Kurang lebih dua minggu sudah berlalu soal tawaran yang dilayangkan Baekhyun kepada Chanyeol. Pria itu jelas setuju. Junki bahkan khawatir. Park Chanyeol terlihat berbeda sekali.
Sejak hari pertama ikrar janji itu terikat, Chanyeol benar-benar melakukan kewajiban layaknya suami. Ia menjadi orang pertama yang membeli semua kebutuhan Baekhyun. Bahkan, rela keluar rumah di jam dua dinihari hanya untuk memenuhi keinginan si mungil.
Dan luar biasanya, tidak ada keluhan sama sekali.
Hari ini, seperti biasa di akhir bulan, Junki menemani Soyou dan Winwin untuk berbelanja bulanan. Biasanya, Yuta ikut dalam aktivitas itu. Tapi, Junki mengirimnya ke Jepang untuk ikut dalam konferensi khusus. Mau tidak mau, Junki menjadi satu-satunya pembawa tas-tas belanja. Walau Winwin dengan tidak enak hati memaksa membawanya sendiri.
Hubungan Junki dan Soyou pula belum begitu jelas. Persoalan si gadis dengan mantan atasannya itu telah selesai. Tapi entah menunggu apa lagi, Junki berusaha menahan seluruh perasaannya. Saat ini, fokus mereka hanya dua; Baekhyun dan Bean.
"Mereka belum pulang?"
Soyou melihat sekelilling rumah. "Sepertinya belum."
"Sudah terlalu sore untuk berjalan-jalan." Junki melirik arlojinya. "Apa kita harus menelepon?"
Soyou memijat pelipisnya. "Sudah kubilang, bukan? Aku memang harus menegur Baekhyun soal ini. Dia benar-benar keterlaluan."
"Tidak perlu. Menurutku justru bagus. Selama dua puluh dua tahun mengurus Chanyeol, aku belum pernah melihatnya menaruh prioritas pada sesuatu. Baekhyun membuat banyak kemajuan untuk keponakanku."
Kedua mata Soyou berkedip pelan. Kekehannya lalu terdengar, diiringi senyum jahil. "Kau terlihat seperti bapak-bapak saat ini, Oppa."
"Usiaku memang tidak muda." Junki membalas sambil terkekeh. "Ya! Jangan tertawa."
"Iya, iya. Kau mau teh atau kopi?"
"Jus."
Soyou cemberut. "Aih!"
.
.
.Kembali pada pasangan fenomenal yang mulai menyebalkan, sesuai definisi Oh Sehun saat melihat mereka akhirnya 'akrab'. Chanyeol dan Baekhyun kini sedang berada di depan sebuah foodtruck yang menjual tteobboki. Porsinya lebih sedikit dari porsi kebanyakan. Karena itu pembeli mereka kebanyakan anak sekolah.
"Kau tunggu disini." Chanyeol berucap sambil bersiap keluar dari mobil. "Aku akan membelikan satu untukmu."
Baekhyun mengangguk, sambil mengunyah camilan. "Ya, ya. Yang paling pedas!"
Kurva senyum pada wajah Chanyeol melebar seiring ia mengangguk. Baekhyun tertawa senang sambil terus mengunyah. Seharusnya mereka hanya berjalan-jalan siang itu. Tapi, melihat beragam macam makanan dan jajanan, siklus ngidam Baekhyun muncul. Jadilah, mereka terpaksa berhenti di beberapa stan.
Dari balik mobil, netra Baekhyun terus memandang Chanyeol. Sejak kedatangan pria tinggi itu kembali pada sisinya, perut Baekhyun terasa lebih nyaman. Bean nampaknya benar-benar lebih menyukai Chanyeol. Walau kadang merasa iri, entah mengapa, Baekhyun bisa menahan perasaan itu. Takjub dengan dirinya sendiri, ia tidak percaya bisa berdamai begini dengan Chanyeol.
Apapun untuk Bean.
Hanya itu yang ia pegang. Netranya kembali menatap figur tinggi itu. Chanyeol yang ditemuinya dua bulan lalu seperti menghilang. Saat ini, Chanyeol lebih terlihat seperti pria impiannya. Dan itu membuat Baekhyun tanpa sadar mengembangkan kembali perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[CHANBAEK!] Papa and Bean
FanfictionSebuah diari kehidupan Byun Baekhyun dan takdirnya yang pahit; menjadi orangtua tunggal dari sebuah janin. Lalu, siapa orang yang paling bertanggung jawab atas semua yang terjadi? Bercerita tentang ego dan penyesalan. CHANBAEK!