CHAPTER 1

9.2K 1K 22
                                    

Hancur.

Satu kata seribu makna. Benar-benar mewakili keadaan Baekhyun saat ini. Ia tidak bisa mendeskripsikan hati dan pikirannya. Dua jam yang lalu dia merasa semuanya akan baik-baik saja. Dia hanya perlu meminta izin pada Soyou demi penghidupan yang lebih baik–pikirnya. Baekhyun hanya bocah polos yang bahkan tidak bisa membedakan mana yang tulus mana yang penuh akal bulus.

Kehidupannya yang serba minim membuat Baekhyun bersemangat mengubah diri. Sekolahnya biasa saja. Otaknya pun tidak terlalu pintar. Walau tidak kaya, Ia juga masih punya teman sebaik Kyungsoo dan tidak menjadi korban bullying. Semua biasa saja.

Hingga Park Chanyeol datang.

Mahasiswa jurusan bisnis manajemen dari kampus terkenal itu muncul bagai ombak di tengah pasang. Tiba-tiba tinggi dan menggairahkan. Hidung mancung dengan perawakan atletis membuat Baekhyun sama sekali tidak curiga saat Chanyeol tiba-tiba intens mendekatinya, sejak mereka bertemu tidak sengaja di Festival Sekolah Baekhyun.

Chanyeol adalah pangeran. Darah biru yang punya keturunan prajurit Silla. Senyumnya idiot dan humornya keterlaluan. Tapi, Baekhyun menyukainya. Jadi, dia tidak menolak apapun yang berjudul Chanyeol. Pun, tubuhnya diberikan saja

Tapi, nyatanya Chanyeol memanglah hanya personifikasi dari ombak pasang. Cepat datang cepat pergi. Seratus dua puluh hari yang diharapkan Baekhyun berakhir bahagia kini hanya seperti petir di siang bolong. Seolah, apa yang terjadi hanyalah imajinasi Baekhyun.

"Aku tidak bisa menelepon Kyungsoo." Gumam Baekhyun, putus asa setelah puas menangis di perpustakaan. Jangan tanyakan bagaimana herannya penjaga disana melihat pemuda setengah kuyup yang hanya membaca dan menangis dalam diam.

"Telepon Soyou noona juga tidak bisa. Aku harus apa." Rasanya, Baekhyun bahkan sudah lelah menangis. Yang dilakukannya lima belas menit ke belakang hanyalah menghela nafas sambil menatap telepon genggamnya yang sengaja ia matikan.

"Dik?"

Baekhyun menoleh saat suara renta yang ramah terdengar. Ternyata itu Bibi Ahn, penjaga kantin di sekolahnya. Wanita paruh baya itu tersenyum menatap Baekhyun. Dia benar-benar menyayangi murid manis ini seperti cucunya sendiri. Baekhyun pun menyayanginya mengingat Ia tidak pernah lagi merasakan kasih sayang ibu atau nenek.

"Bibi Ahn sedang apa disini?" Baekhyun menghapus airmatanya. "Dan untuk apa tas besar itu?"

Bibi Ahn tersenyum. "Aku mau pulang ke Bucheon. Uangku sudah cukup untuk membuat toko kecil-kecilan disana. Lagipula Taehyung akan masuk SMP. Dan dia menolak sekolah asrama lagi."

Taehyung adalah cucu satu-satunya Bibi Ahn yang sering dibilang mirip Baekhyun. Anak itu bersekolah asrama di Gwangju dan hanya pulang sebulan sekali. Taehyung yatim piatu sama sepertinya. Keluarganya pun hanya Bibi Ahn.

"Kau sendiri? Sedang apa disini? Kenapa belum pulang?"

Baekhyun gelagapan. Ia menatap bergantian antara Bibi Ahn dan buku yang tadi tidak dibacanya. Haruskah dia bilang kalau dia hamil? Haruskah dia bilang kalau dia tidak punya tempat tinggal lagi? Gengsinya terlalu besar untuk kembali pada Soyou. Haruskah dia juga bilang kalau Chanyeol meninggalkannya? Sial. Mengingat Chanyeol membuat Baekhyun hampir menangis lagi.

"Bibi Ahn." Baekhyun menghela nafas. "Boleh aku ikut Bibi ke Bucheon?"

.

[CHANBAEK!] Papa and BeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang