CHAPTER 7

7K 965 52
                                    

Pagi hari di Bucheon akhirnya kembali normal. Tujuh hari berlalu sejak Chanyeol pamit pulang tanpa alasan. Sehun dan Jongin pun tidak bicara. Melihat sikap aneh seperti itu, bahkan Yuta dan Winwin tidak berani bertanya. Bagaimana pun, pekerjaan Yuta berada pada kepuasan Chanyeol selama di Bucheon. Namun tujuh hari berlalu, tidak ada pemberitahuan khusus dari pusat. Yuta merasa semua aman. Artinya, Chanyeol tidak merasa ada masalah yang harus mengorbankan pekerjaan Yuta selama di Bucheon.

Hal yang sama juga terjadi di kedai Bibi Ahn. Para tetangga memang sudah diam dan berhenti berbisik soal kehamilan Baekhyun. Keberadaan Chanyeol membuat mereka tidak lagi punya bahan untuk pembicaraan. Satu-satunya yang dikhawatirkan Bibi Ahn adalah Baekhyun sendiri. Anak itu tidak berkomentar apapun soal Chanyeol. Bahkan bertanya kemana gerangan Chanyeol di pagi itu tidak ia lakukan.

"Baekhyun-ah, apa kau bisa bantu Bibi sebentar disini?"

Baekhyun menoleh setelah membersihkan stand minumannya dengan kain basah. "Iya, Bi."

Usia kandungan Baekhyun memang belum terlihat tapi pinggul pemuda itu sudah menggemuk. Baekhyun sering mengeluh soal ini, menganggap bayinya tak sehat atau ia yang tidak bisa menjaga janin. Padahal, keadaan kehamilan memang berbeda di setiap individu. Winwin memiliki keadaan kehamilan yang juga berbeda. Pemuda itu lebih cepat terlihat perubahannya dibanding Baekhyun.

"Aku ingin minta bantuan untuk mengiris wortel. Tapi, duduklah. Kau tidak boleh banyak berdiri."

Baekhyun tersenyum. "Padahal aku tidak apa-apa, Bi. Tapi, memang belakangan agak sedikit pegal."

"Hindari posisi tidur telentang. Walau baru satu bulan, kau harus membiasakan diri. Semakin besar usia kandunganmu, semakin besar resiko yang ditimbulkan hanya dari posisi tidur."

"Iya, Bi. Aku banyak membaca itu di internet."

"Kapan kau dan Winwin pergi memeriksa kehamilan?"

"Rencananya besok. Tapi, Bibi tidak perlu menutup kedai. Aku bisa pergi sendiri dengan Winwin."

Bibi Ahn menghentikan pekerjaannya dan menatap khawatir Baekhyun. "Kau yakin? Bagaimana jika kau jatuh lagi seperti waktu itu?"

"Tidak akan!" Baekhyun tersenyum lebar. "Aku janji!"

.

.

"Ya, ya, sekali lagi, satu, dua, tiga. Okay! Selamat atas kelulusanmu!"

Yoochun, Hyeri, dan Chanyeol membungkuk terima kasih kepada fotografer yang disewa Universitas untuk mengabadikan momen kelulusan para mahasiswa. Chanyeol telah diapit kedua orangtuanya. Pemuda tampan itu telah menggunakan toga dan baju kelulusan Universitasnya dengan bucket bunga besar dari sang ibu. Matanya memandang sekitar. Sehun dan Jongin juga tengah bersama keluarga mereka. Yoochun berdehem.

"Kau mencari seseorang?"

Chanyeol menatap Ayahnya. "Dimana Paman?"

"Wow." Yoochun tergelak. "Kau merindukannya begitu?"

"Ck, Ayah. Apa Paman benar-benar marah padaku?"

"Sudah sewajarnya dia marah. Kau pikir, aku tidak marah padamu?"

Chanyeol menghela nafas berat. Tujuh hari yang lalu, saat ia pulang dari Bucheon, Yoochun dan Hyeri telah mengetahui segalanya. Sebenarnya, Yoochun ingin sekali memukul putra semata wayangnya itu. Namun, melihat wajah Chanyeol yang terus menerus tertekuk, Yoochun menyadari ada yang salah. Dirinya pun tidak melihat pemuda mungil yang disebut Junki telah dihamili Chanyeol. Jawabannya jelas sudah.

[CHANBAEK!] Papa and BeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang