"Aku menemukanmu."
Linglung.
Baekhyun hampir tidak bisa bernafas.Logika berkata untuk menjauh. Tapi sistem sensorik enggan memberi respon. Kakinya justru seperti tertanam. Kaku berdiri diatas tempat yang sama.
Chanyeol menatapnya dalam. Ingatan Baekhyun memaksa untuk membawa keluar memori akan tatapan itu. Dia tidak butuh. Dia telah melupakan. Dia tidak mau lagi berurusan.
Hanya saja, hati itu pengkhianat.
Alih-alih semakin dalam membenci, bagian itu terasa hangat. Seolah, momen ini adalah momen yang paling ditunggu. Seolah, kehadiran Chanyeol adalah solusi perihnya perasaan Baekhyun selama ini.
Alhasil, degup jantung Baekhyun menggila. Bibirnya bergetar. Kalimat-kalimat yang ada di kepala enggan keluar. Dengan kesulitan luar biasa, Baekhyun melangkah mundur, pelan sekali.
Chanyeol mendesah sedih. "Baekhyun.."
"Mundur.."
Kyungsoo menatap keduanya khawatir. Ia lalu memutuskan untuk melangkah maju, menangkap tubuh Baekhyun agar tidak limbung. Chanyeol sendiri berusaha menghampiri, tapi Baekhyun menatapnya nyalang.
"Tolong mundur.. Aku mohon." Tanpa terasa, airmata berebutan keluar dari ujung kelopak si mungil. Kuasanya bergerak, melindungi perutnya dalam pelukan. "Ah...Bean.."
Kyungsoo melotot. "Baekhyun-ah, yang mana yang sakit?"
"Bean..Bean...sakit."
"Tunggu. Kumohon tunggu." Kyungsoo berubah panik. Ia berusaha keras mengambil gawai untuk menelepon Soyou. Di sisi lain, Chanyeol ikut terkejut. Pria itu setengah berlari dan ikut menopang Baekhyun. Kyungsoo menatapnya kesal. Chanyeol tidak peduli.
"Kau bisa menelepon keluarganya selagi aku menggantikan tugas lenganmu." Ucap Chanyeol. Kyungsoo mau tidak mau mendengarkan. Karena itu benar juga.
"Bean.."
Pandangan Chanyeol kemudian jatuh ke wajah Baekhyun yang mendadak pucat. Kenapa? Kenapa jadi seperti ini? Apa sebegitu berbahayanya kehadiran Chanyeol di hadapan Baekhyun?
Perlahan, selagi satu lengannya menopang, Chanyeol mengelus perut Baekhyun yang mulai membesar di depan. Bagian itu keras. Dan Chanyeol mengusapnya. Pelan-pelan dan penuh kasih sayang. Baekhyun masih merintih. Dan ia bergumam dalam hati.
Bean, ini Daddy. Tenang dulu, ya? Kasihan Papa.
.
.
.Soyou memasuki area rumah sakit dengan tergesa-gesa. Sebuah telepon dari Kyungsoo membuat dia rela meninggalkan semua pekerjaan. Untung saja baik atasan dan rekan kerjanya begitu perhatian. Mereka tahu jika adik Soyou sedang hamil, dan mereka memaklumi jika suatu waktu Soyou perlu pergi lebih dulu untuk mengurus Baekhyun.
Gadis itu menemukan Kyungsoo di depan sebuah ruangan. Walau sempat pingsan, Baekhyun tidak lama berada di ruang ICU. Setelah dinyatakan stabil dan diberi infus vitamin, ia bisa langsung masuk ruang perawatan. Sisi hati Soyou bersyukur. Artinya sang adik dan calon keponakannya akan baik-baik saja.
"Dia didalam?"
Kyungsoo mengangguk. "Iya, Noona."
Kepala Soyou mengangguk sambil belah bibirnya mengeluarkan audibel 'terima kasih' sebelum masuk kedalam ruangan. Baekhyun masih terbaring lemas disana. Seorang suster tengah membantunya menyiapkan obat dan mencatat perkembangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[CHANBAEK!] Papa and Bean
FanfictionSebuah diari kehidupan Byun Baekhyun dan takdirnya yang pahit; menjadi orangtua tunggal dari sebuah janin. Lalu, siapa orang yang paling bertanggung jawab atas semua yang terjadi? Bercerita tentang ego dan penyesalan. CHANBAEK!