuju muka pasar.

"Rasanya sudah lama sekali tidak kesini. Padahal, baru sebentar."

Binar wajahnya ibarat menyeleksi tiap jengkal. Riuh rendah penjual dan pembeli terdengar. Dulu, dua hari sekali, Baekhyun dan Bibi Ahn akan belanja banyak bahan untuk berjualan. Ia tiba-tiba sangat merindukan semua kegiatan itu.

"Baekhyun-ah?"

Suara terdengar dari balik badan dan kepala Baekhyun menoleh. Seorang ibu-ibu, tersenyum padanya. Bersama dengan yang lain, Baekhyun ingat sekali mereka adalah tetangga di sekitar kediaman Bibi Ahn. Baekhyun mengigit bibir dalamnya. Ia masih ingat bagaimana kumpulan ibu-ibu gila itu berkata buruk soal kehamilannya.

"Halo..."

Baekhyun sebenarnya hendak kabur. Harusnya ia tidak pergi duluan dan meninggalkan presensi Chanyeol di tempat parkir. Harusnya ia menunggu saja. Sekarang beginilah jadinya. Kumpulan ibu-ibu tersebut menghampiri tempatnya berdiri.

"Lama tidak melihatmu, Baekhyun. Apa kau kini tinggal bersama suamimu?"

"Kau pergi tanpa pemberitahuan. Bahkan Bibi Ahn dan Taehyung tidak bilang apapun. Oh, perutmu semakin besar!"

Baekhyun tersenyum kaku. Ia kebingungan mau membalas yang mana. Rasanya ombak kata-kata terlalu cepat menerpa. Kepalanya jadi bingung untuk menyaring jawaban.

"Ah, iya.."

"Tapi, mengapa kau sendirian kesini? Tidak bersama suamimu?" Salah satu dari kumpulan ibu-ibu tersebut bertanya. "Ah, jangan-jangan benar, kau tidak menikah dan ini anak haram, ya?"

Kumpulan ibu-ibu tersebut saling berbisik dengan volume yang mampu Baekhyun dengar. Mata si pemuda manis membola. Loh, apa-apaan ini. Mengapa semuanya jadi mengambil kesimpulan sendiri?

"Aduh, Baekhyunie, pantas saja Bibi Ahn merahasikan keberadaanmu. Kurasa, dia juga malu lama-lama menampung aib. Oh, Tuhan. Kasihan sekali."

Perut Baekhyun keram. Wajahnya yang tadi memerah karena dingin kini berubah memerah karena amarah. Baekhyun mencebik. Bibirnya maju dengan kesal, bersiap menyemprot.

"Ada apa ini?"

Chanyeol, masuk dalam kerumunan sebelum Baekhyun berhasil meluapkan amarah. Kedua alisnya berkerut, bingung dengan keadaan. Tangan Chanyeol juga refleks menggenggam pergelangan tangan Baekhyun.

"Wajahmu memerah, ada apa?"

"Kau lelaki yang mengaku suaminya Baekhyun, kan?" Seorang ibu dari kumpulan tadi menyela. "Ah, kalau kau hendak melindungi Baekhyun lagi, sebaliknya mundur. Aku tau kalian bukan pasangan. Ckck."

Kumpulan tadi memandang remeh keberadaan Chanyeol dan Baekhyun. Amarah sudah menguasai Baekhyun, namun ia memejamkan mata dengan paksa, sedikit banyak mulai berpikir logis demi Bean.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[CHANBAEK!] Papa and BeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang