Junki memarkirkan mobilnya di wilayah parkir terdekat di sayap kiri rumah sakit. Saat Sehun menelepon dengan kabar terkini soal Baekhyun, ia langsung menghubungi Soyou. Wanita itu skeptis pada awalnya. Namun wajah khawatir Junki mencubit sisi hatinya. Pria itu memang berkata benar. Adiknya, Byun Baekhyun, baru saja pingsan dan sesuatu bisa saja terjadi dengan kandungannya.
"Permisi." Junki mengatur nafasnya saat berada di muka UGD. Ruangan sibuk itu agak senyap. "Pasien bernama Byun Baekhyun dibawa kesini pagi tadi. Boleh kami menemuinya? Kami kakaknya."
Suster itu mengangguk dan mengetik sesuatu pada komputer di hadapanya. Alisnya kemudian tertaut. "Pasien bernama Byun Baekhyun sudah dipindahkan ke ruang rawat inap dua jam yang lalu, Tuan."
"Boleh aku tahu dimana ruangannya?"
"Lantai dua, nomor 3801."
Junki mengangguk cepat. "Terima kasih."
Tanpa menunggu balasan sang suster, Junki menggandeng Soyou keluar dari selasar UGD. Gadis itu diam sejak tadi, lebih pada bingung harus melakukan apa. Perjalanan berjam-jam membuat fokusnya berkurang. Rasa rindu membuncah yang ia simpan untuk adiknya juga membuat pikiran sang dara sulit bersatu dengan keadaan.
"Tujuh delapan, Tujuh sembilan, Delapan puluh,….."
Soyou menunjuk ruangan tertutup di ujung selasar yang mereka pijak. "Disana!"
Kedua orang itu berjalan cepat dengan langkah yang teratur, berusaha keras untuk tidak membuat suara yang keras. Jantung Soyou berdetak lebih kencang. Sebulan mungkin bukan waktu yang sebentar bagi kebanyakan orang, tapi baginya berpisah sehari dengan Baekhyun pun sudah menjadi neraka. Namun, sebentar lagi, ia akan kembali memeluk Baekhyun, adik tersayangnya.
Dan, batas diantara mereka pun terhapus. Pintu ruang rawat terbuka bertepatan dengan Sehun yang akan keluar.
Baekhyun disana. Di atas ranjang rumah sakit, terduduk dengan mulut yang sibuk mengunyah pisang. Soyou menghentikan langkahnya. Junki pun tertegun. Takjub dengan bagaimana ada pria sempurna seperti Baekhyun. Wajahnya seratus persen mirip Soyou. Bagai pinang dibelah dua.
"Baekhyun-ah…"
Baekhyun terdiam. Namun mata sayunya memerah, menahan tangis. "N-noona…"
Soyou tidak lagi menunggu. Gadis itu berlari dan langsung memeluk tubuh kecil adiknya dalam rengkuhan yang erat. Baekhyun menyambutnya dengan cepat. Airmata juga membasahi pipinya selagi ia menangis keras di pelukan sang kakah. Sebuah beban di hati Baekhyun terangkat. Kakak cantiknya telah disini, malaikat pelindungnya ini tidak berhenti menyayanginya.
"Noona, noona. Baekhyunie rindu. Hiks!"
.
.
"Aku mengerti. Jadi kau sudah ada disana?"
Junki mengangguk. Walau Hyeri tidak akan melihatnya di seberang sana. Sudah hampir tengah malam dan dirinya masih berada di rumah sakit tempat Baekhyun di rawat. "Baekhyun mengalami kram yang normal. Sebenarnya dia tidak boleh stress dan banyak pikiran."
"Kkkk. Tentu saja. Apa kau familiar dengan situasi itu, Junki-ya?"
"Ya." Junki tanpa sadar tersenyum dan mengulum bibirnya. "Persis ketika Noona mengandung Chanyeol. Noona selalu kram jika sedang merindukan Hyung."
KAMU SEDANG MEMBACA
[CHANBAEK!] Papa and Bean
FanfictionSebuah diari kehidupan Byun Baekhyun dan takdirnya yang pahit; menjadi orangtua tunggal dari sebuah janin. Lalu, siapa orang yang paling bertanggung jawab atas semua yang terjadi? Bercerita tentang ego dan penyesalan. CHANBAEK!