1.3

771 84 17
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Assalamu'alaikum!!! Valendra!!! Alexander yang tamvan sudah datang woeeeee!!!!!!"

Ting! Tong!

"Helooooo!!! Apa ada orang dirumah?!!!"

Naga terus berseru memanggil Zion di sore itu. Dia bersama teman-teman yang lain sudah berjanjian ingin menginap di rumah Zion karena besok hari Sabtu dan mereka akan ekskul basket bersama. Atas usulan Naga pula yang meminta agar mereka menginap di rumah sang Axanta pemilik mata sabit.

Sudah sekitar 20 menit Naga berseru, tapi tak kunjung mendapat sahutan dari pemilik rumah. Beberapa menit lalu, Zion mengirimi dirinya pesan jika sudah datang panggil saja si Sabit.

Naga pun sudah lelah karena terus-terusan berteriak diluar rumah besar ini tanpa henti. Untung komplek perumahan mereka sepi, jadi tidak perlu khawatir akan ada yang memarahinya. Walaupun kesannya tetaplah tidak sopan:D

"Ishh! Mana sih dia?! Kok lama banget?!" Gerutu Naga kesal karena tidak ada tanda-tanda munculnya si 'Samoyed' besar satu itu.

Tin! Tin!

"Hm?"

Naga menoleh ketika ada suara klakson mobil muncul dari luar memasuki pekarangan rumah itu. Naga tersenyum kecil dan menghampiri orang tersebut saat sadar siapa yang datang.

"Bang Daniel!" Panggil Naga.

"Lu ngapain disini?" Tanya Daniel ketus.

Naga mendengus kesal. Inilah yang dia benci dari sifat kakak-kakak lelaki Zion. Terkesan sombong dan angkuh pada orang-orang yang bersangkutan dengan si Bungsu.

Matanya menatap sinis kakak kedua dari sang sahabat. Sikapnya yang dingin membuat Naga benar-benar merasa asing dengan sosok Daniel didepannya ini.

Dia bukanlah Daniel yang dia kenal di tahun-tahun sebelumnya. Dia bukanlah Daniel yang memiliki sosok hangat. Dan dia, bukanlah sosok yang selalu menjaga permata kecil almarhum Ayah Dimas dan almarhumah Bunda Fanny.

Dapat dia rasakan aura tak mengenakkan dari manusia didepannya ini. Kesan pertamanya saat ini untuk Daniel adalah, menyebalkan.

Daniel yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari Naga pun berdehem, membuyarkan lamunan Naga yang menatap dirinya dengan tatapan tajam.

"Kalo ada yang nanya tuh jawab. Gausah sok jual mahal lu" ujar Daniel.

"Jual mahal kata lu? Ngaca bro! Lu gak liat adek lu? Yang udah nyoba segala hal buat narik perhatian positif lu sedikit lirikan mata. Emang ada? Gak ada bang! Lu itu gila tau!!" Ucap Naga marah sambil mendorong-dorong bahu kanan Daniel dengan telunjuknya.

"Apa? Lu barusan bilang gw gila? Dih, aneh!"

"Iya! Gw emang aneh! Gw aneh karena gw benci sama lu! Lu udah gila karena gak ngejalanin wasiat om Dimas sama tante Fanny!! Permata yang udah mereka jaga dengan baik! Di rawat dengan baik! Lu udah ngerusak harga diri dia! Perlahan kalian itu udah menggores tiap inci permata itu tanpa sadar!! Lu pada gak mikir apa kalo om Dimas sama tante Fanny itu bakalan kecewa?! Gw yang notabene nya cuman sebatas sahabat aja udah kecewa! Apalagi mendiang orang tua kalian!! Mereka kecewa berat karena si bungsu kecil mereka yang udah mereka rawat dengan baik kalian hancurin dia dengan mudahnya! Semua! Semua ekspetasi dia tentang keluarganya!

[-] The Zion's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang