1.6

592 84 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari semakin larut, tapi Daniel baru sampai di rumahnya. Rumah besar itu nampak sepi, sebab orang-orang didalamnya pergi kecuali Marshal yang sepertinya sibuk menonton film di ruang tengah.

Buktinya anak itu sekarang sedang duduk manis di sofa sambil memeluk sebungkus cemilan dan segelas soda yang terletak di meja. Sementara manik mata anak itu sibuk melihat film yang disetel nya.

"Pantes gada yang nyaut. Lagi fokus nonton ternyata" ucap Daniel tiba-tiba membuat Marshal tersentak kaget.

"Eh, bang Daniel dah balik. Kirain bang Terry. Pada kemana sih? Kayaknya abis nganter bang Teo terus aku main, pas pulang rumah udah sepi aja?" Tanya Marshal menatap Daniel.

Alis Daniel tertaut menandakan bahwa dirinya heran. "Tadi sih Terry bilang mau ke rumah Galaksa. Kalo si bekicot mah gua gatau" jawab Daniel seraya beranjak menuju kamarnya.

Marshal hanya diam. Kemana sih 'bocah itu' pergi? Biasanya'kan ngabarin mau kemana-mana. Lah, tumben ini enggak. Jadi mikir yang aneh-aneh'kan dia tuh.

Eh?! Kok malah mikirin 'dia' sih?!

Marshal menggeleng cepat ketika pemikirannya makin menjalar kemana-mana. "Abang mau istirahat?" Tanya Marshal dan hanya diangguki oleh Abang keduanya itu.

"Yaudah, Marshal juga. Kalo mau makan di kulkas ada makanan, tinggal panasin" ujar Marshal setelah mematikan Televisi dan pergi menaiki tangga mendahului Daniel yang kini termenung.

'Makanan? Panasin? Teo mah belom balik, gak mungkin dia mesenin makanan. Jadi Marshal masak? Marshal gak mungkin masak. Kalo dia masak dapurnya ntar ancur. Terry? Apalagi dia. Dia 'kan  pergi dari abis sarapan pas Marshal udah berangkat. Gua tadi kerja seharian, berarti sisanya..'

Lama berkutat dengan pikirannya, akhirnya Daniel memilih acuh dan kembali jalan menuju kamarnya. Dia berpikir kalau tadi Terry sempat pulang lagi dan memasak. Atau dia sempat memesan makanan sebelum dia berangkat. Begitu pikir Daniel.

Karena menurut Daniel, 'dia' itu tidak mungkin mendekati dapur. Lagipula 'dia' mau apa di dapur? Emang 'dia' itu bisa masak, huh?

Daniel meletakkan tas kantornya dan menuju kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya. Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit di dalam sana karena Daniel juga mencuci rambutnya (re : keramas) dengan santai tanpa terburu-buru.

Daniel keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan boxer hitamnya dan handuk kecil yang menggelantung di atas kepalanya. Dirinya berhenti di hadapan cermin sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil itu. Setelahnya dia mengambil hairdryer yang ada untuk mengeringkan rambutnya.

Hanya sekitar 5-10 menitan, Daniel meletakkan hairdryer tersebut dan beralih ke lemari. Mengambil baju piyama tidurnya yang berwarna hitam. Selesai memakai bajunya, Daniel berpindah ke kasurnya. Menaikkan kakinya ke atas kasur setelah melepas sandal rumahnya.

[-] The Zion's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang