.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hoekk!
"Sshhh.. s-sakitt- hoekk!!"
Zion meremas perutnya yang terasa sakit ketika ia terus memuntahkan isi perutnya begitu saja di kloset. Niatnya ke kamar mandi sejak awal memang bukan karena kebelet.
Tapi, memang ada rasa aneh yang mengganjal di perut dan ulu hatinya sejak tadi. Karena tidak kuat menahan, ia buru-buru pergi ke kamar mandi berbekalkan kebohongan bila ada 'panggilan alam'.
Untungnya kakak ketiganya itu percaya-percaya saja apa katanya. Tidak tau apakah ada yang sadar atau tidak ketika ia berlari ke kamar mandi selain Marshal.
Ia pikir, rasa mualnya saat ini muncul karena maag nya kambuh. Tetapi, kalau ia ingat-ingat kembali, ia tidak telat makan sedetikpun karena Marshal selalu mendatangi kamarnya ketika waktu makan, mandi, minum obat dan bla bla bla. Kakaknya benar-benar protektif!
Sebab itu, otaknya kembali memutar pemikiran kearah yang mana menjadi penyebab utama ia muntah-muntah seperti ini. Namun, tetap saja. Ia tidak bisa menemukan jawabannya karena ia terus berpusat pada rasa sakitnya.
25 menit ia habiskan di kamar mandi hanya karena rasa mual dan sakit di perutnya. Zion menyandarkan dirinya di dinding kamar mandi dan mendudukkan tubuh lemahnya diatas lantai kamar mandi. Tangannya bergerak untuk memijat pelipisnya kala rasa pening mulai mendera kepalanya. Sesekali ringisan kecil ia keluarkan, hingga ia tersentak ketika seseorang mengetuk pintu kamar mandi.
"Zi? di dalem?" tanya seseorang yang Zion kenal sebagai suara Jeff.
Zion terkejut dan mulai gelagapan. Ia memikirkan jawaban yang tepat dan masuk akal untuk menjawab pertanyaan Jeff. Tapi, karena pemuda itu terus bertanya sambil mengetuk pintu, ia pun dengan cepat mulai menjawab.
"Bentar, kak! Baju ku ke siram air. Boleh minta tolong ambil salinan bajuku gak, kak?!" pinta Zion spontan dengan cara berteriak.
"Oh! Okey, sebentar ya!"
Setelahnya Zion mendengar derap langkah berlari menjauhi kamar mandi. Ia menghela nafas lega karena jawabannya secara spontanitas itu mampu membuat Jeff percaya dalam kian waktu beberapa detik. Zion membasahi tangannya dan mulai membasahi bajunya sebagai bentuk 'kebohongan' kecil dibalik 'kebohongan' lainnya.
Tak lupa ia menggunakan cukup banyak sabun dan menyirami kloset dengan air guna menghilangkan bau muntahan yang mungkin saja bisa tercium nantinya. Untung ada sepatunya yang baru ia cuci tadi pagi dan masih di kamar mandi, ia hanya perlu membasahinya kembali sebagai alibinya karena berlama-lama di kamar mandi dan wangi semerbak yang tercium harum.
Tok! tok!
"Zi! Ini bajunya!" teriak Jeff dari luar
Zion langsung mematut wajahnya di cermin, dan menenteng sepatunya kemudian membuka pintu kamar mandi. Menampakkan wajah Jeff yang sangat terlihat khawatir sambil membawa baju salinan miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[-] The Zion's Diary
FanfictionLee Jeno ft. NCT Ini tautan kata demi kata yang membuat kalimat dan kalimat yang membuat sebuah paragraf. Disini cerita sang tokoh utama tersampaikan. Dalam cerita sendu, bahagia dan marahnya tersampaikan disini. Mari, aku ceritakan bagaimana dia me...